Ngomong-ngomong soal keluargaku. Ayahku hanya pekerja biasa di sebuah Pabrik majalah terkenal. Ibuku seorang guru TK yang mengajar di sebuah sekolah kecil. Aku punya seorang kakak perempuan yang sikapnya sangat menyebalkan. Namanya Rabelle. Beberapa teman sekelasku yang laki2 sering menanyakan tentang dia kedapaku karena menurut mereka dia sangat sexy dan cantik. berbeda denganku. Dan dia juga pernah mengincar Drave karena mereka satu kelas, namun sayang sekali usahanya gagal. Ia juga sering bercerita tentang saingannya yang tidak berbeda jauh dengannya, namanya Claire. mereka sering bersaing untuk mencari pesona para laki2. Menurut ku persaingan tolol mereka amat sangat tidak penting.
Oh iya aku lupa! Rabelle pernah bercerita (lebih ke membual sih menurutku) padaku kalau sebenarnya aku kembar, namun aku dan kembaran ku ini bukan kembar identik sehingga wajah kami berbeda. By the way kata Rabelle nama kembaranku yg ada di kepalanya itu Hanabelle. Namun waktu melahirkan kami. Hanna tidak selamat. Sehingga aku hanya sendirian sampai didunia ini. But c'mon! aku tidak setolol itu untuk dpt mempercayainya.
***
Pagi ini aku berniat mengembalikan buku ke perpustakaan sekolah, sambil bersantai membaca buku. Aku segera menemui Ms Janet dan mengembalikan buku nya. setelah itu aku segera mencari spot ternyaman di perpustakaan. Dan setelah mendapatkannya aku mengambil buku dan mulai membaca.
Tiba-tiba ada langkah kaki yang mendekat, kemudian duduk tidak jauh dari tempatku duduk.
Rasa penasaran ku yang tinggi membuatku sedikit menengokkan kepala ku, dan... guess what guys? its Drave.
Aku bisa melihat Drave dengan jelas lewat ekor mata ku tanpa Drave menyadarinya. Ia tidak memakai seragam, ia memakai kaos yang di tutupi dengan jaketnya, kulit nya tampak pucat, terlihat jelas ada kantung mata dibawah mata abu-abu gelap nya yang tajam. Tiba-tiba ia mengeluarkan sesuatu dari dalam kantong celananya. Rokok.
Kemudian ia segera menyalakan rokok tersebut, dan menghisapnya serta memainkan asap-asapnya.
Kemudian, ia memalingkan wajahnya ke arahku. Tatapan kami bertemu selama beberapa saat, namun sedetik kemudian aku segera memalingkan wajahku yang (mungkin) sedikit bersemu merah. Well, harus ku akui Drave itu tampan. Lekukan dan garis-garis wajah nya sedikit mirip dengan milik Ben. Hanya saja kalau Ben memiliki wajah tampan yang dimiliki oleh orang ramah. Sedangkan kalau Drave itu memiliki wajah tampan yang dimiliki oleh orang yang dingin dan menutup diri.
"Oy, kau!" seru Drave tiba-tiba, yang aku yakini kalau seruan itu ditujukan untukku.
"Lift your dumb ass and find another spot! This is my area! cepat pergi, sebelum kau mendapat masalah" perintahnya untukku.
"hey! tapi aku sudah duduk disini duluan sebelum kau ada disini. Lagi pula ini bukan area mu, ini area umum siapapun boleh duduk disini", jelas ku yang tak mau kalah. Jujur, aku paling benci dengan laki-laki yang walaupun tampan tetapi tidak memiliki sikap yang baik.
Drave kemudian berdecak, dan pergi meninggalkan perpustakaan. Dasar cowok aneh, batinku.
***
"Hey Jen, bagaimana dengan proyek sejarah mu? sukseskah? atau justru... hancur?" sapaku pada Jen yang sukses membuat nya cemeberut.
"Entahlah, memurutku sih sukses. tapi sepertinya Mr. Ian berpendapat sebaliknya" jawabnya sambil cemberut.
"Oh ya? jika aku adalah kau, aku akan segera meletakkan proyek itu di tong sampah, kemudian aku akan berlari kembali pada kuas-kuas lembutku dan memulai lukisan baru" ujarku sambil mengikuti gaya Jen yang sedang melukis yang aku buat berlebihan. Jen pun tertawa melihat tingkah konyol ku.
"Hey Jen, guess what?"
"what?"
"Hmm.. well, I met Drave."
"wow! really? where did you meet him?"
"Yeah, di perpustakaan. Saat aku sedang membaca, tiba-tiba ia datang dan duduk di dekat ku. Dia tidak memakai seragam, hanya memakai kaos yang di lapisi jaket sampai menutupi wajahnya. Dan dia... " belum selesai aku menyelesai kan kalimatku, tiba-tiba ada orang yang menyeruak diantara aku dan Jen.
"Pakai mata yang benar! kalau aku lewat, beri jalan! tidak bisakah kalian lihat aku sedang terburu-buru? Hm??" ucap laki-laki itu. kemudian ia meninggalkan aku dan Jen dengan jari tengah nya di kedua tangannya sebagai ucapan perpisahan.
"Oh sh*t!!" umpatku
"Lho? Anna bukankah itu Drave?"
"Yeah I know!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Anabelle 's Diary
Teen FictionIni cerita tentang aku. Aku yang berharap agar bisa menjadi seperti seseorang yang aku benci. Aku yang berharap agar memiliki seseorang yang semua gadis ingin memilikinya. Yang bahkan, ia yang ingin aku miliki, tidak menganggap kehadiran ku. Aku...