Twelve

1.8K 96 1
                                    

EMILIEVERE
(Chapter 12)

Casts : Emilievere Morgan, Naveen Phillip Brahmwell, Arthur McGuire, Gwen Phelps.

"Aku sudah menyiapkan gaunmu. Aku harap kau menyukainya," ucap Arthur ketika ia tengah mengancingkan bajunya. "Ambillah diatas kursi."

Emilievere melirik sesuatu yang terbungkus wadah kain berwarna coklat tua diatas kursi yang Arthur maksud. "Untuk apa?" tanya Emilievere sembari mengisi vas berukuran tanggung dengan bunga yang baru saja ia petik dari kebun. Ia mengacuhkan gaunnya.

"Kau akan ikut bersamaku di pesta."

"Aku rasa, aku tak pantas, Arthur. Aku hanya pelayanmu. Dan aku tak layak bergabung disana," ucap Emilievere pasrah. Ia menumpu tubuhnya dengan kedua telapak tangannya yang ditekankan pada meja besar dihadapannya.

Arthur menghampiri Emilievere. Ia hendak memeluk Emilievere namun Emilievere melangkahkan kakinya mundur kebelakang. Menghindari Arthur. "Kau tahu? Aku tak peduli siapa dirimu. Aku tak peduli jika kau hanya pelayanku. Aku tak peduli dengan omongan orang diluar sana. Aku hanya tak ingin sedetik saja melepaskanmu, aku tak ingin kehilangan dirimu. Karena aku mencintaimu," ucap Arthur sembari menatap lekat kedua mata Emilievere.

Emilievere menarik nafas panjang dan mengalihkan pandangannya keluar jendela. Arthur mengikuti arah pandangnya. Ia mendengus. "Jika kau ragu padaku, aku yakin itu pasti. Mungkin kau belum mengenalku lebih dekat dan mungkin aku terlalu cepat dengan keputusanku ini. Tapi kau harus tahu kalau aku benar-benar mencintaimu."

Emilievere membuka mulutnya untuk berbicara, namun suara ketukan pintu seolah mencegahnya. Arthur berpaling dan menatap pintu kayu. Berlalu dari hadapan Emilievere. Kini Emilievere memperhatikan Arthur. Memperhatikan punggung Arthur yang mulai menghilang dan terbawa seseorang yang menggumamkan satu kalimat kepadanya. Kalimat yang Emilievere tak ia dengar dan ia mengerti. Baru saja ia menyadari bahwa dirinya semakin ragu terhadap Arthur. Apapun yang Arthur lakukan dan semua kalimat yang ia lontarkan terasa palsu terlihat dan terdengar dimata ataupun ditelinga Emilievere.

***

Banyak orang berlalu lalang dihadapannya. Diantaranya beberapa prajurit dan pelayan kerajaan. Tanpa tangan kosong, mereka berlari kesana-kemari dengan membawa beberapa perlengkapan seperti meja-meja kecil, piring-piring makanan dan gelas-gelas cantik. Adapula  yang membawa vas-vas bunga yang belum terisi. Lap-lap kotor selalu menggantung dibahu mereka. Ia melihat dirinya sendiri. Meremas samping gaun kerjanya. Mengapa ia sungguh tak berguna setelah menjadi pelayan Arthur? Bahkan ia sama sekali tak bisa disebut pelayan lagi. Tugasnya hanya menemani Arthur. Sementara Arthur tak pernah memintanya untuk melakukan hal lain selain hanya untuk menemaninya kemanapun ia pergi. Dan kini, Arthur justru meninggalkannya entah kemana. Emilievere berjalan menuju halaman belakang istana. Mungkin disana ia bisa merenung dan mendapatkan ketenangan dalam hatinya yang masih terasa sesak.

"Emilievere..."

Emilievere menoleh kebelakang dan mendapati seseorang tengah tersenyum kepadanya. Seorang pria tua dengan kantung matanya yang menebal dan kulit pipinya yang telah menggelambir. Kacamata bundarnya tak pernah luput dari matanya. Mungkin apabila ia tak memakai kacamata, pandangannya akan kabur dan takkan bisa mengenali dirinya lagi.

"Ah ya Mr. Marcus," ucap Emilievere, ia tersenyum tipis. Senyum yang terlihat dipaksakan.

"Sendirian saja? Dimana pangeran Naveen, nak?" tanya Mr. Marcus. Ia mengikuti raut wajah Emilievere yang mendadak mendung. "Apa yang telah terjadi?" lanjutnya karena tak mendapatkan jawaban.

"Ah tak ada. Tak ada yang terjadi Mr. Marcus, tapi kini aku bekerja untuk Arthur, bukan untuk Naveen lagi."

"Bagaimana bisa?"

EMILIEVERETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang