Hujan

307 14 4
                                    

Hujan yang turun amat deras membasahi dedaunan sore ini. Tanah yang semula kering berubah lembap terguyur air hujan. Gumpalan awan menghitam. Gelap. Para pejalan kaki berlari kecil untuk berteduh. Di lampu merah, banyak karyawan yang hendak menyebrangi jalan sambil mengembangkan payungnya. Ada yang pergi ke toko, ada juga yang pergi ke kedai untuk makan. Ada yang berpasangan, ada juga yang sendiri.

Sementara di kelas, banyak siswa yang menarik selimut hingga dada (mereka selalu siap sedia menyimpannya di loker. Berjaga-jaga). Ada pula yang tertidur lelap saat pelajaran Matematika. Termasuk Soojung. Gadis itu entah sejak kapan tertidur pulas. Wajahnya terlihat lelah, meski ia sedang tidur. Jinri yang berada di sampingnya pun enggan membangunkan Soojung.

Sekarang pukul enam sore. Itu artinya dua jam lagi mereka harus pulang. Meski terasa lama, pelajaran selanjutnya tak akan membuat mereka bosan. Bahasa Inggris! Pelajaran yang satu ini tak akan pernah membosankan bagi para siswa (khususnya yang perempuan). Mereka dengan siap akan memperhatikan Kris, guru Bahasa Inggris termuda di Seoul High School, selama pelajaran berlangsung. Alasannya karena ia muda, tampan, dan menyenangkan. Banyak siswa yang mengakui itu.

"Soojung, bangunlah. Dan lihat siapa yang datang." Jinri menepuk bahu Soojung perlahan. Berniat untuk tidak mengagetkan.

Soojung membuka matanya perlahan. Sulit baginya untuk duduk tegak. Lehernya terasa sakit sekarang.

"Apa? Siapa?" Soojung menggosok matanya. Matanya kembali membulat. Guru "tampan" itu berhasil membuat mata para siswanya membulat sempurna. Para siswa di kelas berdiri dan membungkuk memberi salam. Kris seonsaengnim tersenyum sekilas. Pelajaran Bahasa Inggris dimulai.

Sore ini akan terasa lebih menyenangkan.

***

Rintik hujan sejak dua jam lalu tak kunjung berhenti turun dari langit. Mobil Sehun tak terlihat sejak tadi. Soojung, Sehun, dan Jinri sudah lama menunggu di depan gedung sekolah. Tetapi mereka tak kunjung dijemput. Meski hujan sudah mereda, udara semakin dingin.

"Kalau sopirmu tidak bisa jemput, aku dan Jinri naik bus saja deh." Soojung menghela napas panjang. Tangannya terlipat di dada. Ia sudah bosan. Jinri menyenggol Soojung. Kurang lebih maksudnya begini, "Tidak boleh seperti itu!"

"Sebentar lagi juga datang kok. Sabar ya. Kamu merasa tidak enak dengan Jinri ya?" tanya Sehun. Sebenarnya hanya main-main.

"Ya tidak seperti itu juga. Aku juga ingin pulang. Sudah malam."

"Hei, ini baru jam delapan. Kamu mau kita berkeliling mencari makanan ringan sambil menunggu Jeonghan hyung menjemput kita?" Sehun menawar.

"Tidak perlu. Kalau begitu nanti tambah lama," jawab Soojung singkat.

Jinri menggeleng kepala. Menahan tawa. Tidak ada percakapan di antara mereka bertiga setelahnya. Mereka tidak malas bercakap-cakap, tapi lebih memilih diam menikmati suara hujan.

Apalagi Jinri. Ia selalu suka hujan. Jinri mengangkat kedua tangannya ke depan, membuat telapak tangannya basah oleh butiran air. Jinri menatap ke atas. Langit tak begitu cerah. Hujan tak begitu deras. Bintang tak begitu banyak manampakkan diri. Kapan hujan akan selesai?

Mobil Sehun berhenti tepat di depan mereka. Sehun membukakan pintu untuk Soojung dan Jinri. Menyuruh Jinri duduk di depan.

"Kamu di depan. Aku dan Jinri di belakang."

Sehun menghela napas lagi. Selalu saja seperti ini. Mengalah. Itu saja kunci menghindari pertengkaran di antara mereka. Tidak ada yang berani angkat bicara atau setidaknya hanya untuk menanyakan jam berapa sekarang. Hanya ada suara musik dengan volume rendah yang membuat kantuk menjadi-jadi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 27, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Under The LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang