Perlahan tetes air hujan jatuh membasahi bumi, daun-daun diluar sana pun basah, gemercik air hujan terdengar jelas ditelinga, dan hawa dingin pun mulai menusuk tulang. Langit begitu gelap, sama seperti hatiku saat ini, mungkin memang sedang bersahabat denganku. Aku bangkit dari kasurku, lalu berjalan ke arah jendela kamarku, yang berhiaskan tirai dengan miniature Eiffel tower. Perlahan tanganku mulai mencoba menyentuh jendela yang saat ini mulai berembun dan basah. Pandanganku kosong menatap langit malam yang tak bersinar. Kini pandanganku teralihkan pada sebingkai foto dan setangkai bunga mawar yang berada di meja belajarku. Aku pun mulai mengambilnya. Ku usap kaca dan bingkai foto itu, ku pandangi gambar dirinya, dan ku cium mawar itu, rasa rinduku pun kian terasa. Tetes demi tetes air mataku jatuh membasahi pipi, perlahan aku mencoba untuk tersenyum dan mengingat kenangan itu, sekitar 5 tahun yang lalu.
>>>>><<<<<<
Namaku Raina, salah satu siswi SMA di Tangerang. Tentu saja aku mempunyai seorang kekasih, dia teman sekelasku, namanya Nicko. Dan aku mempunyai dua orang sahabat, Nadia dan Keenan. Sudah sekitar sepuluh bulan aku menjalin hubungan dengan Nicko. Namun, semakin lama cinta kami semakin memudar. Kali ini aku duduk di salah satu bangu di kantin sekolah. Tidak lama, seorang anak laki-laki mendekatiku, dia adalah Nicko.
"Raina.." ucap Nicko yang terlihat gugup.
"Kenapa?" tanyaku
"Maaf, akhir-akhir ini aku udah jarang ngabarin kamu, aku jarang merhatiin kamu, pokoknya aku udah mulai menjauh." Jelas Nicko.
"Terus?" tanyaku.
"Aku ngga enak ngomongnya." Jawab Nicko.
"Udah ngomong aja!" ucapku sedikit menggertak.
"Kita putus." Ucap Nicko lirih.
"Sebelum kamu bilang putus, aku udah mulai mencoba berjalan mundur kok. Aku capek, emang lebih baik kita putus." Jelasku.
"Kamu baik-baik aja kan?" tanya Nicko.
"Kamu lihat kan? Aku baik-bak aja." Jawabku seraya tersenyum lebar.
Nicko hanya tersenyum, lalu berlari kecil meninggalkanku. Aku langsung menutupi wajahku dengan kedua telapak tanganku, aku pun tak kuasa membendung air mataku. Jujur, hatiku sakit. Tak lama, seorang anak laki-laki menghampiriku, lalu memberikanku sehelai tissue. Aku berhenti menangis lalu menatapnya dan mengambil tissue itu.
"Udah, jangan ditangisin, mubazir air matanya. Lihat tuh muka kamu, jelek banget! Sekarang kamu berhenti ya nangisnya, habis itu air matanya di usap pakai tissue atau cuci muka aja biar ngga keliatan sembab, oke?! Raina kan cewek yang kuat, anti patah hati. Iya kan? Semangat!!" ucap anak laki-laki itu yang ternyata adalah Keenan.
"Makasih ya." Jawabku sambil memaksakan diri untuk tersenyum.
Keenan hanya mengangguk sambil tersenyum, lalu pergi.
Keesokan harinya, aku duduk sendiri di bangku taman sekolah, aku memandang tanah dengan tatapan kosong, mengingat kenanganku bersama Nicko. Perlahan, air yang keruh itu menetes dari mataku lalu mengalir di pipiku.
"Masih galau?" tanya Keenan sambil memberikanku setangkai bunga mawar merah yang ia petik di taman sekolah.
"Sok tahu kamu!" jawabku sinis.
"Raina, mulut emang bisa bohong, tapi hati? Gini deh, amggap bunga mawar ini kesedihan kamu, terus kamu cabutin satu-satu kelopaknya sambil kamu sebut nama cowok yang kamu sebel, yang pengin kamu lupain. Coba deh." Jelas Keenan.
YOU ARE READING
Karena Cinta Punya Waktu
Short StoryPerlahan tetes air hujan jatuh membasahi bumi, daun-daun diluar sana pun basah, gemercik air hujan terdengar jelas ditelinga, dan hawa dingin pun mulai menusuk tulang. Langit begitu gelap, sama seperti hatiku saat ini, mungkin memang sedang bersahab...