Seven

2.8K 139 2
                                    

EMILIEVERE
(Chapter 7)

Casts : Emilievere Morgan, Naveen Phillip Brahmwell, Arthur McGuire, Gwen Phelps.

Tatapan tajamnya seolah mengancam Emilievere. Deru nafas Naveen yang memburu terasa nyata menerapa kulitnya. Naveen berada tepat dibelakang Emilievere dengan tangannya yang membawa pisau segera didekatkan pada leher Emilievere. Ia seolah akan menggoresnya dan mengucurkan darah dari sana. Menguras seluruh darahnya hingga tak ada yang tersisa. Naveen beralih mengarahkan pisaunya pada lengan Emilievere yang mengeluarkan darah akibat goresan duri. Ia hanya menempelkan pisau itu pada lengan Emilievere yang terluka. Beberapa detik kemudian, ia bernafas lega.

"Apa yang terjadi pada lenganmu? Bagaimana bisa mengeluarkan darah? Apa yang kau lakukan pada dirimu sendiri?" tanya Naveen cemas. Ia merobek kain pada pakaiannya sedikit dan membungkusnya pada lengan Emilievere. Ia mencoba menghentikan laju darah yang mengalir.

"Aku tak apa Naveen. Apa yang kau fikirkan? Mengapa kau sangat aneh?" Emilievere mendengus kesal melihat Naveen tak memberikan tanggapan atas pertanyaannya.

Mengapa Naveen selalu terlihat aneh dimatanya? Apakah Naveen memiliki dua kepribadian dan seorang bipolar?

***

"Sebaiknya kau berhenti dari aktivitas ini. Kau sama sekali tak berbakat dalam hal ini. Percaya padaku," ucap Emilievere. Kedua mata Naveen tak sengaja memerhatikan sisi lain. Seseorang diatas seekor kuda berwarna coklat tengah memperhatikan mereka berdua pada setiap detail apa yang mereka lakukan. Naveen tahu apa maksudnya. Ayahnya benar-benar sudah gila. William mencoba mengirim salah satu prajurit untuk memata-matai anaknya sendiri. Ketika dilihatnya prajurit itu akan menembakkan panah pada Emilievere, Naveen memutar otaknya mencari ide untuk membuat hal itu tak pernah terjadi. Ia tak menyangka, ayahnya begitu ingin menyingkirkan Emilievere.

"Apa kau bilang? Jangan sampai aku berlari kearahmu dan mengeluarkan isi perutmu. Membuang mayatmu jauh dari Whitelot hingga rayap-rayap memakan bangkaimu hingga tak tersisa!" pekik Naveen yang sebenarnya tak mungkin ia lakukan. Bahkan mendengarnya pun ia merasa mual.

"Aku yakin kau takkan berani melakukan itu," kata Emilivere. Naveen berfikir mungkin semuanya akan terkesan sempurna jika ia memulai dramanya sekarang.

Naveen mendekati Emilievere dengan tatapan kejam seperti pembunuh berdarah dingin. Dalam hati ia tertawa terbahak-bahak ketika harus memerankan perannya sebagai pembunuh. Mungkin jika seorang pembuat pertunjukan cerita melihatnya bergaya seperti sekarang ini, ia akan segera memanggil Naveen dan mengajaknya bergabung dalam pertunjukannya dipasar-pasar. Meski ia tak tahu bagaimana caranya menciptakan darah untuk meyakinkan suruhan ayahnya bahwa ia telah melukai Emilievere, ia hanya akan menodongkan pisau kecilnya pada leher Emilievere menggunakan tangan kanannya. Namun Naveen mulai lelah, prajurit yang ayahnya kirim untuk membunuh Emilievere tak juga beranjak dari tempatnya.

"Apa aku harus menyayat kulitnya sedikit saja?" pikir Naveen. Ia sama sekali tak ingin menyakiti Emilievere meski sedikitpun. Ia tak mungkin membiarkan darah Emilievere mengalir keluar dari kulitnya. Itu tak mungkin ia lakukan. Ia bukan seperti ayahnya yang kejam dan tak berperasaan. Naveen menggeleng pelan tak tahu lagi apa yang seharusnya ia lakukan. Ia mendesah lirih. Prajurit itu menunggu ia melakukan hal yang kejam. Naveen tak bisa membiarkan prajurit itu membidik Emilievere dan membunuhnya dengan panah yang ia genggam jika ia tak segera bertindak.

"Aww.." Emilievere meringis ketika telunjuk Naveen tak sengaja menyentuh lengan Emilievere. Namun ia tak gusar dan marah, mengigat kini nyawanya berada di tangan Naveen.

Naveen mengangkat telunjuknya dari lengan Emilievere. Dilihatnya lengan Emilievere terdapat sayatan dan darah disana. Naveen segera melirik prajurit yang masih tak bergeming dari kudanya. Ia menempelkan pisaunya pada lengan Emilievere. Naveen menyeringai ketika dlihatnya prajurit itu mempercayai darah yang tak Naveen ciptakan. Namun tingkahnya membuat Emilievere terkejut. Ia menahan nafas dan jeritannya. Naveen bernafas lega menyaksikan kepergian prajurit Whitelot. Kini Naveen berfikir bahwa ia tak benar-benar menyakiti Emilievere meskipun ia tak tahu bagaimana Emilievere mendapatkan luka itu. Luka yang mampu memberikan Emilievere nafas yang lebih panjang.

EMILIEVERETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang