"Ray, aku pengen deh punya temen kayak kamu tapi yang versi cewek"
Ungkapku tiba-tiba saat kami menulis laporan bersama di bangku taman perpustakaan.
Ray mengernyit. Aku tertawa.
"Pasti lebih asik" lanjutku sambil meringis.
"Hmmm" dia berdehem cuek. "Aku juga" lanjutnya kemudian tertawa. Dan kami tertawa bersama.
"Kamu itu enak banget diajak ngobrol. Ngobrol sama kamu udah kayak ngobrol sama cewek..." ekspresi nya berubah, seolah akan mencakarku. Aku tertawa lagi.
"Bukan itu. Hehehe. Bukan kayak yang kamu bayangkan. Aku yakin kog kamu laki-laki normal, 100%" lanjut ku cepat-cepat sebelum dia benar-benar mencakar mukaku.
"Kau ini!" dia memelototiku.
Dia tampak menghembuskan nafas kasar sambil mengelus dada. Kau lebay Ray.
"Lalu kenapa kau ingin aku versi cewek?" tanyanya ketus. Seperti nya masih marah.
"Biar bisa lebih bebas, mau bahas apa aja juga bisa, dari A sampai Z tanpa terkecuali"
"Emang selama ini belum sampai Z? Curhat udah sebanyak itu, hampir tiap hari pula"
Aku tertawa lagi. Memang selama ini aku terlalu banyak curhat dengannya.
"Itu baru sampai huruf T. Ya kan pasti ada hal-hal yang gak bisa aku curhatin ke kamu Ray, yang kamu gak bakal paham"
Dia hanya ber-ohh.
Aku menerawang ke langit. Ternyata mulai mendung.
"Lalu kenapa kamu juga mau cari kamu versi cewek?" tanyaku penasaran. Kualihkan pandangan ku ke wajahnya. Dia tersenyum misterius. Seperti biasanya.
"Mau aku jadikan istri" jawabnya cuek. Lantas tertawa terbahak sampai mengeluarkan airmata. Aku melongo.
Apanya yang lucu? Heran.
"Kenapa tertawa lebay gitu sih?" tanyaku kesal.
Dia mengusap airmatanya. Melihatku. Masih dengan sisa tawanya.
"Gak...hehehe" meringis.
"Oke, nanti kalau aku ketemu kamu yang versi cewek, aku kenalin ke kamu, biar bisa kamu jadikan istri"
"Baik lah" katanya setelah tenang dari tawanya. "Tapi mungkin aku gak akan tahan dengannya" aku mengernyit tidak paham dengan kalimatnya.
"Soalnya aku kan keras kepala dan judes" lanjutnya kemudian tersenyum.
Kuacungkan dua jempol tanganku kehadapannya.
"Itu benaaarrrrr 100%!!!" teriakku penuh semangat. Kami tertawa bersama.
Kemudian kami lanjut menulis laporan sambil berbincang apa saja. Tapi tak lama, tetes-tetes air mulai jatuh dari langit. Kami panik. Mengambil sembarang semua barang yang ada dibangku demi menyelamatkan diri dari basah. Ray membantuku memunguti kertas-kertas yang berserakan. Kemudian kami berlari mencari tempat berteduh.
Bukankah mempunyai teman seperti mu itu menyenangkan Ray?
Terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ray
RomanceMenjadi sahabatmu itu menyenangkan. Namun, seperti nya aku terlena. Aku terlalu nyaman menjadi sahabatmu. Hingga aku tak sadar, ada rasa yang tak seharusnya.