-CHAPTER 3-
Tolong Aku
VITA
Aku keluar dari kamar mandi sambil bersenandung riang. Dari tempat tidur aku melihat Carra yang sedang membaca majalah, kini telah beralih fokus kepadaku.
Aku memilih untuk mengabaikannya dan dengan santai mulai mengeringkan rambutku dengan handuk kecilku.
“Ta..” Panggil Carra yang segera aku tanggapi dengan gumaman kecil, setelahnya aku kembali menyenandungkan lagu first love-nya Nikka Costa.
“Gue ngerasa ada yang aneh nih dari elo. Elo keliatan lebih ceria.” Katanya berspekulasi atas perubahan sikapku.
Mau tak mau akupun menyetujui perkataan Carra tadi.
Tepatnya setelah Leo (tentunya bersama Kak Raka) mengantar kami berdua sampai depan rumah kosan ini, aku langsung merasa sangat bahagia. Entah mengapa.
Senyuman tak henti-hentinya menghiasi wajahku. Aku sendiri merasa bahwa aku mulai gila sekarang.
“Eemm.. Jadi lo keberatan kalo gue bahagia?” Aku bertanya sebagai jawaban atas spekulasi Carra tadi. Kini aku sudah duduk di depan meja rias yang terletak tepat di sebelah kanan tempat tidur, memandang kearah Carra lewat cermin yang ada di depanku.
“Gak gitu lah! Gue cuma heran, butuh alesan doang. Kenapa sih?”
Kenapa? Nah kan, aku sendiri bingung kenapa aku bisa seperti orang gila begini.
“Jangan-jangan karena kakak kelas lo itu yah?”
Itu sih pasti. Tapi tepatnya bagaian mana yah?
Karena aku bertemu dengan Kak Raka lagi, atau karena aku tau bahwa Kak Raka dan Kak Liana itu sudah putus, sehingga aku memiliki kesempatan? Ah sudahlah! Yang aku tau ini karena Kak Raka titik. Hanya itu.
Aku menanggapi pertanyaan itu dengan cengiran yang lebar kemudian menyalakan pengering rambut dan mulai mengarahkannya ke rambutku yang setengah kering.
“Wah.. Wah.. Wah.. Pasti ada apa-apa nih diantara kalian.”
Ada apa-apa? Engga juga tuh, tapi aku berharap iya. Haha..
Aku terus saja bersenandung sambil mengeringkan rambutku dan tak menanggapi ucapan Carra tadi.
Tiba-tiba saja ponsel yang aku letakan di atas meja rias berkedip-kedip tanda adanya panggilan masuk.
Sederet angka yang tak aku kenal terpampang dilayarnya, menandakan aku belum pernah menyimpan nomor itu di dalam kontak ponselku.
Siapa yaah? Aku langsung mengusap layar ke sebelah kiri.
“Hallo?” Sapaku dengan penuh antisipasi dan penasaran juga.
Detik berikutnya jantungku telah berdegup tak karuan, senyumku pun makin lebar, dan aku mulai salah tingkah.
Dari cermin aku melihat Carra yang memperhatikanku dengan lebih seksama, seolah-olah aku adalah seorang dosen yang gemar memberikan kuis dadakan dan sedang memaparkan materi.
“Ada apa, kak?”
Aduuuuh, bego banget sih! Kenapa nanya gitu, seolah aku ini tidak suka jika dia menelponku begini.
“Udah nyampe kosan kan yah?”
“Udah kak, kan tadi kakak sama Leo yang ngenter aku sama Carra pulang.” Jawabku dengan dahi yang berkerut, heran dengan pertanyaan itu.
Menyadari yang menelponku itu adalah Kak Raka, Carra beringsut keararahku dan dengan berbisik menyuruhku menyalakan speaker.
Aku langsung menggeleng dan memindahkan ponselku ke telinga sebelah kanan, menjauhkannya dari jangkauan cewek yang satu itu. Jelas saja aku menolak mentah-mentah usul itu. Mau apa coba dia?
KAMU SEDANG MEMBACA
Vita's Story
Teen FictionAku dan kamu kembali di pertemukan. Mungkin inilah yang dinamakan jodoh... Tapi kenapa kamu harus bertemu dia lagi? aku tak suka itu!