Satu-satunya hal yang dapat dilihat oleh lelaki yang terikat di kursi adalah kegelapan. Lelaki itu berada di tengah ruangan gelap, tanpa satu pun penerangan. Ia berusaha meronta untuk melepaskan ikatannya di kursi, namun sia-sia. Tubuhnya terasa kaku karena sudah berjam-jam ia terikat dalam posisi duduk. Matanya tertutup kain hitam dan mulutnya disumpal kain serupa.
Lelaki itu berteriak, tetapi tertahan oleh sumpalan kain sehingga hanya menghasilkan suara seperti geraman. Tali yang mengikat tubuhnya sangat kuat, sama sekali bergeming bahkan saat ia mengerahkan seluruh tenaganya untuk meronta. Kaki dan tangannya juga terikat, semakin menyulitkan usaha pria itu melepaskan diri.
Mendadak, lampu di ruangan itu menyala. Ia semakin berusaha mengeluarkan suara saat menyadari ada orang lain di ruangan itu. Ia bisa mendengar suara langkah kaki, yang ia perkirakan dua orang, mendekati dirinya.
Satu hantaman telak mengenai wajah pria yang terikat itu. Kepalanya terasa pening dan telinganya berdenging. Belum sempat ia selesai merasakan sakit, rasa nyeri yang kedua datang ketika ia ditonjok tepat di perut. Napasnya terengah. Kepala dan perutnya terasa sakit luar biasa. Orang yang melukainya, entah siapa pun itu, pasti memiliki dendam yang teramat dalam pada dirinya.
Lelaki itu terpaksa mendongakkan wajah saat rambut pendeknya dijambak ke belakang. Ia merasakan dingin menyengat pelipis kanannya. Suara kokangan senjata menyusup ke telinga lelaki itu. Badannya gemetar. Ia tidak ingin mati sebelum tujuannya tercapai. Namun, nasib berkata lain.
"Sampai jumpa di dasar neraka."
Pria terikat itu masih sempat mendengar suara terakhir sebelum semuanya menjadi terang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Assist
Action-When a Dream Begin- Uang. Korupsi. Tahta. Kolusi. Harta. Nepotisme. Semua berujung pada menghilangnya jiwa. Berakhir dengan imbalan nyawa. Kejatuhan sang penguasa. ------*****------ Tiga orang mahasiswa, dengan satu tujuan, berusaha meraihnya denga...