[1] "Pemecahan Masalah"

59 7 3
                                    

Part 1
Nino, adalah namaku. Aku dilahirkan dikeluarga yang sederhana. Bukan, maksudku bukanlah keluarga yang sesungguhnya. Melainkan aku tinggal bersama Pamanku, Anto namanya. Sejak umur 3 tahun, aku sudah dirawat olehnya dan juga istrinya. Orang Tua ??? tentulah aku punya, namun entah kemana perginya. Mereka berdua meninggalkanku ditempat yang cukup mencekam ini. Dahulu ketika umurku masih 10 tahun, aku masih disayang dan dimanja. Namun, ketika umurku beranjak 15 tahun, sesuatu pun terjadi. Pamanku yang dahulu penyayang, kini menjadi pemarah. Bibiku yang dulu baik hati, kini menjadi garang. Mungkin penyebab itu semua adalah Bibiku yang telah kegururan.
Mereka berdua belum dikaruniai anak hingga kini. Hanya akulah anak angkatnya. Sering aku kena omel pamanku. Meskipun itu hal yang sepele. Seperti ketika aku mencuci piring di dapur, karena licin piring itu pun jatuh ke lantai dan pecah.
Tarrr !
"Suara apa itu !!!" teriak Pamanku dari ruang tamu.
Aku tidak membalas perkataannya, dan langsung segera merapihkan pecahan piring tersebut. Ketika aku sedang merapihkan pecahan itu, Paman pun menghampiriku dan memarahiku.
"Dasar anak TOLOL ! begitu aja gak becus ! Lu bisanya apa sih !" teriak Paman sambil tolak pinggang.
"Tadi licin paman, jadinya jatoh deh..." jawabku menunduk.
"Banyak bacot lu ! BEGO lu !!! (Plakkk!!!)" katanya lalu menampar pipiku dan meninggalkan dapur.
Ini semua salahku, Paman pasti tidak akan pernah menerima semua alasan-alasanku. Hal sepele pun pasti kena hajar. Terkadang aku merasa lelah tinggal ditempat itu. Ingin rasanya aku pergi, namun tak bisa. Jika saja aku pergi dari rumah ini, aku akan pergi kemana ? saudara pun aku tak punya. Keluarga dari kedua orang tuaku pun, aku tak tahu. Jadi, memang tidak ada jalan keluar dari tempat ini.

Terkadang jika aku bosan dirumah, aku akan pergi ke masjid untuk melaksanakan ibadah. Namun, aku juga sering curhat pada Ustadz Ali. Dia adalah Imam di masjid itu. Aku sudah akrab padanya sejak kelas 1 Mts dulu. Terkadang aku diberikan pemecahan masalah yang harus aku hadapi dirumah.
(Masjid)
"Ustadz, saya mau tanya..." kataku memulai.
"Ada apa lagi No ?" tanyanya.
"Jadi gini stad, kemarin kan saya buatin kopi buat Paman saya. Tapi saya lupa kasih gula, terus pas Paman saya minum, dia langsung marah-marah. Saya udah minta maaf stad, tapi dianya masih marah-marah terus... gimana ya stad caranya biar paman saya gak marah-marah lagi sama saya...?" tanyaku padanya.
"Oh gitu toh..." jawab Ustadz santai.
"Loh, kok cuma jawab gitu doang stad ?saya butuh solusi...." lanjutku mulai kesal.
"Hehehe, kamu ini... gak sabaran banget..." jawab Ustadz sambil tertawa.
"Tad, saya serius !" kataku mulai membentak.
"Kalo kamunya juga seperti ini, mana bisa menghadapi yang seperti ini juga... Jika batu kamu adu dengan batu, pasti salah satunya akan hancur. Atau mungkin bisa saja dua-duanya... Pelajari saja dulu diri kamu...." jawab Ustadz Ali lalu pergi.
Aku pun terdiam ditempat itu dan memikirkan perkataan Ustadz yang sangat singkat tadi. Apa maksud dari kalimat itu, aku tidak paham dan tidak mengerti. Aku masih remaja, sulit untuk mengartikan kalimat itu. Akhirnya, aku memutuskan untuk mencatat perkatan ustadz tadi dalam buku harianku dan besok akan ku tanya lagi padanya.
[Hari Pertama]
Hari ini setelah mencuci dan mengepel, aku harus menemui Ustadz Ali. Yaa, harus...! karena aku masih bingung dengan kata-katanya itu. Setelah sekian banyak aku mencuci baju ini, aku memutuskan untuk beristirahat sejenak di soffa. Belum lama aku beristirahat, Bibi sudah membangunkanku dengan marah-marah.
"Heh !(menendang kakiku) tadi gua nyuruh apa ! malah enak-enakan lu disini ! bangun !!!" katanya dengan kasar.
"Iyaa Bi iyaa... tadi Nino udah nyuci bajunya kok... terus Nino istirahat sebentar..." jelasku sambil berdiri.
"Eh Bego ! itu lantai belom elu pel ! udah gua empanin juga lu ! masih gak tau diri ! cepet kerjain !!!" lanjutnya dengan kasar dan pergi meninggalkan rumah.
"Iyaa Bi..." jawabku lemas.
Selalu saja begitu, enggak laki atau bini pasti kerjaannya marah-marah. Aku pun meyelesaikan semua pekerjaanku. Dan selesai setelah 2 jam berlalu. Waktu menunjukkan pukul 12 siang, dan tepat sekali pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat. Pakaian muslim telah menempel ditubuhku dan aku segera berangkat ke masjid.
Sebelum tepat sampai dimasjid, aku melihat pohon mangga yang sedang berbuah. Ada satu buah itu yang sudah matang, sambil berjalan aku melihatnya dan berucap dalam hati "Semoga aja nanti pas pulang tuh mangga jatoh, aamiin..." pintaku dalam hati.
Aku langsung melanjutkan perjalanan menuju masjid, dan terlihat Ustadz Ali seperti menunggu kedatanganku. Sampai tepat dihadapannya, aku langsung mencium tangannya. Terlihat dibibirnya itu, dia tersenyum padaku. Aku pun bertanya padanya.
"Ada apa stad ? kok senyum-senyum sendiri...?" tanyaku padanya.
"Akhirnya kamu tau jawaban itu..." jawabnya lalu masuk ke dalam masjid.
Loh, aneh sekali ustadz berbicara seperti itu padaku. Kata apa lagi yang dia berikan padaku. Sungguh aneh ustadz ini, tidak langsung memberikan kata yang tepat. Selalu membuat aku bingung.
Aku pun berwudhu dan langsung mengikuti sholat berjama'ah. Setelah selesai sholat dan do'a, aku langsung menghampiri Ustadz Ali. Lalu langsung menanyakan kata yang kemarin dia ucapkan padaku.
"Stad, saya masih bingung sama perkataan ustad yang kemarin... apa maksud ustadz ?" tanyaku.
"Noh ! cepet kamu ke bawah pohon mangga tadi..." katanya sambil menunjuk pohon mangga di sebrang masjid.
"Lahh kok, emang ada apa ?" tanyaku heran.
"Cepetan ! jangan protes..." bentak Ustadz.
Aku tidak berkata-kata lagi, langsung saja aku pergi ke bawah pohon itu. Aku kaget bukan main ! ternyata mangga yang tadi aku lihat sudah ada ditanah. Ini kan tadi permintaanku dalam hati, masa iya sihh langsung terjadi ??? aku membawa mangga itu dan kembali ke masjid.
"Ini stad ?" katanya sambil menunjukkan mangga yang aku pegang.
"Nah, itu tau..." jawab ustadz sambil tersenyum.
"Maksudnya stad ???" tanyaku heran.
"Itu jawabannya dari pertanyaan kamu yang kemarin... mangkanya jangan gak sabaran...!" kata ustadz.
"Loh ???" kataku bingung.
"Masih gak ngerti juga kamu ?" tanya Ustadz.
"Engga..." jawabku sambil geleng kepala.
"Jangan cuman minta maaf aja sama Paman atau Bibi kamu, mintalah sama yang nyiptain mereka.. berdo'a sama Allah, biar tuh Paman kamu gak marah-marah lagi... kamu ibadah rajin, sholat rajin, ngaji juga rajin, tapi gak pernah minta apa-apa sama Allah... belagu tau ! masih butuh Allah gak ?" tanya ustadz.
"Masih lahh..." jawabku.
"Yaa kalo masih, minta sama Allah ! terutama masalah sama Paman kamu tuh... tar juga dibuka tuh hatinya... mustahil kalo gak dibuka mah ! mangkanya YAKIN, No...." jelas Ustadz.
"Oh, jadi... intinya itu do'a stad ?" tanyaku lagi.
"Ya iyalah, ntar malem, kamu do'a aja sama Allah...biar semuanya kelar..." lanjut Ustadz.
"Oke deh ustadz, makasih atas solusinya... saya mau langsung pulang, mau langsung do'a ajah..." kataku lalu pamit.
[BERSAMBUNG]

"Nino dan Kekuatan Do'a"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang