Suka

43 3 0
                                    

Kamu selalu duduk di tempat yang sama, di jam yang sama, dan menatap ke arah yang sama. Sesekali, senyuman tipis terukir di wajahmu saat melihat sosok yang kamu tatap dari kejauhan. Kamu terlalu asyik menatapnya, sehingga tidak menyadari keberadaanku yang sejak tadi berdiri di samping kirimu. Kutempelkan sekaleng kopi dingin di pipi kirimu, membuatmu terlonjak kaget, nyaris terjatuh dari tempatmu duduk.

"Loka! Kau bisa membuatku menendangmu!" ucapmu setengah berteriak, terdengar kesal dengan apa yang baru saja kulakukan. Aku terkekeh pelan sambil menyodorkan padamu sekaleng kopi yang kugunakan untuk mengagetkanmu tadi. Kamu menerima sekaleng kopi yang aku berikan, membuka penutupnya, dan meminumnya. Tatapanmu tak lepas dari sosoknya yang sedang berlari. Melihatmu menatapnya sedemikian rupa, akhirnya membuatku turut melayangkan pandanganku menatap sosoknya di lintasan lari. Senyuman usil pun segera terukir di wajahku.

"Hoho. Apa kau tertarik padanya? Tidak, tunggu. Kau sudah tertarik padanya. Kau sudah melihatnya selama 4 ronde permainanku sambil tersenyum seperti orang gila. Apa yang kau perhatikan, eh? Wajahnya? Gerakan kakinya? Atau mungkin sesuatu yang lain?" ucapku sambil menekankan kata 'sesuatu', membuatmu menoleh padaku dan menatapku datar.

"Ha. Ha. Tidak lucu, Loka. Tidak lucu," jawabmu sebelum menolehkan kepala untuk menatap perempuan itu lagi. Aku tertawa dan merangkul bahumu, membuatmu melirik padaku.

"Oh, ayolah, Raka! Kau pasti membayangkan sesuatu itu, bukan? Kau kan sudah memandanginya selama 3 jam lebih. Sudah pasti laki-laki normal sepertimu menikmatinya, bukan? Hahaha!" tawaku terdengar riang sambil mengacak rambut hitam klimis milikmu.

"Loka! Kau-!" gerammu sambil berusaha melepaskan diri dari rangkulanku dan berusaha menjitak kepalaku. Aku tertawa sambil menghindarimu.

"Loka! Kita lagi bagi-bagi uang hasil taruhan volly, nih! Buruan ke sini!" teriak salah satu anak laki-laki dari arah lapangan volly. Mendengar kata 'uang', aku langsung menoleh dengan mata berbinar.

"Oke! Jangan ambil bagianku! Yaaay!" teriakku senang sambil berlari meninggalkanmu yang masih mengomel kesal.

"Hoy! Loka! Jangan kabur!" teriakmu setengah bercanda sambil mengepalkan tangan kananmu ke arahku, sementara tangan kananmu memegang kaleng kopi. Kamu tidak mengejarku. Kamu hanya berdiri diam di sana, dan menatap ke arah lintasan lari lagi. Seulas senyum dan semburat merah tipis terukir di kedua belah pipimu setelahnya.

'Aku melihatnya. Aku bisa melihat kalau kau menyukainya, Raka,' batinku berucap saat kulirik dirimu yang sedang menatapnya dari kejauhan. Aku tersenyum. Senyuman yang terasa pahit bagiku.

.

.

"175 ribu! Yes! Hari ini menang banyak!" seruku riang sambil merentangkan kedua tanganku. Ku angkat dompet hitamku yang sudah terisi dengan bangga di hadapanmu. Kamu hanya menghela nafas, terlihat tidak terlalu antusias dengan kegembiraanku.

"Hey, hey, hey! Ada apa ini? Sohibmu sedang untung besar, kau justru memasang ekspresi madesu begitu. Tidak senang kalau aku bahagia, ya?" ucapku dengan nada kesal yang dibuat-buat. Kukembungkan kedua pipiku dan memajukan bibirku. Apa kata orang-orang biasanya? Monyong? Yah, seperti itulah. Hanya saja yang aku lakukan lebih imut. Hehe.

"Hari ini dia dijemput oleh seorang laki-laki," gumaman lesu terdengar dari mulutmu. Aku mengerutkan keningku, berusaha mencerna apa yang baru saja kamu katakan.

"Dijemput? Laki-laki? Yah, mungkin saja itu kakak atau adiknya," balasku sesantai mungkin, tak mau ambil pusing dengan hal yang berhubungan dengan perempuan itu. Kamu menghela nafas lagi, kemudian menatapku.

"Ya, mungkin itu kakak atau adiknya, yang dengan mesra mencium pipi kanannya," ucapmu terdengar miris.

'Oh, astaga! Aku tidak menyukai suasana ini,' jerit batinku dengan bayanganku terlihat berguling-guling kesana-kemari, tidak jelas. Aku meringis menatapmu, sedikit prihatin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang