↭H↭

25 0 0
                                    

Langit begitu pekat karena tertutup oleh awan hitam. Angin bertiup sangat kencang dan menyapu setiap butiran-butiran debu yang ada. Air mulai berjatuhan dari langit. Siap menyerang apapun yang ada di bawahnya. Semua orang lari dan bersembunyi darinya. Mencari tempat ataupun barang yang bisa dipakai untuk berlindung.

Kecuali laki-laki itu. Dia tampak mematung di tengah-tengah hujan deras. Sambil mendongak kan kepalanya menatap rintikan hujan yang menusuk-nusuk pupilnya. Kulihat bibirnya bergerak, seperti mengucapkan sesuatu. Aku penasaran dengan apa yang dikatakannya. Ia terlihat seperti berbicara pada hujan. Tanpa sadar aku sudah berada 4 meter darinya. Kucoba untuk meraihnya, namun...

"Apa kau butuh sesuatu dariku?"
Suara bariton itu mampu membuat ku memerah dan terkejut.

"Aa, anu, ee...aku hanya ingin menanyakanmu tentang..."

"Tentang apa yang kulakukan? Jangan menanyakan itu, karena kau tidak akan mendapatkan jawabannya." Sergahnya cepat dan langsung pergi begitu saja.

Tubuh kokohnya membelakangiku dan sedetik kemudian tubuh itu lenyap di keramaian.
Apa-apaan dia itu? Aneh sekali. Pikiranku agak terusik dengan yang dikatakannya.
Apa jangan-jangan dia itu bisa membaca pikiranku? Ha..mungkin perasaanku saja.

Saat aku beranjak pergi dari tempat itu, kakiku terasa sangat berat bahkan terasa ingin lepas dari tempatnya. Kurasakan tangan yang sangat dingin menyentuh pipi kiriku lalu mengelusnya kasar. Seperti ada sesuatu yang menarik kakiku. Penghilatanku tiba-tiba saja menjadi sangat gelap, aku tidak dapat melihat apa-apa. Hanya merasakan sentuhan-sentuhan mengerikan ini. Detak jantungku semakin kencang, tatkala lengan kanan atasku di cakar,arrghh!!

Saat aku mencoba untuk menggerakkan tanganku kebelakang, tiba-tiba kakiku tertarik ke dalam tanah.
Namun itu bukanlah tanah, tapi air. Aku tenggelam masuk kedalamnya. Gelap. Hanya itu yang kulihat. Aku tidak pandai berenang. Tiba-tiba tanganku terikat kebelakang dengan sendirinya. Aku mencoba meminta tolong, tapi suara ku menghilang.

Tolong! Toloong aku! Aakkhh....

Tubuhku terhempas ke atas keluar dari air dan aku merasakan rintik-rintik air membasahi wajahku.

Aku yakin sekarang sedang hujan.

"Cepat pergi dari sini!"
Samar kudengar suara bariton. Wajahnya tertutup oleh rambutnya yang basah. Kepalaku sangat pusing mengingat apa yang barusan terjadi. Pria itu terus menggoyang-goyangkan bahu ku.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Nova bangun! Bangun! Ini sudah pagi, kau harus berangkat kerja."

"Eh?! Hanya mimpi ya? Syukurlah."

"Apanya yang syukurlah?! Cepat kau harus pergi, kau akan terlambat!"

Dia saudara kembarku. Namanya Novia Milani. Tugasnya, membangunkan ku setiap pagi untuk pergi bekerja. Sedangkan aku, Nova Milenia. Seorang wanita karir yang masih berusia produktif, 22 tahun. Aku bekerja di sebuah perusahaan industri penghasil alat-alat kedokteran. Kakakku adalah seorang pemilik kafe Kaff'e yang cukup terkenal. Dulu Ia bekerja sebagai seorang perawat di salah satu rumah sakit. Namun Ia mengundurkan diri karena Ia ingin membuka lapangan kerja sendiri.

Kami tinggal di sebuah apartemen yang cukup mewah. Ayah kami bekerja sebagai guru besar di Jepang, sedangkan ibu kami sudah meninggal 2 tahun yang lalu akibat sakit keras.

"Bagaimana? Enak?" tanya Novia dengan senyumnya yang manis.

"Srlurpp.. hm enak! Ini, caffucino espresso kan?" tanyaku sambil menjilati bibir.

"Salah. Ini magnum caffucino. Magnum itu adalah campuran rasa black forest ditambah dengan tiramisu." jawabnya.

"Hmm.. jadi kau experimen lagi ya?"
"Ya. Tapi enak kan?"
"Iya, sangat enak!"

RAIN WITHOUT RAINBOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang