Lihatlah mereka. Mereka bergandengan di tengah ramainya kota malam ini. Sesekali pria itu menatap gadis yang di sampingnya lalu mencium keningnya. Gadis tersebut hanya tersenyum. Kebahagiaan terpancar cerah dari senyum mereka.
Aku penasaran. Bisakah kita seperti mereka?
Aku kembali menatap pasangan tadi yang sekarang sedang duduk tepat di sebrangku. Lengan pria itu melingkar di leher gadisnya. Dan kedua lengan gadis tersebut melingkar tepat di pinggang pria tersebut. Mereka tersenyum seolah-olah dunia adalah milik mereka.
Tiba-tiba angin berhembus dengan cukup kencangnya. Seketika, pria yang sedang duduk di sebrangku itu memeluk gadisnya dengan erat. Ekspresi gadis itu sangat ketakutan. Mungkin dia takut dengan angin besar. Ekspresinya berubah ketika dia sudah merasa hangat di pelukkan sang kekasihnya tersebut.
Ada rasa sesak kecil di hatiku. Bukan, bukan karena mereka. Aku tidak mengenal mereka sama sekali. Hanya saja kebetulan mereka muncul disaat yang tidak tepat untuk hatiku.
Aku kembali menatap jalanan yang mulai sepi dilalui oleh kendaraan ini. Lampu-lampu kota malam membuat kota ini semakin indah. Tapi tidak dengan hati ini. Hati ini gelap.
Aku merogoh saku celanaku dan mengambil telepon genggamku. Begitu kunyalakan, muncul fotoku bersama seorang wanita berambut hitam lurus. Di foto itu, aku tersenyum, sangat bahagia.
"Kau masih menyimpan foto itu ya?" tiba-tiba seorang wanita duduk di sampingku.
"Tentu saja." Aku langsung menyimpan kembai telepon genggamku ke dalam saku.
"Apakah kau masih marah padaku?" tanyanya.
"Entahlah," jawabku singkat.
Kemudian dia terdiam tidak menjawabku. Kami hanyut dalam kesunyian untuk beberapa menit.
Pasangan yang tadi di depanku sekrang telah pergi dengan canda tawa. Mengingat sepasang kekasih yang tadi membuatku sangat kesal.
"Sampai kapan kita akan begini?" Akhirnya aku membuka suara.
"Aku belum siap," jawabnya.
"Aku menyayangimu," ucapku.
"Begitupun aku," jawabnya.
"Kenapa aku tidak bisa mengenggam tanganmu di pinggir kota ini seperti kekasih lain pada umumnya?" Tanyaku.
"Karena kita berbeda. Kita tidak seperti kekasih lainnya di kota ini. Aku hanya belum siap."
"Aku menyanyangimu," ucapku lagi.
"Aku juga menyayangimu."
"Aku ingin orang-orang tahu bahwa kau adalah milikku," pintaku.
"Aku takut."
"Aku akan menjagamu jika kau ketakutan."
"Aku cemas."
"Aku akan selalu ada untukmu."
"Maafkan aku." Tiba-tiba dia langsung pergi dengan terisak dan berlari meninggalkanku.
Tidak, aku tidak mengejarnya. Aku tahu keinginannya bahwa belum siap. Aku menyadarinya.
Kupandangi cara berlarinya dari kejauhan. Rambut hitamnya berkibar. Tanpa sadar, air mataku menetes.
Aku sangat menyanyanginya.
YOU ARE READING
Secret Love Song
Short StoryWhy can't you hold me in the street? Why can't I kiss you on the dance floor? I wish that we could be like that Why can't we be like that? © 2016 - Dandy Wahyudi