Tortured
Bagian 1Mungkin memang ini sudah menjadi nasibku untuk ditindas. Apapun yang aku lakukan selalu salah di mata mereka, padahal aku melakukan sesuatu hal yang normal dan wajar.
Disiram air kotor, dikunci di gudang, ditenggelamkan di kolam sekolah, bahkan buku bacaanku pernah dibakar oleh mereka.
Apa yang kulakukan saat itu?
Tentu saja aku melawan. Jangan pikir aku ini seperti perempuan yang ada di sinetron televisi yang selalu tak bertindak saat ditindas. Tidak, aku tidak seperti itu.Aku adalah Adisty Dian Nugraha, seseorang yang selalu melawan saat ditindas, tetapi tetap saja tak bisa menang dari mereka. Derajatku saat ini berada di paling bawah bila diibaratkan dengan piramida makanan. Mereka yang menindasku berada di paling atas, sebuah Elang ganas.
"Gak usah sok ngelawan deh lo. Percuma, meskipun ngelawan, lo tetep aja kalah. Dasar cewek cupu sok berani tapi nyali ciut!" Sasa menarik kerah seragamku sampai kancing paling atas terbuka, "Kancing yang copot ini gak ada arti apapun kalo dibandingin sama muka gue yang sering lo cakar!"
Mataku sangat panas, dan ku tahu aku akan segera menangis.
"Muka lo gak ada artinya kalo dibandingiin sama penderitaan gue!" Ucapku sambil mendorongnya dengan keras.
Aku langsung bergegas mengambil tas yang ada di bangkuku, dan berlari keluar kelas.
Bersembunyi di balik pintu kamar mandi sambil menangis. Menatap diriku sendiri di depan kaca.
Lihatlah, betapa menyedihkannya dirimu Adisty. Ditindas, lalu kabur dari masalah itu. Emang bener kayaknya, aku cuma cewek cupu yang sok berani tapi gak punya nyali besar.Aku membersihkan wajahku dengan air yang mengalir dari kran wastafel. Lalu mengeringkan wajahku yang basah dengan tissue.
"Eh, mbak Disty?"
Aku menatap seseorang yang memanggilku dari kaca. Aku hanya tersenyum simpul padanya. Dia adalah adik kelasku yang sangat baik. Dia sangat paham keadaanku, karena dia juga telah merasakan rasa ditindas saat SMP.
"Mbak mau kabur lagi?" Tanyanya yang kubalas dengan anggukkan.
"Astaga. Sayang mbak kalau bolos."
Aku tersenyum lagi. Aku merasa tidak kuat untuk berbicara, karena saat aku berbicara tentang ini pasti aku akan menangis.
"Ortunya mbak pasti sedih kalau tau mbak Disty bolos sekolah."
Aku tersenyum kecut mendengar ucapannya. Percuma, orangtuaku tidak akan sedih jika aku bolos sekolah. Mereka pun takkan peduli denganku, mereka hanya peduli pada anak angkatnya--adik angkatku.
"Ih, mbak Disty kok diem terus sih!" Nara menepuk bahuku, mungkin agar aku mendongak menatap matanya.
Aku tetap tak menatapnya. Hanya menggeleng dan berlalu pergi tanpa mengucapkan satu patah kalimat.
Setelah berhasil kabur dari sekolah, aku segera pulang ke rumah dan tiba disana setelah 1 jam melakukan perjalanan dengan berjalan kaki.
Baru sampai di ruang keluarga, adik angkatku berteriak menyambutkku. Aku yang melihat tingkahnya yang berlebihan hanya sekilas meliriknya lalu pergi begitu saja meninggalkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tortured
Short StoryTak ada kebahagiaan di kehidupan Adisty. Yang ada hanya kesengsaraan yang membuatnya ingin meninggalkan dunia yang terasa sangat kejam untuknya. Kasih sayang, dan simpati seseorang yang dibutuhkan Adisty. Namun naas, tak ada yang bisa memenuhi kebut...