Part 4
[Hari Pertama]
Pagi ini aku sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Sekolahku adalah sekolah yang berbasis agama(Aliyah), alasan Pamanku memasukanku ke sana agar aku paham dan mengerti mengenai agama. Namun, ucapan Paman itu berbeda dengan sifat dan sikapnya yang selalu memarahiku. Yasudahlah, sudah bisa hidup dan tinggal bersamanya saja aku sudah sangat bersyukur.“Paman, Nino berangkat yaa...” kataku lalu mencium tangannya.
“Ya..” jawabnya dengan wajah masam.
“Assalamu’alaikum...” lanjutku lalu pergi meninggalkan ruang tamu.Tidak ada jawaban dari salam yang aku ucapkan padanya. Padahal dia tahu, menjawab salam itu wajib. Yasudahlah... biarkan dia seperti itu. Sesampainya aku di sekolah, aku melihat seorang temanku yang sedang asyik membaca buku, entah itu buku apa dan aku pun menghampirinya.
“Assalamu’alaikum... Zal, asik banget kayaknya... buku apa sih ?” kataku lalu duduk di sampingnya.
“Eh, wa’alaikum salam... ini No, novel...” jawabnya lalu melanjutkan membaca.
“Kayaknya seru banget yaa, sampe-sampe gak mau gue ganggu...” kataku sambil melihat sampul novel tersebut.
“Iya nih, sorry ya No...” lanjutnya yang masih tetap membaca.
“Oke deh, silahkan dilanjutin..” kataku lalu meninggalkannya.
“Oke sip No...” jawabnya sambil memberikan jempolnya, namun masih tetap membaca.Aku pun segera duduk dikursi yang masih kosong. Kursi itu tepat di depan meja guru, itu adalah kursi yang paling suka ku tempati. Karena dengan demikian, aku bisa mendapat ilmu yang cepat dipahami. Pelajaran pertama adalah pelajaran Aqidah Akhlaq, pelajaran dimana guru tersebut mengajarkan kami semua tentang akhlaq yang baik. Namun, perbedaannya adalah, Guru ini lebih sering memberikan ilmu akhlaq itu dengan bercerita.
[Bel Masuk]
“Assalamu’alaikum...” kata Guru Akhlaq itu ketika memasuki kelas.
“Wa’alaikum salam...” jawab serentak murid-murid dikelas.Bu Tini pun memasuki kelas. Dia langsung memulainya dengan bercerita, tema kali ini kebetulan sekali dengan apa yang harus aku lakukan, yaitu “Keajaiban Do’a”. Dicerita itu dikisahkan seorang anak perempuan yang bernama Lina, dia selalu dimusuhi oleh teman-teman disekitarnya. Wajar saja dia dimusuhi, wajahnya yang jelek juga otaknya yang pas-pasan membuat dirinya dimusuhi oleh semua temannya. Namun, ada satu orang teman yang tetap setia menemaninya yaitu Lisa. Meskipun begitu, Lina tetap rajin beribadah kepada sang pencipta.
Akhirnya, berbagai ujian pun tiba. Semua teman Lina pun panik, karena hasil dari ujian-ujian mereka buruk. Namun ada satu anak yang mendapatkan nilai bagus, yaitu Lina. Memang dia adalah anak yang paling bodoh di sekolah itu. Akan tetapi, meskipun dia bodoh dia tetap rajin beribadah kepada Allah. Sedangkan semua temannya itu hanya mementingkan nilai yang bagus saja, tidak ada do’a dan ibadah sama sekali pada Tuhannya.“Yaa begitulah akhirnya, padahal mereka pintar... namun kepintaran itu bukanlah apa-apa jika tanpa adanya do’a dan ibadah kepada Allah...” kata Bu Tini di akhir cerita.
“Bu, terus dimana keajaibannya ? ibu kan belom ceritain, bagaimana cara dia berdo’a... jelasin dong...” tanya salah satu temanku dikelas.
“Oh iya, ibu lupa...” jawabnya.
“Setiap malam, dia selalu berdo’a pada Allah... mau tau apa do’anya?” lanjutnya.
“Apa Bu...?” tanya murid itu lagi.
“Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim, permudahkanlah segala urusan-urusanku, dan berikanlah segala sesuatu yang terbaik bagimu. Dan berikanlah hamba kekuatan untuk menerima semua hinaan dari orang yang tidak menyukaiku, sadarkanlah mereka Ya Allah... berikanlah mereka petunjuk dan pelajaran... aamiin...”
“Dan tau apa yang terjadi setelah perempuan itu berdoa ?” tanya Bu Tini.
“Nilainya bagus Bu...” jawab salah satu murid.
“Bukan hanya itu, orang-orang yang dulu menghina dia, kini diberi pelajaran oleh Allah dengan nilai yang merosot ke bawah, dan setelah itu mereka mulai mendekati Lina untuk belajar bersama...”
“Bu, masa do’anya cuman sekali langsung dikabul sih...?” tanya murid yang lainnya.
“Satu hari? Bukan, dia itu berdo’a selama 40 hari berturut-turut... setelah dia melaksanakan sholat tahajud, dia selalu berdo’a seperti itu... jadi, yang mau do’anya dikabul berdo’alah pada malam hari ketika semua orang sedang terlelap...” jawab Bu Tini.Setelah mendengar cerita tadi, menginatkanku dengan ilmu yang telah diberikan oleh Ustadz Ali. Ternyata memang benar, do’a itu tidak seperti makan cabai. Do’a itu butuh proses, meskipun kita ahli ibadah sekali pun, belum tentu do’a itu langsung terkabul. Baiklah, malam ini aku akan bersiap untuk 40 hari itu. Paman, semoga saja kau lebih baik hari demi hari, aamiin.
[BERSAMBUNG]
KAMU SEDANG MEMBACA
"Nino dan Kekuatan Do'a"
Cerita PendekMenceritakan seorang anak yatim piatu yg hidup dengan Paman dan Bibinya. Dalam kehidupannya selalu dilanda dengan cacian dan makian oleh Pamannya itu. Dia selalu menghadapinya dengan sabar, sang Ustadz Ali pun ikut dalam hal menyelesaikan permasalah...