2. Cinta Pertama

51 0 0
                                    

Aku menggenggam segelas es teh kesukaanku yang kubeli di kantin. Aku dan teman-temanku menuju lapangan depan dekat stunt-ku. Teman-temanku bertugas sebagai panitia kesehatan sehinggga mereka diharuskan untuk stand by di pinggir lapangan untuk mengawasi pekerjaan anak kelas satu. Aku melihat sebuah sosok yang tak asing dari kejauhan. Sosok itu berjalan berlawanan arah saling mendekati denganku.
Ketika posisi kami cukup dekat, aku merasa harus menyapa laki-laki itu. "Hai." Sapaku. "Eh hai."
"Dateng juga lo kesini."
"Iya nih."
"Yaudah kalo gitu gue cabut dulu ya. "
"Oh okey."
Aku berjalan menjauhi laki-laki itu. Sebenernya aku tidak mengingat nama laki-laki yang tadi aku sapa, tapi yang aku tahu dia adalah teman sekelasku di tempat bimbelku. Sudah hampir satu semester aku sekelas dengannya, tapi aku belum tahu siapa namanya.

Aku berdiri di sisi meja komentator sambil memperhatikan pertandingan futsal yang sepertinya sangat seru. Penonton bersorak sorai mendukung sekolah mereka masing-masing. Aku memperhatikan keramaian hingga mataku berhenti pada sesosok laki-laki tinggi di sebelahku. "Wisnu?" Tanyaku memastikan identitas singkat laki-laki itu.  Dia menoleh ke arahku. "Elena, hai." Sahutnya. Ya ampun, dia benar temanku sewaktu SMP. Dia adalah laki-laki pertama yang pernah membuatku gugup dihadapannya. Dia adalah cinta pertamaku. "Lo tinggi banget ya sekarang."
"Haha, kita udah lama banget gak ketemu ya." Katanya sedikit tertawa. Ya Tuhan, dia terlihat sangat tampan di balik sweater biru yang dikenakannya saat ini. Aku masih diam memandanginya. "Ana mana ya?" Wisnu menanyakan teman SMP kami yang satu sekolah denganku. "Emm gak tau, gue belom liat dia hari ini." Sahutku. "Yaudah deh Len, gue kesana dulu ya." Katanya. Wisnu segera berjalan mendekati teman-teman sekolahnya.

"Len, itu siapa?" Tanya Salsa. "Itu cinta pertama gue cuuuy." Kataku penuh senyum. "Hahaha, kok ngobrolnya sebentar doang?"
"Haha gak papa, udah lama banget gue gak ketemu sama dia hu makin ganteng deh."
"Lo tuh kalo cowo ganteng tuh cepet banget ya."
"Eh Sal, kok itu cowo ganteng ya?" Kataku menunjuk seorang laki-laki yang sedang bermain futsal. "Yang mana?"
"Yang nomer 9."
"Wah iya Len. Eh tapi Kayanya gantengan yang nomer 13 deh." Amira mendengar percakapanku dengan Salsa. "Genit ye lo berdua hahaha." Kami menertawakan kegenitan aku dan Salsa.

Aku baru saja keluar dari kantin menuju lapangan depan. Aku melihat teman bimbelku di pinggir lapangan atas dengan teman-teman sekolahnya. Kok dia kaya coach sekolahnya ya? Aku berpikir sejenak. Laki-laki itu terdengar ribut waktu di kelas bimbelku. "Ntar jersey gue bakal dipake buat acara di sekolahnya Elena." Aku mengingat suara laki-laki itu di kelas beberapa hari lalu. Ternyata dia benar-benar datang. "Liatin siapa sih Len?" Tanya Salsa mencari arah pandanganku. "Temen Les gue, tadi gue ketemu." Sahutku. "Oh gitu."

Acara sekolah sudah berlangsung empat hari. Acara perlombaan dipindahkan ke sebuah hall tengah kota. Aku menjalankan tugasku sebagai panitia yang sebagaimana mestinya. "Elena." Aku mencari asal suara yang memanggilku. "Elena." Aku melihat wajah yang kukenal dari kejauhan. Wisnu. "Hai." Kataku menghampiri Wisnu yang sedang merokok berdua dengan temannya. "Hai, Ana dimana ya?" Tanyanya. "Tadi sih gue liat, cuma sekarang gak tau dimana. Ntar kalo gue ketemu, gue bilangin deh kalo lo nyari dia." Jawabku. Wisnu tersenyum "Makasih ya Len." Aku mengangguk. "Yaudah gue cabut ya." Wisnu menghisap rokoknya dalam-dalam kemudian mengangguk sambil tersenyum. Aku berjalan menjauhi Wisnu.

Hari mulai malam. Pertandingan boxing akan dimulai sebentar lagi. Aku berjalan menuju toilet bersama teman-temanku. "Elena." Aku menoleh. Wisnu lagi. Ya ampun, kenapa laki-laki tampan itu muncul lagi di hadapanku? "Ya." Sahutku. "Udah ketemu sama Ana?" Dia bertanya lagi. "Belom Nu. Ntar ya, abis ini gue mau ke ruang panitia. Mungkin dia disana." Wisnu tersenyum ramah. "Okey, makasih ya Len." Aku melanjutkan langkahku menuju toilet. "Kayanya lo deket ya sama first love lo itu." Komentar Salsa. "Yah gitu deh." Sahutku. "Tapi kok dia nyariin Ana terus ya?" Tanya Amira. "Dia tuh waktu kelas satu emang deket banget sama gue, tapi pas kelas tiga dia temenan deket sama Ana. Cuma temenan doang mereka sih, soalnya mereka satu geng pas kelas tiga." Aku menjelaskan tentang Wisnu pada teman-temanku. Aku menuju ruang panitia dan tidak menemukan Ana. Aku kemudian berjalan menuju tribune untuk menonton pertandingan boxing, namun aku kembali melihat Wisnu.

"Wisnu." Aku memanggil Wisnu yang sedang merokok ramai-ramai dengan teman-temannya. Salah satu teman Wisnu menyadari keberadaanku dan menyikut lengan Wisnu untuk memberi isyarat bahwa ada aku yang memanggilnya. Akhirnya Wisnu menoleh. "Eh Len, kenapa?" Tanyanya.
"Gue gak ketemu sama Ana, Nu."
"Ya ampun, lo nyari Ana ya?"
"Sekalian sih emang gue mau ke ruang panitia tadi."
"Yaudah Len, gak usah dicariin si Ana."
"Haha okeey."
"Makasih ya Len."
"Iyaudah, gue cabut dulu ya."
"Okeey."
Aku segera meninggalkan Wisnu dan menuju tribune untuk menonton pertandingan boxing. Aku akhirnya bertemu Ana sedang duduk di tribune bersama pacar dan teman-temannya. "Ana." Aku memanggilnya. "Kenapa Len?" Katanya seraya menghampiriku. "Dicariin sama Wisnu."
"Dimana dia?"
"Di depan."
"Tolong temenin gue Len."
Aku berbalik untuk menemani Ana, namun kemudian aku melihat teman-temanku. "Kalian duluan aja cari tempat duduk di tribune, nanti gue nyusul." Kataku. Aku dan Ana keluar dari hall. "Wisnu." Aku memanggil Wisnu yang masih asik bersama teman-temannya.

"Nah gini kan enak, kita bisa ngobrol bertiga." Kata Wisnu begitu melihat Ana di sebelahku. Wisnu kemudian meninggalkan teman-temannya. "Udah lama banget ya gak ketemu lo." Kata Ana pada Wisnu. "Iya ih sekarang Wisnu tinggi banget, lo makan galah Nu?" Sambungku. "Lo jarang banget sih Len ngumpul sama anak-anak SMP." Kata Wisnu. "Eh kita liburan bareng yuk." Ana mengajak kami menghabiskan liburan bersama. "Dimana?" Aku bertanya. "Lembang aja yuk cus." Jawab Wisnu cepat. "Di Lembang ada yang punya tempat?" Aku kembali bertanya. "Gue kan ada villa di Lembang. Ajak aja anak-anak yang lain." Kali ini Ana yang menjawab pertanyaanku. "Aduh seru banget ya kita bisa ketemu disini. Udah lama banget gue gak ketemu kalian. Apalagi lo Len, gak pernah kan lo ngumpul bareng." Wisnu bersuara lagi.
"Haha, sibuk gue."
"Hahaha, abis ini kita jalan yuk. Rumah lo masih daerah pasar minggu kan Len?" Tanya Wisnu.
"Masih kok, rumah gue masih disitu."
"Yaudah ntar malem jalan yuk, lo kan bisa pulang sama gue Len. Gue bawa motor nih." Wisnu terlihat bersemangat sekali mengajak aku dan Ana untuk jalan bareng. Aduh, sebenernya gue mau banget jalan bareng sama Wisnu terus pulang bareng berdua. Tapi besok gue remedial fisika. Ah kenapa nilai gue harus jelek sih UAS kemaren? "Aduh Nu, sorry banget ya. Gue abis nonton boxing mau pulang. Besok gue ada remed fisika di sekolah."
"Loh, besok lo masuk sekolah?" Tanya Ana.
"Iya gue remed fisika dulu besok pagi, abis itu baru kesini lagi."
"Yah Elena, masih aja lo sekolah udah mau liburan gini." Wisnu sedikit cemberut menggemaskan. "Kapan-kapan aja deh. Lo kabarain gue aja lagi soal liburan ke Lembangnya."
"Yaudah deh, hari ini kita gak jadi jalan. Tapi kapan-kapan ya Len." Kata Wisnu lagi. "Okey, yaudah bentar lagi boxingnya mulai nih. Kita masuk ke hall aja yuk. Sekarang yang tanding sekolah lo kan Nu?" Kataku. Wisnu mengangguk. "Yaudah yuk." Kata Ana. Kami bertiga memasuki hall dan berpencar. Aku menghampiri teman-temanku. "Lembang I'll come." Seruku pelan pada teman-temanku. "Kenapa Len?" Tanya Gita. "Wisnu ngajakin gue liburan bareng. Kalo gue sempet sih gue mau liburan bareng dia deh."

Ketika CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang