Rahasia yang Terbongkar

14 0 0
                                    

"Lan ayo buruan! Aish kamu lama banget. Aku nggak sabar nih mau ketemu dia hehe" Andi menyeret Alan untuk mempercepat langkahnya. Alan dengan muka datarnya hanya mendengus pasrah. Andi tak pernah sadar apa yang dirasakan Alan. Dia takut ditinggalkan. Seperti dulu. Mereka meninggalkannya tanpa perasaan. Orangtua yang cerai dan mencari kebahagian mereka masing-masing dan hanya memberikannya uang banyak dan juga rumah dengan dalih agar bisa mandiri. Pacar yang tak setia, pergi dengan selingkuhannya. Dan semua hal lain yang membuat dia merasa sendirian. Hingga akhirnya saat bertemu dengan Andi dia merasa lebih hidup. Apapun yang terjadi dia takkan biarkan Andi meninggalkannya juga. Dia mencintainya.

"Nah ini kelasnya Lan. Ayo sekarang kita masuk."
"Hmmm" Alan menjawab dengan gumaman, dia kesal tapi Andi malah tak peka

Akhirnya mereka sampai di depan cewe itu. Dan tentunya dengan semangat 45 Andi memperkenalkan dirinya. Nama cewek itu adalah Rintan. Setelah selesai berkenalan Andi dengan pe-de nya meminta no hp cewe. Si cewek cekikan tetapi tetap memberikannya. Setelah semua hal yang menyebalkan itu berlalu Alan hanya ingin pulang ke rumah. Tidur. Kalau perlu jangan isi bangun sekalian. Batinnya sinis.

*****

Waktu yang ditunggu Alan akhirnya datang juga. Alan bahkan tak terlalu peduli apa saja yang dikatakan guru saat mengajar. Saat istirahat pun dia hanya menelungkupkan tangan di meja dan tiduran. Walau si Andi malah jadi cerewet nggak jelas mengajaknya ke kantin dan menyuruhnya makan tapi akhirnya pun Andi mengalah.

"Aku duluan" Alan berucap sambil berlalu di samping Andi.
"Hei?! Tunggu!! Jangan main tinggal dong!! Sial!!!" Andi yang nggak ngira bakal ditinggal jadi kewalahan masukin buku-bukunya. Harusnya tadi aku nggak usah sok rajin belajar kali ya, jadi banyak ngeluarin buku deh. Batin Andi.
.
Akhirnya Andi melihat Alan di depan sana. Tak menyangka jalan Alan secepat itu. "Alan!! Hah.. hah.. hah.." Andi berteriak sekaligus berlari menyusul Alan. Dia terlihat kelelahan. "Woi!! Nggak denger ya aku manggil kamu?! Kenapa sih buru-buru? Lagian besok kan nggak ada tugas."

Alan menghentikan langkah cepatnya, "Berisik!!" Ucapnya tanpa memandang wajah Andi

'Aishh kenapa sih nih anak? Kumat kali ya?' Andi mencibir dalam hati.
"Huh, ya udah terserah" Andi berjalan melewati Alan, dengan sengaja bahunya menyenggol bahu Alan.

Alan yang diperlakukan begitu mengepalkan tangannya erat. Andi emang bukan orang yang peka! Bukannya diajak ngomong baik-baik, eh ini malah ikutan bersikap kayak gini. Ini membuat moodnya makin buruk. 'Apa bisa lebih buruk lagi dari ini?!' Batinnya bersumpah serapah.

Saat dia mengangkat kepalanya yang sebelumnya tertunduk, Alan terkejut. Andi sudah jauh ada di depannya dan akan menyebrang jalan. Tapi bukan itu yang membuatnya terkejut. Di sana, dengan bodohnya Andi menyebrang tanpa melihat jalan.
Apa itu?! Astaga! Dengan tergesa Alan menyusul Andi. Bodoh. Bodoh. Bodoh. Alan terus mengumpat saat melihat mobil yang dikendarai dengan kecepatan gila-gilaan di ujung jalan sana. "Andi awas!!" Alan berteriak sekuat tenaga, sampai-sampai tenggorokkannya terasa serak.

Andi yang mendengar suara Alan menoleh, ia tersentak kaget saat melihat mobil yang sudah sangat dekat dengannya. Dengan pasrah Andi menutup matanya. 'Semoga rasanya takkan terlalu sakit' batinnya pasrah.

"Eh?" Rasa sakit yang diperkirakan Andi ternyata tak datang. Andi malah merasakan pelukan orang. Saat ia membuka matanya, ia melihat Alan ada di bawahnya. Cepat-cepat Andi bangun dan mengulurkan tangannya untuk membantu Alan berdiri.

Plak!!

Bukannya menerima uluran tangannya Alan malah menampiknya. "Ka--" Belum selesai Andi protes Alan memotong perkataannya.
"Bodoh! Dasar bodoh!! Apa yang kau lakukan hah?! Kalau nyebrang tu pake mata!! Di mana matamu hah?! Kamu tahu?! Kamu buat aku ketakutan setengah mati!! Apa kamu juga mau meninggalkanku?! Dengan cara konyol gini lagi!! Aku suka kamu!! Cinta!! Jadi jangan pernah tinggalin aku!! Ngerti?!" Alan berteriak untuk kesekian kalinya. Semua yang diucapkannya tak disaring otaknya terlebih dahulu. Semua diucapkan dalam sekali tarikan nafas dan mengalir dengan bebas.

Andi yang mendengar apa yang dikatakan Alan malah terpaku. Kaget mendengar Alan untuk pertama kalinya berbicara seperti ini padanya.
Melihat Andi yang terdiam, Alan mulai sadar. Ia keceplosan. Sekarang Andi tahu perasaannya.

Ditengah keterpakuannya, Andi lagi-lagi tersentak, kini karena melihat darah mengalir dari kepala Alan.

Alan kini entah kenapa kepalanya terasa pusing. Semua terasa berputar. Semua terasa menggelap. Hanya suara Andi yang terakhir terdengar olehnya sebelum kesadarannya menghilang.

Tbc~

Semoga chap ini makin membaik ceritanya, bagi yang berminat memberi saran ditunggu commentnya~
Vote and comment yaa xD



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 04, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Friendship Or Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang