Sang mentari pagi masih enggan menampakan diri dari peraduannya.Di salah satu rumah sederhana belum menampakan adanya tanda kehidupan,seisi rumah itu masih terlelap bergelut dengan mimpi masing-masing.Namun tidak bagi sang Nenek,ia telah terjaga dan bersiap-siap.Sang Nenek membuka laci pakaiannya,ia memilih satu persatu pakaian yang akan ia kenakan,tatapannya terhenti pada sebuah sweater berwarna kuning.Tampaknya sweater itu telah usang dimakan usia.
Sang Nenek tersenyum
Kini Nenek telah berpakaian rapi.Ia mengeluarkan sebuah cincin dari kotak yang tersimpan di laci meja riasnya.Ia menyematkan cincin itu di jari manisnya.Sang Nenek mematut dirinya di cermin ia menyadari kerutan-kerutan yang mulai muncul di wajahnya.Ia adalah Sisi.....
Ruang tamu terlihat masih gelap.Sang Nenek duduk seorang diri.Nenek Sisi menatap layar ponsel yang ia pegang,tak satu pesan pun yang ia dapatkan.Guratan kekecewaan tampak menghiasi wajahnya yang tak lagi muda.Ia tamapak gelisah seperti sedang menunggu seseorang.
Sang mentari mulai menampakan diri.Seperti biasa Nenek Sisi selalu mengawali harinya dengan sarapan bersama.Di sebuah rumah sederhana ini Nenek Sisi tinggal bersama puteri,menantunya dan seorang cucu laki-laki di Amerika.Nenek Sisi masih memiliki seorang cucu perempuan bernama Prilly yang saat ini menetap di Indonesia.
Nenek Sisi tampak sangat menyayangi cucu perempuannya.Dan sejak pagi Nenek Sisi menanti Prilly menghubunginya.Namun tak ada satu pesan pun yang ia dapat dari Prilly.
Sang Puteri yang menyadari kegelisahan Nenek Sisi menatapnya,seakan ia tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Nenek Sisi."Prilly menghubungiku kemarin malam dia menanyakan bagaimana keadaan Ibu"
"Benarkah?kenapa dia tidak langsung menghubungiku?"tanya Nenek Sisi
"Hari sudah larut malam bu"jawab Ayah Prilly yang sedang menikmati secangkir kopi
Nenek Sisi terlihat menggerutu karena Prilly tak langsung menghubunginya.Ibu Prilly tersenyum kecil melihat Nenek Sisi yang tampak kecewa."Bu,sepertinya Prilly memiliki seorang kekasih"kata Ibu Prilly
Semua orang terkejut mendengar perkataan Ibu Prilly.Nenek Sisi hanya tersenyum dan menganggapnya hal yang wajar.Berbeda dengan sang Ayah ia tampak terkeju, mengingat sang Ayah sangat protektif terhadap puterinya.
Telepon berdering memecah percakapan keluarga pagi itu.Ibu Prilly mengangkatnya.Sebuah panggilan dari Indonesia untuk Nenek Sisi.Binar kebahagian di wajah Nenek Sisi ketika ia mendengar nama Indonesia.Raut wajahnya berubah seketika saat ia mendengar apa yang dikatakan si penelepon.Nenek Sisi terdiam dan merenung.Puteri dan menantunya tampak khawatir melihat perubahan Nenek Sisi.
"Ada apa?"tanya Ayah Prilly cemas
Nenek Sisi memilih diam
"Apa yang terjadi?'tanya Ibu Prilly tak kalah cemas
Nenek Sisi sekilas menatap puterinya lalu tatapannya beralih pada sang menantu."Iya.Kamar mandinya sudah tidak bisa diperbaiki.."
Ayah dan Ibu Prilly saling berpandangan
****
Nenek Sisi menyapu pandangannya ke seluruh penjuru airport.Ia menanti kedatangan seseorang untuk menjemputnya.Seulas senyum menghiasi wajah Nenek Sisi, rasanya ada perasaan bahagia seperti kembali bernostalgia.
"Neneekkkkk....."teriakan seseorang berhasil membuyarkan lamunan Nenek Sisi
Seorang gadis berambut panjang berlari menghambur ke pelukan Nenek Sisi.Gadis bernama Prilly itu tak henti-hentinya memeluk Nenek Sisi.Mereka berpelukan dengan bahagia.

YOU ARE READING
A Werewolf Boy
Любовные романыDisclaimer :A werewolf Boy "Kenangan itu seperti menulis sesuatu tentang seseorang,setelah dia pergi..Kau membacanya lagi dan merasakan keberadaan dia walau tak nyata...."