SleepWalker - Lima

64 6 7
                                    

"What? Jadi dia lupa bawa dompetnya, terus nyuruh kamu yang bayarin makannya dia?!" pekik Jessie. Devia mengangguk.

"Ah, aneh banget dia. Tapi gapapa, sama anehnya kayak kamu," tutur Jessie kemudian tertawa terbahak-bahak. "Gila, punya nyali banget dia, minta dibayarin pacar pas baru jadian."

Devia melempar boneka yang didekapnya saat ini ke arah Jessie, dan ikut tertawa. "Oh ya Jess, aku udah pergi lama, kok kamu masih di sini?"

"Mumpung malem minggu, aku menginap aja deh di sini. Lagian ayahmu pergi kan? Aku udah minta izin ke ibumu. Sekalian nemenin bocah yang lagi dimabok cinta ini uuuw," jelas Jessie sambil mencubiti pipi Devia dengan gemas.

"Ah, oke tentu! Kita udah lama ya nggak tidur bareng kayak gini," ujar Devia sambil merebahkan dirinya di kasur. Entah bagaimana, Devia baru menyadari kalau sedari tadi keduanya telah dibalut piyama.

"Terakhir kali... saat orangtuaku bertengkar hebat, aku lari dari rumah terus kabur ke sini kan? Pas kecil aku sering banget tidur di sini, tapi kenapa ya sejak saat itu aku nggak mau tidur sini lagi? Padahal keluargamu udah baik banget mau nenangin aku yang, ya... ada masalah," gumam Jessie.

Sontak Devia kembali duduk, kemudian memeluk Jessie. Tangannya mengelus Jessie pelan. Jessie tertawa kecil.

"It's okay, Dev. Aku udah besar, kok. Semua itu cuma masa lalu."

"I know. But, kadang sesuatu yang dibilang nggak apa-apa itu ada apa-apanya," ujar Devia, mengeratkan pelukannya sejenak kemudian melepaskannya.

"Thanks, aku ngerasa... lebih baik, kayaknya."

"Oh, ya, Jess! Hari Minggu kemarin Ayah bawa oleh-oleh dvd film baru nih, nonton, yuk!" ajak Devia. Jessie mengangguk.

Devia pun segera menyiapkan laptopnya. Tiba-tiba, pintu kamar Devia diketuk dan muncul Ibu Devia sambil membawa beberapa camilan.

"Tuh kan, Ibu udah duga kalau kalian bakal begadang malam ini," ujarnya sambil menaruh camilan-camilan itu di meja belajar Devia. "Dimakan ya, Jess, nggak usah sungkan. Devia, sampahnya jangan dibuang sembarangan!"

Devia mengiyakannya sambil cemberut. Jessie mengangguk-angguk sambil berkali-kali mengucap terimakasih pada Ibu Devia. Setelah berbasa-basi sejenak, Ibu Devia pun meninggalkan mereka berdua.

Ibumu baik ya, Dev..batin Jessie sambil menundukkan kepalanya.

"Jess? Kok ngelamun?"

Jessie pun tersadar, kemudian menjulurkan lidahnya. "Soriii deh, Dev. Kuy langsung kita tonton filmnya!"

***

Devia terbangun, kemudian sesegera mungkin melihat jam dinding di kamarnya. Pukul enam pagi. Ia hanya menggeliat, kemudian memutuskan untuk tidur kembali, mengingat kemarin ia begadang hingga tengah malam bersama Jessie.

Tunggu. Jessie?

Sedetik kemudian, Devia segera bangkit dari tempat tidurnya. Matanya menyapu seluruh isi kamar, dan tak mendapati satu jejakpun dari Jessie. Pada saat yang bersamaan, Ibu Devia melewati kamar Devia, dan memutuskan untuk 'mampir' sejenak setelah melihat anak semata wayangnya itu bangun.

"Jessie sudah pulang. Tadi dia di jemput papanya," jelas Ibu, menjawab semua pertanyaan yang sempat terlintas di otak Devia.

"Hm, menurut Ibu, hubungan keduanya sudah mulai baik?"

"Dua, siapa?"

"Jessie sama papanya."

Ibu Devia menghela napas, kemudian duduk di samping Devia. "Ibu berharap seperti itu. Lagi pula, orang terdekat yang Jessie punya hanyalah papanya. Cepat atau lambat, hubungan mereka akan kembali berjalan seperti biasanya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 17, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SLEEPWALKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang