She

62 4 1
                                    


***

1995

"Aku mempunyai ide bagus!" Seru Hyunsik dengan detak jantungnya yang tak menentu. Seluruh tubuhnya gemetar menyebabkan buliran keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya. Pandangannya hampir mengabur. Ditengah kegelapan malam yang diselimuti hawa dingin yang menusuk tulang ini, ia meraih tangan yang sama dinginnya.

Hyunsik melirik gadis disebelahnya dan menggenggam tangannya erat. Kim Hyejin yang langsung mendapat orientasi menatap balik pria disebelahnya dengan anggukan yakin. Nafasnya juga sama, lehernya seperti tercekik. Ia menelan ludahnya yang sudah terkuras habis. Disudut ruangan yang gelap, bayangan itu menari-nari disana seperti terbawa angin. Bayangan itu lebih hitam dari kegelapan yang menyelubunginya. Hitam dan tidak terlihat. Terdengar lengkingan keras yang memekakan telinga disusul dengan tawa yang seperti mengejek.

Hyejin semakin menggenggam tangan Hyunsik erat dan terkesiap ketika ia seperti mendapat aba-aba.

"Lariiiiii...!!" Sedetik mendengar itu mereka kompak membalikkan tubuh mereka dan mengayunkan kedua kakinya dengan kecepatan maksimal. Hyunsik tetap menggenggam tangan itu erat. Mereka terus berlari menyusuri koridor yang gelap. Koridor itu tampak seperti lorong kegelapan yang tak ada ujung. Seberkas cahayapun tak nampak didepan penglihatan mereka. Hanya kegelapan dan kegelapan.

Suara sepatu kets keduanya terdengar keras berdentum dengan lantai keramik yang dipenuhi dedaunan. Terus berlari. Posisi Hyejin sedikit terbelakang dari Hyunsik. Pria itu memimpin didepan dengan tangannya yang terus menggandengnya erat. Bebannya makin ditambah dengan ia yang menarik tangan itu untuk tetap berlari dan mengikutinya. Nafasnya semakin pendek-pendek, seperti kehabisan oksigen untuk paru-paru mereka "disini sesak.. aku tidak kuat lagi" Hyejin memegang dadanya. Mulutnya menganga untuk mengambil oksigen sebanyak-banyaknya. Megap-megap seolah ia akan mati jika tidak menghirupnya.

"Pintu keluar hanya beberapa meter lagi Hyejin-ah.. ayo jangan menyerah" Hyunsik menaruh kedua tangannya dipundak Hyejin yang menunduk. Kedua tangannya yang bertumpu pada lututnya tampak bergetar. Hyejin menatap kearahnya dengan mata sayu seolah ia sudah sangat lelah.. lelah untuk berjalan "Jangan lepaskan aku.. jangan lepaskan tanganmu" Hyejin memohon.

"Tentu saja aku tidak akan melepaskanmu Hyejin-ah.. ayo kita harus keluar dari sini!" Hyunsik kembali menggenggam tangan Hyejin yang dingin. Berlari menyusuri kegelapan. Ia semakin merasakan bayangan hitam yang seolah menyelimuti jalannya. Tawa itu semakin jelas terdengar. Hyunsik mengedarkan pandangannya kesekeliling, sesekali melongok keatas. Langit-langit atap terlihat berwarna coklat dengan kayunya yang sudah lapuk. Tiang-tiang penyangga sudah tampak mengelupas seperti sudah tidak kuat untuk menyangga beban bangunan. Lantai keramik yang biru tampak menghitam diembun kegelapan. Ditengah nafas tersenggalnya yang hampir habis, Hyunsik menggelengkan kepalanya cepatㅡmembuka lebih kesadarannya. Dengan tekad yang kuat ia sangat yakin akan segera keluar dari tempat ini.

Hyunsik seperti tertarik kebelakang saat tiba-tiba Hyejin menghentikan langkahnya.

"Ada apa Hyejin-ah.. kenapa berhenti? Sebentar lagi kita sampai" Hyunsik menyemangati. Raut wajahnya menggambarkan kekhawatiran yang berlebih.

"Kakiku.." Hyejin berdiri mematung.

"Kakimu.. kenapa kakimu" Teriak Hyunsik. Ia melihat raut wajah Hyejin yang sangat ketakutan.

"Berat.. aku tidak bisa bergerak.. kakiku.. Hyunsik tolong aku" Mohon Hyejin memelas. Hyunsik yang kebingungan mencoba menyentuhnyaㅡ mencoba mengangkatnya "kakimu.. kakimu kram?" Hyunsik menyimpulkan. Ia memijit pelan kaki itu.

"aku tidak tahu! Hyunsik aku tidak bisa bergerak"

"Tenanglah.. kita harus keluar dari sini. Pelan-pelan ayo kita coba berjalan" Hyunsik mengalihkan tangannya kepundak Hyejin. Menuntunnya berjalan.

The Other PersonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang