[3] "Resep Do'a"

35 2 2
                                    

Part 3
"Oh iya, tadi kan mau cerita sama Ustadz Ali... kenapa langsung pulang...?" kataku berbicara sendiri sambil jalan menuju rumah.
"Balik lagi deh..." lanjutku lalu memutar balik menuju masjid.
Sesampainya di masjid, aku melihat Ustadz Ali yang sedang duduk santai di teras masjid sambil memegang tasbih. Terdengar suara sholawatan dari bibirnya itu. Merdu sekali, sholawat yang pernah dilantunkan oleh para wali itu membuatku tenang.

Lir-ilir, lir-ilir
Tandure wis sumilir
Tak ijo royo-royo tak senggo temanten
anyar
Cah angon-cah angon penekno blimbing
kuwi
Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh
dodotiro
Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing
pinggir
Dondomono jlumatono kanggo sebo
mengko sore
Mumpung padhang rembulane,
mumpung jembar kalangane
Yo surako... surak iyo...

"Assalamu'alaikum Ustadz..." kataku lalu menghampirinya.
"Wa'alaikum salam, eh kamu No... ada apa...? bukannya tadi kamu pamit ? kok balik lagi..." jawab Ustadz Ali.
"Iya Ustadz, ada yang ketinggalan..." jawabku.
"Loh, apa ? dari tadi saya gak lihat ada barang yang ketinggalan..." katanya lalu berdiri dan melihat ke dalam masjid.
"Yee, emangnya kalo ketinggalan mesti barang aja stadz ? enggak kan...?" jawabku bercanda.
"Loh, terus apa...?" tanyanya lagi.
"Ada beberapa pertanyaan yang belom saya lontarin ke Ustadz..." lanjutku.
"Ohhh, saya kira apa... emangnya mau tanya apa...?" tanya Ustadz lalu duduk kembali di teras.
"Jadi gini stadz,(Duduk di depan Ustadz Ali) tadi siang itu Paman saya pulang ke rumah, terus marah-marah minta dibuatin kopi. Yaa saya buatin kopinya, tapi sambil ngaduk kopinya saya do'a sama Allah, supaya rasa kopinya enak dan Paman gak marah-marah lagi... ehhh ternyata bener stadz, paman saya seketika gak marah-marah... malah yang anehnya lagi, dia bilang kopinya enak... tumben banget stadz..." jelasku panjang lebar x tinggi.
"Loh, terus... apa yang mau kamu tanya...?" tanya Ustadz Ali.
"Yaa, saya takut aja kalo paman saya itu masih marah-marah lagi stadz..." jawabku memelas.
"Kamu tau kok No, apa yang harus kamu lakukan..." lanjut Ustadz.
"Apa stadz...?" tanyaku.
"Minta do'a sama Allah... selama 40 hari... minta agar sikapnya yang suka marah-marah itu hilang..." jawab Ustadz Ali.
"40 hari stadz???" tanyaku heran.
"Loh iya, kenapa emangnya...? mau nggak kalo paman kamu itu bisa baik sama kamu...?" katanya.
"Yaa mau stadz...." jawabku.
"Yaudah, do'akan untuk pamanmu itu selama 40 hari... dan lihat perkembangannya itu... sudah yaa, sudah malam... saya mau pulang..." lanjut Ustadz.
"Yaudah deh stadz, makasih atas sarannya... saya juga mau pulang nih...." jawabku.
"Yaudah yuk kita pulang bareng..." kata Ustadz Ali lalu berdiri dan menutup pintu masjid.
"Ayuk stadz...." ajakku.
"Yukkk...."
Kami pun pulang bersama, tak rugi jika aku kembali ke masjid tadi. Jika saja aku tidak kembali lagi, mungkin aku tidak akan mendapat Resep Do'a itu. Sungguh, itu sangat menguntungkan. Empat puluh hari, aku datang !!!
[BERSAMBUNG]

"Nino dan Kekuatan Do'a"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang