PROLOG

507 37 0
                                    


          Aku adalah seorang gadis yang akan menginjak usia 17 tahun beberapa bulan lagi. Tidak ada yang istimewa dari hidupku, ayah ku bekerja dipusat kota atau lebih tepatnya dipusat  negara ini. Ia seorang pekerja kantoran biasa yang hanya menghabiskan waktu denganku dari pukul 9 malam hingga pukul 5 pagi. Jarak antara rumah kami dengan kantor ayah cukup jauh. 2 jam bila tak menjumpai macet sialan. Untungnya itu tidak berlangsung setiap hari, hanya dari senin sampai kamis.

          Kehidupan kami biasa saja, tidak istimewa seperti kalian. Ah! Kalian pasti menanyakan ibuku kan? Baiklah akan kukenalkan. Ia adalah wanita tercantik yang pernah aku temui di  muka bumi ini. Dia pandai melakukan segalanya, tidak pernah mengeluh dalam kondisi apapun. Tegar, kuat, segala kalimat indah pantas disandangkan untuknya. Menjadi seperti dirinya adalah cita-citaku dari kecil hingga sekarang. Menjadi sesosok wanita tangguh dan dicintai oleh keluarganya. Aku selalu bahagia melihatnya tersenyum karena ulah ayahku atau karena ulahku. Tawanya begitu menyejukkan hati. Ia selalu mencintai ayah, begitu pun sebaliknya. Tidak pernah ada umpatan kasar yang pernah terucap dari bibir mereka. Kalau pun mereka bertengkar paling hanya selisih kecil dan berakhir dengan tawa mereka. Aku mencintai keluarga ini. Tapi ia kini tak tinggal bersamaku dan ayah lagi, ia memilih sendiri, atau lebih tepatnya dipilih untuk sendiri. Ia sendirian ditengah makam yang luas itu. Disaat hujan, badai, salju, dan panas yang terik melanda. Ia hanya suka pada daun Maple yang berguguran dibimbing angin.

 Ia hanya suka pada daun Maple yang berguguran dibimbing angin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Itulah saat favorit baginya. Ingin rasanya aku menemaninya disana agar ia tak sendirian dan kesepian disana, aku akan menunjukkan kemampuan merajutku yang ilmunya kudapat darinya dan memakaikannya agar ia tak merasa dingin lagi. Tapi ayah melarangku. Ia mengatakan ibu akan lebih senang jika aku tinggal bersama ayah dirumah, membantunya menata hidup yang lebih indah demi ibu di surga sana.

          Ibuku meninggal disaat aku umur 6 tahun, karena kanker rahim.

         Kini aku dan ayahku menjalani hidup seperti yang ia minta. Kami tercukupi dengan gaji ayah. Makan yang layak, dan aku senang dibesarkan oleh lingkungan yang bukan penganut Hedonism.

          Kehidupan sekolah ku biasa saja, tidak ada yang menarik pada awalnya, aku turut bergabung pada kelompok anak gadis dikelas ku yang aku kira mereka akan cocok denganku.

          Tak ada yang istimewa memang pada awalnya, hingga hari itu tiba.
Semuanya berubah.

          Dan aku benci mereka.

Anti-Social BehaviourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang