1

199 52 23
                                    

Matanya hitam dan tajam. Kacamata bertengger di dihidungnya yang mancung, bukan kacamata minus biasa karena framenya bisa mencapai jutaan dan itu membuatnya terlihat pintar dan menarik, bahkan kacamata itu tidak membuatnya terlihat nerd atau pun jelek. Kulitnya pun putih dan wajahnya Baby Face. Lelaki itu bernama, Dava Arkananta. Ketua OSIS di Kusuma Bangsa.

Lelaki itu masih sibuk dengan pidatonya yang juga di iringi dengan candaan pada anak-anak yang melaksanakan Masa Orientasi Siswa/i. Auranya tak dapat di tolak oleh sebagian ralat hampir semua siswi baru, mereka membicarakan betapa tampannya ketua OSISnya itu.

"Baik, ada yang ingin kalian tanyakan?" Tanya Dava setelah pidatonya itu. Seorang perempuan yang terlihat sangat menganggumi Dava menunjuk. Dava menunjuk perempuan itu. "Ya?"

"Kak Dava udah punya pacar? Kalo belom aku mau kok jadi pacar Kakak." Dava hanya tertawa kecil menanggapi adik kelasnya itu tetapi tidak dengan yang lainnya, mereka menyoraki perempuan itu. Dan terjadilah,

"Woy! Kak Dava punya gue!"

"Cabe lo! Kak Dava aja ngelirik gue!"

"Udah deh lo ga usah ngejar Kak Dava! Dia bakalan nembak gue juga!"

"Bitch! Dava is Mine!" Dan masih banyak lagi.

Anggota OSIS lainnya hanya menggelengkan kepala melihat tingkah laku adik kelas mereka yang mungkin err agresif?

"Dava emang selalu bisa buat cewek ngejer-ngejer dia." Ucap Ezra, salah satu anggota OSIS yang juga salah satu teman Dava.

"Yoi, E. Perasaan kita berdua juga ganteng tapi kok Dava lebih banyak yang ngejer ya?" Balas Reyvan yang juga sama starusnya dengan Ezra.

Suasana makin ricuh karena perdebatan mereka ~Merebutkan Dava~ (perempuan) sedangkan laki-laki mereka sibuk berteriak karena mereka risih dengan perdebatan para perempuan yang tidak penting.

"Dav! Lo gimana sih? Diemin mereka dong! Liat tuh ada yang sampe jambak-jambakan, kepsek bisa marahin kita kalo gini." Ujar Sandra, anggota OSIS.

"Tapi-"

"Now or Never?" Sebenernya Dava bingung gimana misahin cewek yang jambak-jambakan, karena dia ga berpengalaman dengan itu.

Belum Dava sempat menjawab, Sandra langsung berjalan mendekat kearah mereka yang sedang seru-serunya berjambakan. "Kalian kok diem aja? Ga ada niat misahin?" Tanya juga sindir Sandra. Murid yang terasa disindir pun langsung memisahkan dua orang yang berjambakan itu.

Dava dan anggota OSIS lainnya membawa duo orang itu keruangan OSIS.

"Thanks, San." Ucap tulus Dava yang di hadiahi putaran bola mata dari Sandra.

"Lain kali jangan gitu lagi. Lo tau kan anak-anak OSIS yang lainnya tadi lambat nangkap? Kalo ga dipisahin mereka bisa luka." Dava mengangguk. Mereka berdua berjalan beriringan keruang OSIS.

"Gue bingung sama adek kelas kita yang ngejer-ngejer lo kayak artis. Padahal nih ya, muka lo ga ganteng-ganteng amat."

"Dari pada lo udah standar ga ada yang ngejer lagi." Pernyataan Dava langsung mendapat pukulan dilengan yang cukup keras dari Sandra dan itu membuat Dava berteriak. Dava dan Sandra bukan teman yang dekat malah mereka jarang mengobrol tapi kejadian tadi sepertinya membuat Dava dan Sandra dekat.

***

Bel pulang sekolah telah dibunyikan. Sandra yang merupakan sekretaris kelas harus memeriksa beberapa hal yang wajib dilakukan olehnya.

"Lo pulang naik angkotkan?" Tanya Dava yang membuat Sandra terkejut. Dava sangat jarang mengobrol dengan orang lain kecuali Ezra dan Reyvan yang merupakan sohibnya.

"Yap. Lo mau nganterin gue?" Ucap Sandra tanpa malu.

"Depend. Lo mau atau ga?"

"Mau lah, lo tau kan kalo mau nyari angkot jalannya jauh. Selagi ada yang mau nawarin kenapa ga? Rezeki ga boleh ditolak."

Saat mereka berdua sampai di parkiran, banyak adik kelas yang sepertinya menunggu Dava.

"Kak Dava, aku pulang bareng Kakak ya?"

"Kak, mending anterin aku aja deh."

"Aduh, kepalaku pusing. Kakak bisa anterin aku?"

Banyak pertanyaan yang bertubi-tubi untuk Dava dan juga macam-macam gaya lebay yang ditunjukan kepada Dava agar Dava mau mengantar mereka. Sayangnya bagi Dava itu terlihat menjijikan.

"Sorry. Kakak pulang sama Kak Sandra. Mungkin lain kali kita bisa pulang bareng. So, kita berdua duluan ya?" Ucap Dava dan langsung mengamit tangan Sandra menuju mobilnya.

Sampai di mobil nafas Dava tidak beraturan. "Hos hos hos... gila tu cewek! Berasa diteror gue!"

"Belom diteror kok. Entar pas mereka naro sesuatu di loker ataupun laci meja lo baru diteror. Hahaha kesian gue sama cewek-cewek tadi." Dava mengerutkan dahinya. "Lah kok kesian?" Sandra mengangguk.

"Iya karena mata mereka katarak ngejer-ngejer cowok macam lo, Dava Arkananta ckckck. Seharusnya mereka periksa mata atau ga banyak-banyak makan wortel."

"Lo bisanya ngejek mulu. Rumah lo dimana sih, San?" Dava sambil menjalankan mobilnya.

"Jalan aja dulu entar gue kasih tau dimana." Sandra menghidupkan radio mobil Dava yang pastinya mendapat persetujuan darinya.

I really wanna stop
But I just gotta taste for it
I feel like I could fly with the ball on the moon
So honey hold my hand you like making me wait for it
I feel I could die walking up to the room, oh yeah

Late night watching television But how we get in this position?
It's way too soon, I know this isn't love But I need to tell you something

I really like you dari Carly Rae Jepsen mengalun dari radio.

"Dav, kok lo tiba-tiba ngajakin gue pulang bareng?" Tanya Sandra.

I really really really really really really like you
And I want you,
do you want me,
do you want me, too?
I really really really really really really like you
And I want you,
do you want me,
do you want me, too?

"Ezra sama Reyvan ada date jadinya gue ditinggal lagian gue males pulang jadinya itung-itung cari pahala."

Tumben Dava gini? Batin Sandra.

Setau Sandra, Dava itu ga terlalu suka bergaul sama orang selain sohibnya apalagi kelakuan Sandra ga cocok banget sama kriteria teman Dava. Sandra itu suaranya kayak toa terus suka berkoar kalo lagi kesel dan Sandra itu cewek yang gampang emosi juga blak-blakan.

"Rumah lo dimana sih, San? Perasaan ga nyampe-nyampe, udah arah perumahan Glory Justice nih."

"Rumah gue disitu. Udah, gue turun disini aja ya? Makasih, Dava." Baru Sandra mau turun Dava memegang tangan Sandra. Sandra menoleh,

"No, gue anter sampe depan rumah lo. Bunda gue bilang jadi cowok harus gentle." Sandra melepaskan tangan Dava dari tangannya.

"Ga usah, Dav. Cukup sampe disini. Lagian itu bukan rumah gue. Gue malu kalo lo anter sampe rumah. Please, Dav. Ya ya ya?" Dava mengalah. Sandra mengambil sesuatu dari saku bajunya, Coklat m&m's. Sandra mengasih coklat itu ke Dava.

"Tanda terima kasih gue. Bye!"

Dava tersenyum melihat Sandra yang berjalan membelakangi mobilnya. Cewek pertama yang gue anter balik dan obrolan terbanyak gue sama orang yang ga terlalu deket sama gue, batin Dava.

DAVANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang