story begin

1.1K 38 15
                                    

Luna berbaring meringkuk di sudut kamar tidurnya sambil menangis. Itu semua karena dia melihat hal-hal mengerikan. Semakin dia beranjak dewasa, hal-hal seperti itu terlihat nyata dan jelas dalam benaknya sampai mereka membuatnya sedih dan ketakutan.

Dia tidak mengerti pada awalnya apa itu yang menyiksanya. Penglihatan, perasaan, bahkan suara mengerikan karena mereka tidak pernah cukup jelas. Yang dia rasakan adalah rasa sakit dan penderitaan, tetapi saat ia tumbuh lebih dewasa penglihatannya menjadi lebih jelas dan dia menyadari apa yang dia lihat, dan yang menyiksanya. Itu adalah kematian.

Luna selalu menangis setelah dia melihat kematian. Itu seperti pemandangan yang menyakitkan, begitu banyak kesedihan, dan ketakutan. Luna hanya bisa bertahan dengan apa yang dilihatnya, tidak ada orang-orang yang memahaminya dan orang-orang tidak mau mendengarkan. Dia dikenal tertutup, tidak memiliki banyak teman, sedih dan kesepian.

Luna segera menyeka air mata dari pipinya ia beranjak dari lantai dan berbaring di tempat tidurnya. Ibunya akan segera datang untuk mengucapkan selamat malam dan Luna tidak akan membiarkan ibunya melihat dirinya seperti ini, Ibunya sangat menyayanginya, tidak percaya ada sesuatu yang salah dengan putri tercintanya.

Ayahnya adalah seorang mantan militer bernama Padraig O'Neill yang telah berjuang untuk Inggris dalam Perang Besar dan sekarang menjadi pengusaha kayu. Dia selalu dingin pada putri satu-satunya, karena kelakuan putrinya yang berkali-kali berbicara mengenai kematian.

Hingga suatu ketika dia benar-benar terganggu oleh perilaku putrinya, pada malam hujan badai empat tahun lalu, ketika Luna baru berusia sebelas tahun. Padraig duduk di samping perapian ditemani wisky favoritnya dan membaca bermacam-macam surat kabar.

Ketika ia mendengar suara berderit lembut, segera ia berbalik untuk melihat, Luna mengenakan baju tidurnya, berjalan perlahan menuruni tangga dengan kepala tertunduk.

"Luna?" Padraig telah terbiasa dengan perilaku aneh putrinya,

"Apa yang kau lakukan?" tanya Padraig dingin, Dia bisa melihat Luna menangis.

"Temanmu", gumamnya.

"Ya pergi gadis, apa yang kau bicarakan?

"Temanmu dengan jari kuning". Itu merujuk kepada temannya Daniel. Dia adalah teman masa kecil Padraig. Ketika dia mampir kerumah, Luna selalu bertanya tentang jari-jarinya yang kuning.

"Daniel", kata Padraig. Luna mengangguk.

"Ada apa dengan dia?" Luna mulai menyisir rambutnya dengan jari-jarinya dan Padraig melihat helai yang tersisa di jari-jari Luna yang kemudian melayang ke lantai.

"Hentikan itu Luna, Sekarang, katakan apa yang salah."

"Dia akan mati" kata Luna membuat Padraig berteriak padanya untuk berhenti berbicara omong kosong seperti itu dan membawanya kembali ke tempat tidur.

Keesokan harinya, Padraig mendapat kabar jika temannya meninggal malam itu. Marah dan bingung dengan kejadian itu ia mendesak istrinya untuk mengirim Luna pergi ke biara tapi air mata istrinya membuatnya luluh. Hubungan antara ayah dan anak, suami dan istri semakin tegang.

Luna mengusap airmatanya dan mencoba untuk tidur tapi tidak bisa. Dia melihat wanita tua O'Grady dan wajah cucunya yang tak bernyawa. Sambil terisak "Mereka belum mati, aku akan pergi besok dan memperingatkan mereka." pikirnya.

Dia ingat terakhir kali ia mencoba untuk memperingatkan seseorang tentang kematian dan akan selalu ingat reaksinya. Dia bersumpah untuk tidak pernah memberitahu siapa pun tentang apa yang dia lihat lagi setelah itu.

BansheeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang