31// Harry styles2

7.4K 491 48
                                    



Aku terbangun dengan kepala yang terasa sakit sekali, saking sakitnya efeknya menyebar keseluruh bagian tubuhku sehingga semua anggota badanku tak sanggup untuk ku gerakan. Dengan mata yang masih sayu dan masih binging dengan bagaimana aku bisa berada disini dengan tangan dan kaki yang terikat menggunakan tali serta mulutku yang di tutup menggunakan lakban hitam.

Mengedipkan mata berulang kali, mengamati seluruh isi ruangan disini aku seolah baru saja teringat jika sebelumnya aku tak sadarkan diri dirumah Barbara karna ada suatu hal yang tak bisa kuingat mengapa aku bisa sampai berada disini. Tersadar pula aku tadinya bersama Cara, kuterlusuri pandanganku kesegala penjuru ruangan dan menemukan Cara dipojok ruangan dengan tali yg mengikat pada pergelangan tanganya dan kakinya dan ia masih belum tersadar. Syukurlah ia ada bersamaku.

Tunggu, dimana aku sebenarnya? Kuyakin ini bukan dirumah Barbara dan aku tak mungkin begitu saja tergeletak tak sadarkan diri dengan tali yg menjerat kaki dan tanganku. Pasti ada yang melakukanya terhadapku, tapi siapa? Dari awal sudah kuduga, rumah Barbara hanyalah sebuah jebakan, andai saja aku menurut pada Cara bahwa dirumah itu memang tak ada petunjuk untuk menemukan anak-anak kami takan ada disini. Oh, astaga! Aku sampai melupakan mereka, aku harus segera mencari mereka kembali. Aku harus mendapatkan mereka bagaimanapun caranya.

Menggerakan tanganku kesegala arah untuk bisa membuka ikatan pada tali ini, namun hasilnya sia-sia karna ikatan pada tali ini sangat kuat. Aku terdiam, mencari cara agar dapat membuka ikatanya. Pandanganku tertuju pada sebuah bangku yang sudah hancur dan terdapat serpihan kayu yang tajam dipinggiranya, aku menggeser bokongku kearah bangku tersebut dan menggesekan kedua tanganku yang terikat oleh serpihan kayu tersebut. Aku terus menggososknya dan lama kelamaan tali tersebut lepas dari pergelangan tanganku, sialan karna siapapun orang yg mengikatku dengan tali ini membuat tanganku merah.

Selanjutnya aku melepaskan lakban yang ada di mulutku dan tali yang masih ada dipergelangan kakiku, aku berdiri dan menuju kearah Cara untuk segera membangunkanya dan melepaskanya kemudian sesegera mungkin pergi meninggalkan tempat ini.


"Cara, hey bangunlah." Aku mengguncangkan badanya dengan keras agar ia terbangun, setidaknya buka kedua matanya agar aku tahu bahwa ia baik-baik saja namun hasilnya sia-sia saja karna aku teringat bahwa seorang Cara delevingne tidak bisa dibangunkan dengan cara lembut seperti ini.

Akhirnya aku mencubitnya lenganya dengan keras agar ia terbangun. "Mmph" Ia bergumam masih dengan mata yang terpejam erat. Mungkin efek dari obatnya belum sepenuhnya hilang, namun setidaknya ia sudah tersadar.

"Hey bangunlah." Ia membuka matanya perlahan dan memandangku lama. Dan lama kelamaan bola matanya membesar.


Aku segera bertindak untuk melepaskan ikatan pada tangan dan kakinya dan melepas paksa tempelan lakban pada mulutnya. "Aw!" Ia memegang mulutnya yang pastinya terasa sakit akibat kucabut dengan keras, mulutnya langsung memerah kana kucabut dengan paksa.


"Ayo, kita harus cepat keluar dari sini."


"Kita ada dimana? Dan astaga, kepalaku sangat sakit Ken." Ia memegang kepalanya dengan kedua tanganya.



Aku tak menanggapinya dan beralih menuju ke arah kaca jendela untuk meloloskan diri namun sayangnya jendela itu tertutup rapat dan dikunci rapat-rapat, hari sudah malam yang menandakan Harry sudah pulang dan ia pasti khawatir karna tak menemukan kami dirumah. Padahal ia baru pulang dari inggris dan ia pasti sangat lelah.


"Kendall, ada dimana kita?"


"Aku tidak tahu Cara, yang kutahu setelah kubangun aku telah berada disini."


HARRY STYLES 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang