Chapter 3

14 1 0
                                    

-Flashback-

Nalla kecil sedang berlari menuju suatu tempat sambil membawa tas sekolahnya. Bukan ke rumahnya, tetapi...

"Kak Dennis!" Panggil Nalla senang dari depan pintu gerbang sebuah rumah yang jaraknya mungkin hanya 10 rumah dari rumah Nalla.

Dan tak lama muncul sesosok pria yang-hm-lumayan-tampan sambil tersenyum ke arah Nalla. "Tumben Nalla datang cepat hm? Ayo sini masuk,"

Nalla hanya tersenyum lalu mengekor Kak Dennis masuk ke rumah. Kak Dennis, siswa SMA kelas 2 yang dengan sukarela menjadi guru privat Nalla. Ini semua karena Nalla yang tak henti-hentinya merengek minta diajarkan oleh Kak Dennis. Mungkin Nalla juga sudah jatuh kepada pesona Kak Dennis yang tak dapat diragukan lagi? Entahlah.

Nalla duduk di tepian karpet di ruang tamu. Nalla tidak sendiri. Ada seorang anak laki-laki yang juga seumuran dengannya.

"Wle!" Nalla tiba-tiba menjulurkan lidahnya ke arah anak itu.

"Nenek sihir kenapa ada disini?!" Ujar anak itu kaget.

"Sudah kubilang berapa kali aku bukan nenek sihir!" Kini Nalla sibuk menjambaki rambut malang anak laki-laki itu.

"Hiyaaa! Abang huwaa tolonggg Dima disiksa sama nenek sihir huwaaa!" Teriak Dima. Ya. Anak itu bernama Dima.

"Nalla..., jangan jahat gitu sama Dima. Kan, kasihan dia kalau nanti botak gak jadi ganteng kayak Kakak," rayu Kak Dennis yang langsung meluluhkan hati Nalla.

"Abis dia nyebelin!" Nalla melepas cengkraman tangannya dari rambut Dima sembari merengut.

"Dima gak ngapa-ngapain, Bang. Dia aja yang tiba-tiba dateng terus melet," cerita Dima polos. Ya. Dima adalah adik dari Kak Dennis, guru privat Nalla.

"Kamu yang ngatain aku nenek sihir duluan!" Ucap Nalla membela diri.

"Ya karena kamu memang mirip nenek sihir!" Jawab Dima tak mau kalah.

"Tuh, kan, kamu tuh ya!"

Baru berniat menjewer telinga menggemaskan milik Dima, Kak Dennis tiba-tiba mengelus rambut Nalla yang tentu saja membuat Nalla dag dig dug.

"Nalla udah ya, Sayang. Kalo kalian berantem terus, kapan kita belajarnya? Nah, ayo buka bukunya sekarang," kata Kak Dennis sembari membuka buku yang disampulnya tertulis "Mari Berhitung Kelas 5 Sekolah Dasar".

•-•

"Jadi peraturannya adalah kalian harus datang jam 6 pagi, tidak boleh dandan berlebihan, tidak boleh membawa alat komunikasi apapun, dan kalian tidak boleh membawa kendaraan ke sekolah selama mos. Paham?" Ujar Kak Davin yang langsung mendapat protes dari anak sekelas.

"YAH, KOK GITU SIH KAK?!"

"TERUS KITA KE SEKOLAH NAEK APA?!"

"YAKALI JAM 6 PAGI KAK BELOM BANGUN ITUMAH,"

"INI MOS APA PENJARA WOY?!"

"PENYIKSAAN NIH AH TEGANYA TEGANYA TEGANYA DIRIMU KAK~"

"GIMANA CARA MINTA JEMPUTNYA NANTI HEE?! MASA JALAN KAKI?! OGAH WOY!"

"MOS MACAM APA INI..."

"HEY KALIAN INI RIBUT BANGET SIH?! Nalar dong dek gimana caranya biar kalian bisa ngikutin semua rules yang tadi. Udah, kalian boleh pulang," tukas Kak Davin sambil mengambil tasnya lalu pergi keluar kelas.

"Fi... Gimana nih? Gue gimana cara pulangnya. Gila kali nih yang bikin rules, ribet banget!" gumam Nalla panik campur emosi.

"Mana gue tau, Nal. Gue juga bingung. Masih mending rumah lu deket, lah gue? Jauh banget woy yakali aja gue jalan kaki," kini gantian Fia yang emosi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 08, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CandyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang