Berlalu

111 6 0
                                    

waktu demi waktu berlalu.
Aku merasakan kebahagiaan yang teramat istimewa, yang teramat-amat luar biasa.

Ya, mungkin saat aku menulis cerita ini, kau memang sudah tak bersama ku lagi.

Tapi,
Aku ingin bercerita.

Sejujurnya, aku sudah sangat lelah untuk menjunjung sendiri sendi-sendi kaki agar kuat lagi berdiri.

Sampai, untuk bercerita saja, aku harus mengumpulkan semangat yang tersisa. Supaya kamu tahu, disini aku kehilangan pundak sebagai sandaran, semangat yang dulu menggebu-gebu dan air mata yang turun tak kenal lelah membasahi kedua kelopak mataku.

Aku ingin mengenang lagi masa itu, ketika kita masih bersatu dalam dekapan cinta.

Namun sekarang, kau sudah bahagia dengan perempuan lain.

Hari demi hari,
waktu berjalan cepat. Hingga aku merasakan bahwa akulah orang yang istimewa di matamu.

melihatmu tersenyum.
tertawa bersama, berbagi cerita.

Sampai akhirnya, aku merasakan kesedihan yang teramat dalam. Kau merobek semua sela hati, dan kau biarkan semuanya berantakan.

Saat ini aku membutuhkan pelukmu yang hangat itu, yang ku kenal sangat meneduhkan hati sebagai tempat isi hatiku bercurah.

Seakan Tuhan membisikan hatimu,
Kau beri kabar untukku dan memastikan tempat untuk bertemu.

kamu mendekap ku erat.
kau memberi ku pelukan yang dalam, sangat terasa di hati.

kau mengusap air mata ku, dan mencoba menghiburku, seolah kegetiran akan padam, pikirmu.

Aku rindu dengan waktu itu.
Walau aku tahu, bahwa masa lalu memang cukup untuk dikenang, pun jika aku bisa kembali kesana, mungkin semua tak lagi sama.

Hingga akhirnya sesuatu mengajari ku arti kehilangan.

Sesuatu yang mengajari ku arti keikhlasan.

Sebuah kepergian yang membuatku sangat mendewasa.

Bahwa orang yang selalu membuat mu tertawa lepas. Dia lah orang yang akan membuat luka yang lama sembuhnya.

KESETIAAN BERAKHIR KEKECEWAANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang