SleepWalker - Prolog

157 15 12
                                    

Devia mengendarai sebuah motor matik sambil bersenandung kecil. Saat itu, waktu maghrib sudah berlalu. Jalanan yang gelap itu mulai sepi, yang terdengar hanya suara burung malam serta suara angin yang berhembus kencang. Senandungan Devia membuat dirinya lebih hangat dalam kesepian.

Tidak, Devia memang seorang gadis baik-baik. Dia tidak akan pulang terlambat seperti ini, kecuali jika ia menjabat sebagai sekretaris OSIS. Selama ini, dalam hidupnya tak ada yang spesial. Seorang anak tunggal yang tinggal bersama wanita paruh baya yang merupakan seorang single mother.

Masalah kisah kasih? Ah, wajahnya tidak secantik teman-temannya, karena itu ia tak terlalu memikirkan cinta. Bukannya tidak mau mencoba, hanya saja ia berpikir pasti lawan jenisnya lebih tertarik dengan gadis cantik dan tinggi. Sebenarnya, ia pernah mengalaminya, dan mendapat sebuah pelajaran. Jatuh itu sakit.

Suasana semakin senyap, bulu kuduk Devia sudah siap untuk merinding. Namun, pikiran-pikiran positif Devia sukses mengalahkan rasa takutnya. Perjalanan dari sekolah sampai rumahnya memakan waktu tiga puluh menit. Bukan, bukan itu masalah terbesarnya, melainkan Devia harus melewati kawasan sepi penghuni. Di malam hari, kawasan itu lebih cocok disebut kawasan tak berpenghuni yang biasa menjadi sasaran uji nyali. Mau tidak mau, Devia harus melewati kawasan tersebut, karena itulah jalan tercepat untuk sampai ke rumahnya. Jika ia tak melewati jalan itu, mungkin ia baru bisa sampai lima belas menit lebih lama dari biasanya.

Tak lama kemudian, jalan raya mulai terlihat. Lampu kelap-kelip dimana-mana. Tak terlalu ramai memang, namun Devia bisa mendengar suara kendaraan yang berlalu lalang. Hal itu membuat hatinya lebih tenang.

"AAA!!" jerit Devia sedetik setelah mendapati sebuah mobil melaju kencang dari arah belawanan dengannya berjarak tak sampai satu meter, dan mulai menggesek ban motor serta menyentuh kakinya. Kecelakaan pun tak bisa dihindari. Tubuh mungil Devia terpental jauh, kemudian mulai bergesekan dengan aspal.

Tubuhnya kaku, tak bisa digerakkan. Pandangannya kabur, tapi ia dapat melihat dengan jelas ada cairan berwarna merah mengalir ke sekitarnya. Ia hanya bisa meringis kesakitan, meskipun ringisannya itu pun tak bersuara.

Si pengendara mobil keluar dari mobil, bermaksud menolong Devia yang sudah berlumuran darah. Beberapa pengendara lain yang kebetulan lewat pun turut mencoba menolong Devia. Rasa sakit Devia kala itu tak terdefiniskan. Sakit, ketakutan, dan... orang-orang yang ada di sana sudah mendapati Devia terkulai lemas tak sadarkan diri.

***

Devia membuka matanya perlahan. Hm, kamar? batinnya sambal menatap seluruh sudut ruangan tempat ia terbangun. Tidak lain tidak bukan, itu adalah kamar tidurnya.

Perlahan ia bangun dari posisi tidurnya. Rasa nyeri masih menyelimuti tubuhnya. Dengan sedikit takut, Devia melihat ke arah kakinya yang harusnya lecet karena kejadian kemarin, atau bahkan lebih parah.

Tak berbekas sama sekali.

Kebingungan. Hanya kebingungan yang ada di pikiran Devia pagi ini. Tak mau hanya diam di tempat dan memikirkannya, dengan susah payah ia pun berjalan menuju cermin. Meskipun tak terdapat bekas sama sekali, jujur saja untuk menggerakkan kaki itu menimbulkan rasa sakit di sekujur tubuhnya.

Devia kini mendapati tiga perempat tubuhnya di depan kaca. Senyumnya sedikit mengembang ketika ia mengibaskan rambutnya yang masih berantakan. Buru-buru Devia mengambil sisir dan mulai merapikan rambutnya.

Hei! Tujuannya kesini bukanlah untuk berkaca! Devia baru menyadari sebuah keajaiban. Tidak ada bekas kecelakaan apapun di tubuh Devia. Kulit putihnya terlihat mulus seperti biasa. Rambut berantakannya yang selalu terjadi ketika ia bangun tidur pun membuktikan bahwa semalam tak terjadi apa-apa.

Hm, mungkin kemarin hanya mimpi. []

A/N

Halo, Railaa disini! :))

Dulu cerita SleepWalker ini udah pernah aku post sampai bagian kedua pas Februari 2016 kalau nggak salah. Tapi karena aku masih kelas 9 dan sibuk menghadapi UN, akhirnya cerita itu ngga pernah update. Oke fix, maafkan aku yang khilaf ini:"

Aku udah bertekad setelah UN bakal ngelanjutin cerita ini. Tapi pas aku baca lagi, banyak banget kesalahan yang aku buat. Jadi aku bikin dari awal lagi, dan baru sekarang bisa dipublikasi hehe. Aku janji deh, maksimal seminggu sekali pasti update chapter baru. Ingatkan yaa~

SLEEPWALKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang