Chapter 3

859 41 2
                                        

"Sisi jelaskan apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Rion panik.

"Aku tidak tahu!"

Polisi dipanggil malam itu juga ke rumah Sisi. Namun yang terjadi adalah Sisi mengatakan ia tidak tahu apa yang telah dilihatnya. Berlawanan dengan cerita Rion.Sisi mengatakan Rion merusak rumah dan berusaha menyerangnya.

"Lalu kenapa menghubungi polisi? Tolong jangan berbuat iseng. Kami banyak pekerjaan."ujar polisi.

Rion mengeluarkan serenceng kunci rumah. "Aku pemilik rumah ini dan aku punya kuncinya.Kau bahkan tidak tahu siapa penyerang dan siapa korbannya!" teriaknya marah pada para polisi.

"Hei, kau tahu siapa yang membayar tagihan rumah sakitmu? Apakah kau tahu siapa yang memberikan rumah? Lalu kau masih mau mengurus monster? Apa kau sudah gila!" teriak Rion memaki Sisi..

"Ayahku!" ujar Sisi. "Ayahku yang menemukan bisnis dan sesudahnya kau bergabung. Setelah kematian ayahku kau mencuri aset perusahaan dan hidup dengan baik. Aku tahu yang sebenarnya. Meski kau bergumam tentang pensiun dan tagihan medis, itu tidak akan membantumu sedikit pun. Jadi tutup mulutmu!" Sisi memelototi Rion dengan penuh kebencian.

"Bahkan kau lebih dari monster."Sisi menatap tajam Rion. "Dia yang menyerang dan berbuat asusila padaku. Kalau saja Digo tidak menolongku,aku tidak tahu bagaimana nasibku. Jadi, jika harus ada yang ditangkap, itu kau."lanjutnya.

"Tunggu.. Jangan seperti itu,maafkan anakku."Ibu berusaha menenangkan Sisi.

Sementara Rion tak bisa berkata apa-apa mendengar tuduhan Sisi yang sepertinya benar. Ia mengancam akan mengeluarkan Sisi dan keluarganya dari rumah ini jika mereka tidak mengeluarkan Digo. Tapi Sisi tidak takut. Ia malah menantang pergi bersama-sama ke kantor polisi.

"Aku tidak menyangka. Aku mau kalian semua pergi dari sini!" teriak Rion.

"Siapa takut? Digo tidak bersalah sama sekali. Dia tidak seperti kau! Aku tidak butuh kau sama sekali, jadi kau tidak usah khawatir aku yang akan mengurus semuanya."

"Pak polisi, apakah kau melihat pisau dan tongkat yang ia pakai? Mari kita pergi ke sana dan memeriksa dengan benar!"pinta Sisi.

Sisi menantang Rion untuk memanggil ayahnya. Ia juga memiliki banyak pertanyaan untuk mantan rekanan bisnis ayahnya itu. Jika Rion tak berani, maka sebaiknya Rion tidak lagi mengganggu keluarganya maupun Digo.

Sisi berjalan pergi dengan marah. Digo mengikutinya. Rion langsung mengamuk dan membanting semua barang yang ada, termasuk gitar Sisi. Mendengar suara gitarnya, Sisi terhenti.

"Digo.. Maafkan aku." Sisi terlihat menahan tangis.

Digo menatap sendu Sisi.

Polisi lalu datang untuk memborgol Digo dan membawanya pergi. Digo memandang Sisi kebingungan.Ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Sisi mengangguk lemah ia mengisyaratkan agar Digo mengikuti perintah dari Polisi.

*****

Rion berdiri berhadapan dengan Polisi. Ia terus berusaha membela diri bahwa bukan dia yang bersalah. Rion dan teman-temannya pun diinterogasi. Sementara itu, Digo duduk terdiam ditemani Ibu. Satu Keadaan tidak menguntungkan bagi Rion. Selain ceritanya yang tidak masuk akal, Rion pun kedapatan telah minum minuman keras.

"Kudengar jika seseorang banyak minum minuman keras, ia tidak bisa mengenali orang tuanya sendiri," kata polisi.

"Kau tidak percaya padaku?!" bentak Rion sambil menggebrak meja.

Tentu saja polisi semakin tidak simpatik dengan sikap Rion yang begitu arogan. Rion berusaha menjelaskan kalau apa yang ia lakukan bukanlah apa-apa. Digo yang telah melemparkan segalanya dan membunuh orang.

A Werewolf BoyWhere stories live. Discover now