Permulaan

30 0 0
                                    

Setelah hari kematian ibu dan ayah harapan ku putus tidak bersemangat untuk sekolah bahkan hidup, sejak hari itu aku benci warna biru namun baju dan boneka yang ibu beli ku simpan di lemari dan ku kunci sampai rasa kehilangan ku hilang. 'Tuhan begitu mencintai orangtua mu Bellien sehingga Tuhan mengundang ibu dan ayah ke surganya' itu yang bibi katakan di hari ke 3 kematian ibu dan ayah, setelah 5 hari tidak masuk sekolah untung itu adalah hari acara classmit aku tidak hadir, saat mengambil rapot terpaksa aku ikut dengan bibi. Banyak yang mengucap berduka cita dan menyemangati ku aku juara 1 di kelas dari 76 siswa di kelas ku bahkan jadi juara umum 2 di sekolah ku dari sekian ratus atau ribu siswa, ayunan yang berada di pohon beringin mengayunkan ku dalam kesunyian tiba-tiba terhenti 'kamu tidak perlu merasa sendiri kini ada aku bersama mu' suara itu Zubair sambil mangayunkan ayunan ku dengan perlahan cuaca pagi menjadi redup tak bercahaya 'lihat apa yang kamu rasakan dirasakan bumi juga,matahari tidak terlihat sudah 6 hari.. tersenyumlah Bellien aku bersamamu' airmata ku jatuh entah kenapa mendengar perkataan Zubair di susul oleh rintik-rintik hujan yang semakin lama deras 'ayolah Bellien hujan makin deras' aku hanya diam dan 'biarkan mereka membasahiku karna aku juga membasahi mereka' Zubair tertenti dari jalannya yang mulai jauh dari ku dan berbalik arah 'jika ini membuatmu terseyum lakukanlah' dia kembali menghampiri ku dan mengayun ayunan kembali sambil bernyanyi sehingga aku merasakan apa yang aku rasakan ketika bertemu Zubair, ibu... ayah laki-laki ini mungkin yang akan membuat hari ku berwarna pelangi bukan berwarna abu-abu aku tau jalanmu Tuhan kau ambil kebahagianku yang jarang ku rasakan dan kau hadirkan orng yang akan menyanyikannya engkau selalu Maha Adil jalanmu selalu terbaik. Sejak itu aku mengatakan 'kamu orang yang baik Zubair aku senang bisa bertemu denganmu bahkan menjadi temanmu' 'apa aku hanya menjadi temanmu Bellien' aku terdiam mendengar perkataan dia di bawa rintikan hujan yang deras tiba-tiba suara tawa dia mengalahkan suara hujan 'hahahahahahahahahhaha sungguh kau adalah wanita yang lucu lagi cantik,aku ingin jadi sahabatmu Bellien dan aku lah yang harus menjadi penyebab seyummu hari ini dan seterusnya bukan menjadi penyebab kesedihanmu' aku terseyum dan berlari-lari Zubair hanya melihat dan menghampiri ku dan bernyanyi dan berjoget bersama. Tuhan aku tau dia hanyalah titipanmu untuk ku,aku tau kau akan mengambilnya sma seperti kau mengambil ibu dan ayah terima kasih Tuhan hadiahmu sangatlah indah, sejak saat itulah Zubair sering berkunjung ke rumah bahkan sering mengajakku jalan-jalan di sekolah pun sekarang dia lebih banyak menghabiskan waktunya bersamaku sampai akhirnya aku tidak pernah melihatnya bersama Dira.

∽∽ 2 setengah tahun berlalu kini aku duduk di bangku 1 SMA aku melanjutkan sekolahku di Amerika selama 3 tahun karna mendapat beasiswa saat perjananku akan di mulai Zubair memberika barang 'ini adalah barangku yang pertama untukmu bukan yang terakhir dunia kini semakin canggih hubungi ku selalu ya Bellien' mataku sudah berkaca-kaca 'eh... tidak, kau tidak boleh nangis walau itu terharu seyummulah yang pantas ada di mukamu aku akan tunggu 3tahun lagi disini dengan baju ini' aku hanya tertawa... dan perpisahan di tutup dengan lambaian tangan ku yang semakin lama tidak terlihat. Pesawatpun lepas landas indonesia kini akan menunggu seperti Zubair yang akan menungguku . sesampainya di Amerika aku di jemput oleh seorang wanita putih,tinggi,berambut pirang,dan memegang namaku 'Karina Bellien (Indonesia)' aku berlari menghampirinya dan berkata 'is me Karina Bellien from indonesia' dia melihatku aneh 'kamu Bellien? Cantik, kamu islam?' Dia bisa bahasa indonesia dan memang aku dari kecil memakai jilbab dari tuntunan ibu dan ayah ku hingga kini tidak aku lepas saat pergi kemanapun 'hey.. bengong ayo naik kita akan menuju asramamu aku adalah ibu kepala asramamu nanti' aku terseyum bahagia saat dalam perjalanan aku lupa menanyakan namanya 'hem... ngomong-ngomong nma ibu siapa ya?' Dia tertawa 'owh iya lupa ya, hahah... panggil ajah Mis Lina ' dia tersyum manisss... sekali 'kita sudah sampai' kami keluar dari mobil dan.. ini adalah asramaku? 'Selamat datang di asrama we grils' nama yang aneh tapi aku suka dengan asrama ini, diantaranya aku ke kamarku yang di pojok lorong dekat dengan balkon tangga darurat di marku juga ada AC, TV, kasur,kamar mandi, dapur, serta jendela kaca yang indah jika malam hari, Mis Lina meninggalkanku dan memberi waktu untuk membereskan barangku aku berbaring di tempat tidur 25 panggilan tidak terjawab saat aku melihat hp ku dari Zubair aku sampai lupa untuk menghubunginya.
'Hai.. aku menghubungimu hingga 25 kemana saja?'
'Maaf Zubair aku baru di beri pengarahan tidak mungkin aku memegang hp' Zubair terusss saja membahas hal itu memang bohinya membuatku kesal dan ngambek, mlmnya semua anak-anak asrama makan mlm di door aula dan Mis Lina memperkenalkan aku pada anak-anak yang lain dan aku lihat-lihat hanya beberapa dari mereka yang bisa menerimaku termasuk teman sebelah kamarku yang kini makan malam duduk di sampingku namanya Indri Permata nama yang bagus dan hari-hari ku disini selalu bersama mereka sehingga setengah tahun terasa sangat cepat dan mau memasuki 1 tahun aku di amerika, komunikasiku sama kakak,adik,paman,bibi,opah bahkan Zubair tidak pernah terputus karna komunikasi yang menglepas rindu pada mereka semua... tahun demi tahun aku lewati sampai akhirnya di tahun ke 2 aku bermimpi sangat-sangat buruk Zubair kini sudah menikah dengan wanita lain hati ku sakit aku menangis di dalam mimpi itu ketika aku terbangun aku masih berada di kamar ku di asrama, perasaan apa ini Tuhan apa aku mencintai Zubair aku menceritakan awal mula aku bertemu dengan Zubair kepada Indri dia hanya menanggapi 'dia suka padamu dari awal Bell kamu saja yang tidak mengerti itu, dan kamu sendiri juga mencintainya sampai-sampai kau bermimpi dan menangis beneran hahahah' itu lah kebiasaan Indri kalau sedang memberi solusi padaku, aku terdiam dan duduk di banku yang ada di balkon memandang langit Amerika yang cerah dengan bintang-bintang dan melihat pemandangan lampu-lampu terdengar suara kelakson dari kejauhan aku memikirkan apa yang di katakan oleh Indri apa aku mencintai Zubair? Apa Zubair mencintaiku juga? Ya Tuhan.... aku dan dia akan menjadi sahabat sampai kapanpun itu kemauanku dan aku teguh pendirian Zubair akan menjadi sahabatku dan sahabatku tidak yang lain... Tuhan aku tunggu jalanmu lagi, lalu aku terdiam sambil menutup mata suara-suara itu terdengar aku mengingat ibu dan ayah mengingat pertama kalinya aku bisa menerima Zubair dan pertama kalinya aku hidup di Amerika sendiri dengan berjuang mendapat juara 2x berturut-turut aku mendapat juara 1 umum di sekolah SMA ku ini dan saat lulus aku harus bisa mempertahankan ini, tetapi rasa rinduku sudah tidak karuan aku rindu pada paman,bibi,adik,kakak,opah dan Zubair... sehatkah kalian semua di sana? Aku akan berjuang dan pulang dengan muka kemenangan dan perasaan yang aneh. Tinggal 2 semester lagi plis Waiting For Me Zubair

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 01, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

'Ketika Hati Menahan'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang