-BROKEN IN BETTER–
.
.
Warning : Alur yang berantakan, flashback tak menentu, diksi yang membosankan, minim dialog, hanya baca, nikmati dan jangan berpikir
.
.
-The Mausoleum-
.
.
“Aduh mati aku! Dimana ini?” Well sekarang Lexa benar-benar panik, salahkan dirinya yang bodoh dan teledor. Bepergian ke negara orang tanpa planning sebelumnya, boro-boro planning, tahu tujuan saja tidak.
Setelah menaiki pesawat, Lexa memang hanya bengong dengan tatapan hampa, 18 jam di dalam pesawat tanpa menyentuh makanan yang disuguhkan seujungpun membuatnya lemas tak terkira.
Memang di dalam pesawat ia hanya mendengarkan lagu terbarunya Birdy yang sedang ngehits berjudul Wings, lagu yang benar-benar galau tentunya. Sambil menangis sesenggukan tak terkira tanpa tahu malu dan meracau dengan tidak jelasnya. Teman duduk di sampingnya sampai mengerling dengan tatapan kasihan kepadanya.
“Miss, can you tell me where this plane have to go?” tanya Lexa saat itu pada pramugari yang telah dengan berbaik hati memberikannya tisu lengkap dengan baskom tempat ia membuang iler dan ingus yang ia keluarkan.
Lexa berani bersumpah, ada kilatan aneh dari mata pramugari itu ketika menatapnya, mungkin pandangan kasihan? Ah! Lexa tidak peduli sepertinya.
“London, Miss,” jawab pramugari itu dengan nada yang sangat lembut, aidah! Merdu sekali suara kau Miss.
Oh London toh, cuman Londoh, itu mah keci.... “APA?!” Tesadar akan apa yang dikatakan pramugari tersebut, bagaikan tersengat ikan listrik berkekuatan maksimal Lexa berteriak kencang tanpa bisa ia cegah.
Apa tadi? London? Yang benar saja! Ia benar-benar tidak tahu, sangat tidak tahu London itu seperti apa, kenapa Tuhan? Dari segala negara yang Kau kehendaki ada untuk berdiri, kenapa harus London Tuhan? Harus ada yang disalahkan atas kekacauan ini!
Memang Lexa cukup familiar untuk beberapa negara seperti Singapura, Jepang, Korea apalagi Prancis, karena dia sering mengikuti lomba Bursa Efek Internasional dulunya saat di jenjang sekolah menengah, tapi tidak untuk London! Aih! Janngan-jangan mau menginjakkan kaki, tertarik pada negara yang berbasis kerajaan nan membosankan itu saja tidak.
Hanya satu yang ia ketahui dari London yaitu Daniel Radcliffe aktor dari film terkenal Harry Potter, selebihnya? Nothing!
“Pardon Miss, you okay?” Lexa baru tersadar jika pramugari cantik nan seksi itu belum pergi dan masih setia menunggu kelanjutan respon yang akan ia keluarkan yang sempat to be continue untuk beberapa detik, profesional sekali ia!
“I am sorry, but I am okay. Thank you so much,” ucap Lexa dengan nada yang ciap-ciap saking kecilnya, ia shock? Tentu saja! Bagaimana nasibnya nanti! Hanya Tuhan dan Authorlah yang tahu.
Poor Lexa!
.
.
Dan di sinilah ia berdiri, di sebuah taman kota yang tak ia kenali, celinguk kanan celinguk kiri tapi masih saja tetap sama, Lexa benar-benar berharap taman indah nan permai ini dapat berubah menjadi Pasar Mangga Dua Jakarta, walaupun itu tidak bisa dikatakan sebagai barter yang fair, tapi siapa peduli.
Lexa memang tidak main-main ketika mengatakan taman ini sangat indah, lihat saja sepanjang jalan hanya rumput hijau –yang Lexa bisa yakinkan kalau tinggi dan diameter rumput tersebut sama saja, terpukul rata– yang terbentang indah seluas 2 hektar. Seolah belum sepenuhnya keindahan itu terpancar, disetiap rumput sekitar berjarak 3 meter pasti terdapat batu besar yang setiap batunya bertuliskan hampir sama, Rhyme in Peace? Njritttttt ini mah kuburan bukan taman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken In Better
Teen FictionAlexander Astar Prasaputri tahu Kisah cintanya memang berawal dari suatu kebodohan belaka. Alexander atau Lexa yang saat itu tengah patah hati karena laki-laki lain entah mengapa melemparkan dirinya begitu saja dari Jakarta dan terdampar di London...