5 Menit #part 2

76 8 4
                                    

      Plak Iqbal menepuk jidatnya "Haduh Frizka. Ini nih yang kurang dari lo, sek."

      "Aaahh kurang?" Ku keritkan kening dan lanjut bertanya "Kurang apanya?"

      "Kuranglah, kurang bumbunya. Penampilan dan kelakuan lo itu feminim tapi alat makeup aja engga punya, sedikit polesan aja pasti nambah cantik lo, sek." Jari telunjuknya menujuk pada tas kecil ini "Tunggu di sini jangan kemana-mana!" Iqbal segera berlari keluar kamar.

*****

      Tepat 5 menit Aku duduk di meja rias tua ini. Akhirnya Iqbal datang dengan nafas yang tergesa-gesa dan membawa kotak makeup yang berukuran cukup besar.

      "Loh mas dapet itu dari mana?" Aku mencoba membuka kotak ini "Punya bude?"

      "Bukan kok, tadi mas nyari punya Ibu tapi mas engga tau ada di mana. Mau tanya Ibu, tapi ada tamu. Yaudah mas keluar dari pintu belakang terus ke rumah mba Risma yang di belakang rumah." Dengan nafas tergesa-gesa dia melanjutkan omongannya. "Dia Biduan jadi pasti punya yang namanya alat makeup"

      "Ya ampun." Kini giliran ku yang menepuk jidatku sendiri "Emang buat apa si, mas? Gue engga suka pake begituan, Gue juga engga bisa pakenya."

      "Udah diem aja, tunggu 5 menit lagi nanti cewe mas ke sini buat dandanin lo sek."

     Benar saja dalam 5 menit Tika pacar Iqbal sudah ada di sampingku.

     "Bie, ubah dia biar tambah cantik. Bayarannya nanti malem kita jalan, Okeey." Iqbal mengacungkan ibu jarinya sembari mengedipkan matanya.

      "Okey, Bie siaap." Tika pun mengacungkan ibu jarinya dan melemparkan kiss bye.

      Aku hanya bisa mematung ketika melihat tingkah mereka berdua.

      Tika segera membuka kotak yang ada di depanku ini. Dan meraih sebuah pondation.

      "Mba, jaaangaaan mbaa! Aku engga biasa pake itu."

      Lalu Tika meraih bedak padat yang pernah aku lihat di TV, dikatakan dalam iklan itu bisa tahan 12 jam. Kini jam di tanganku menunjukan Pukul 09.00, kalau 12 jam berarti bisa-bisa saat waktu Dzuhur bedaknya masih menempel pada wajahku.

      "Mbaaaaaa." Cepat-cepat kedua telapak tanganku menutup wajah yang amat berati, sebuah aset untuk suamiku kelak.

      "Jangan pakai itu juga, mba!" Aku menggelengkan kepalaku.

      Kalau wajah ini ditempel benda-benda aneh kaya gitu bisa-bisa aset Gue berkurang. Fikiran bodoh yang terlintas begitu saja.

      "Aduuh terus mau pakai apa De?" Tika kebingungan dengan sikapku ini. "Yaudah Lo pilih mau pake yang mana!"

      Setelah aku memilih beberapa alat makeup. Tika segera me-makeoverku tak butuh waktu yang lama, 5 menit saja sudah cukup mengubah wajahku.

*****

      Tika mengajakku untuk pergi ke ruang tamu dimana Iqbal sudah menungguku. Aku masih bingung rencana apa yang Iqbal akan lakukan padaku, apa ini sebuah balas dendam karena ulahku semalam.

      Tapi kini aku hanya bisa pasrah mengikuti permainan Iqbal, aku tak ingin rasa bersalah ini terus menghantuiku hingga aku kembali ke Bekasi.

       Kami duduk di samping Iqbal yang asyik memakan kue-kue lebaran di atas meja.

      Iqbal melihatku dengan tatapan yang tak biasa, seperti tatapan kucing yang melihat ikan asin siap untuk melahap mangsanya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 01, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Long Distance Relationship [LDR]Where stories live. Discover now