↭U↭

13 0 0
                                    

Apa? Apa yang akan membuatku jatuh?!

"Tunggu! Apa maksudmu jangan sampai jatuh?! A..aku tidak mengerti." aku terkejut dengan yang dikatakan Ayu.

"Tidak apa-apa, aku hanya membuatmu lebih rileks."Ia terkekeh meremehkan ku.

Rileks? Itu bahkan membuatku seperti di zona bahaya.

Aku mendorong pelan pintu itu. Aku melihat sebuah ruangan luas seperti...ruang interogasi. Ayu mendorongku dari belakang dan menguncikan aku pintu dari luar. "Hey! Buka! Ayu apa yang kau lakukan!" aku menggedor-gedor pintu sekuat tenaga. Tiba-tiba suara dehaman seorang pria membatalkan niatku untuk mendobrak pintu itu.

"Duduklah. Aku hanya ingin menanyaimu beberapa pertanyaan." Cahaya lampu remang tidak dapat menampakkan wajahnya cukup jelas. Tapi sepertinya aku mengenal suara baritonnya.

"Siapa kau?"tanyaku sambil menarik kursi di depanku dan duduk sesuai perintahnya.

"Akan ada saat dimana kau tahu namaku. Kau Nova Milenia, benar?"tanyanya dengan selembar kertas dan pulpen hitam di tangannya.
"Iya, aku Nova Milenia. Lalu siapa kau?"kutanyakan kembali padanya dengan nada kesal.

"Bima."jawabnya singkat, "Sekarang kau boleh pulang, besok adalah hari pertama mu."
Ia melanjutkan perkataannya dan menyalakan lampu yang agak terang. Ia kemudian mengusap wajahnya kasar sambil menatapku tajam, sama seperti di lift waktu itu.
Oh tolong hentikan! Jeritku dalam hati.
"Ka..kau yang di lift itu,kan? Kau kenapa tiba-tiba ada di sini? Bukankah kau tadi.."

"Segeralah pulang! Jangan menanyakan hal yang tidak penting. Besok kau mulai bekerja, bukan hari ini. Ini hari terburuk bagimu."

Ia memotong perkataanku dengan cepat dan melangkah ke arah pintu sambil membukakan pintu untukku.
"Silahkan tinggalkan tempat ini."

"Hey, kenapa? Kau kan baru saja menanyakan nama? Apa itu yang kau sebut interview?!" dengan kesal aku berdiri dan menggebrak meja di depanku.

"Jangan memancingku,nona. Aku bisa saja melakukan sesuatu yang buruk padamu. Kalau kau tidak ingin itu terjadi, cepat pergi dari sini!" Nampaknya, pria itu mulai terbawa emosi tapi pembawaannya yang tegas dan bijak membuatnya tampak tak seram bagiku.

Dengan kesal kuseret kakiku ke arah pintu. Kutatap Ia tajam dan malas, pria macam apa dia ini? Dasar pria aneh! Pikirku dan melangkah lebar keluar dari ruangan terkutuk itu, meninggalkan sejuta tanda tanya besar dalam benakku.

Apa maksudnya Hari terburuk bagiku? Ha.. mungkin karena aku bertemu dengannya, jadi dia bilang ini buruk.

"Oh? Kau sudah selesai? Cepat sekali." Ayu yang ternyata sedari tadi menunggu ku di samping pintu menanyakan hal yang tak akan kujawab.

"Kenapa kau mengunci ku dari luar?"tanyaku kesal. Ia hanya terkekeh kecil sambil memberikanku sebuah pin.
"Ini, pakailah ini untuk besok. Pin ini sebagai tanda bahwa kau adalah karyawan yang lulus!" sambil menyalamiku dan tersenyum lebar Ia menarikku ke arah lift.

"Tunggu, sebenarnya aku tidak mengerti semua ini. Bukankah, saat aku melamar dan mengajukan berkasku, aku telah lulus?"tanyaku heran dan menghentikan langkah kami. "Oh itu cuma lulus berkas, tapi masih ada tes interview. Dan jika saat interview kau yang melangkahkan kaki keluar dari ruangan itu, berarti kau dinyatakan lulus. Dan sebaliknya jika Tuan Bima, maka dia akan menguncimu di ruangan itu sampai kau terjatuh." penjelasan Ayu saat itu benar-benar memusingkan.

"Jatuh? Dikunci? Jatuh kemana? Kenapa harus dikunci?"tanyaku bertubi-tubi.

"Jatuh ke dalam perangkap. Dan perangkap itu adalah ruangan yang di isi penuh dengan alarm kebakaran. Ketika di kunci oleh Tuan Bima, air akan keluar dan membuatmu pingsan." Ia menjelaskanku datar.

"Pingsan hanya karena terkena air? Itu tidak masuk akal"
jawabku remeh.
"Air itu di campur dengan cairan penenang, seperti obat bius yang memberikan efek sekitar kurang lebih sehari. Dan gas beracun untuk indera penglihatanmu, yang berefek sehari juga. Mungkin itu dibuat agar kita lupa bahwa kita pernah mendaftarkan diri ke perusahaan ini."

Mengerikan.

Hanya kata itu yang terlintas di kepalaku. Perusahaan macam apa yang memberikan efek sehari seperti itu? Bahkan memberikan gas serta cairan berbahaya bagi seseorang.

"Mengapa caranya seperti itu? Tidak adakah cara yang lain?"tanyaku lagi sambil melangkah ke arah lift.

"Itulah sebabnya, tidak sembarang orang bisa bekerja di tempat ini. Hanya orang yang hebat bisa bekerja di sini. Kau ingat dengan nona Jean? Kekasih Tuan Bima?"
Aku yakin yang dia maksud wanita sinis itu.
"Iya, aku tahu."jawabku datar.

"Di perusahaan ini, terbagi 5 kelompok departemen yang memiliki ciri khas masing-masing. Nah, dia berasal dari kalangan Brain. Sekelompok manusia yang memiliki IQ di atas rata-rata. Lalu kalangan Worker, yang memiliki otot yang kuat bisa mengerjakan banyak hal berat, seperti mengangkat barang. Lalu Run, orang-orang yang mampu berlari dengan cepat dan lincah dalam mengerjakan sesuatu, seperti mengantar surat. Kind, orang-orang yang memiliki sifat yang ceria dan ramah pada siapapun, seperti pemandu sepertiku. Dan terakhir, mungkin yang sulit untuk dimasuki orang-orang. Karena hanya orang yang betul-betul mampu bisa memasukinya, Brave. Mereka adalah kelompok yang pemberani, bebas, keras kepala dan konsisten. Tugas mereka seperti membuat keputusan, menjatuhkan hukuman pada pelanggar, mengadakan tes, dan membuat peraturan. Yah, kurang lebih seperti Majelis hukum.  Sekarang, kalau tidak salah hanya ada 20 brave yang tersisa. Karena sebagian dari mereka melepas diri dan memilih menjadi Unless karena sudah tidak sanggup mungkin memegang tanggung jawab." Ayu benar-benar menjelaskan ku secara detail sampai membuatku tidak mengingat semuanya.

"Tunggu, para brave yang mengadakan tes? Jadi Bima itu, salah satu brave?" tanyaku lagi.

"Sstt.. kau ini, Tuan Bima bukan Bima. Kalau sampai dia mendengarmu, dia akan menjatuhkan hukuman padamu. Dia itu sangat kejam dan tanpa ampun pada siapapun. Dan asal kau tahu saja. Dia itu tangan kanan Tuan Besar."kata Ayu sambil menutup mulutku.

Tuan Besar? Siapa lagi itu?

Saat aku sampai pada pintu kaca yang berada di depanku, Ayu membisikan sesuatu padaku..

"jangan sampai mengecewakan besok ya. Aku tau hasil tes mu pasti bagus!" Dengan anggun Ia pergi meninggalkanku dan mengarah ke lift.

Aku melangkah keluar sambil menenteng tas pouch merk Chanel ke dalam mobil. Saat aku masuk kedalam mobil, turun hujan yang sangat deras disertai angin kencang. "Kenapa turun hujan? Perasaanku tadi cuaca sedang cerah-cerahnya." Sambil memutar kunci mobil, kulihat Bima keluar dari gedung itu dan berdiri di tengah hujan deras sambil mendongakan wajahnya.

Lagi-lagi dia melakukan hal yang sama dengan waktu itu. Apa dia betul memegang jabatan tinggi?

"Dia seperti anak kecil saja." kataku sambil menyetir mobilku ke arah gerbang. Kulirik Ia lewat kaca spion dengan penasaran. Ia tampak seperti menggumamkan sesuatu. Seperti sedang bernyanyi. Menurutku dia pria yang sedang kehilangan akal sehatnya.





BEBAS





Aku ingat waktu itu Ayu bilang bahwa Brave memiliki sifat bebas. Dan aku yakin Bima salah satunya. Ia pasti memiliki sifat itu.

Tapi, mengapa hanya dia yang terlihat? 19 Braver lainnya dimana?

RAIN WITHOUT RAINBOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang