Generasi Misplaatst

184 2 0
                                    

Namaku Samantha, aku hidup di keluarga dengan tradisi dan adat yang agak berbeda dari orang-orang di sekitarku. Kata ayahku kami adalah manusia suci dan berhubungan dekat dengan mahkluk ghaib, kami melakukan ritual setiap malam rabu jam 11 malam. Kebiasaan yang aku lakukan berdasarkan yang orang tua ku ajarkan seperti, memakan bunga mawar putih setelah melakukan ritual, meminum air melati setiap pagi, mengumpulkan pecahan kaca, dan masih banyak kebiasaan yang mungkin dirasa kalian cukup aneh. Dan kami menggantung banyak DC atau Doom Catcher di seluruh ruangan, itu berguna untuk mengusir iblis.

Pagi itu, temanku, Vira datang menjemputku seperti biasa. Tanpa kusadari saat dia ingin menghampiri ku, dia menabrak sesaji yang ada di dekat pintu rumahku. Dia sangat terkejut dan ketakutan, "Sam, maaf aku ga sengaja, tolong maafin aku..." Vira tergagap saat menata kembali sesaji yang berisi bunga mawar merah,melati dan pecahan kaca. "Vir, tenanglah ga apa kok, ayahku ga akan marah kalau kamu nabrak sesaji itu, lagipula kamu ga sengaja kok" aku mendekati Vira mencoba menenangkannya. "udah,Vir.. sekarang kita berangkat sekolah ya, ntar keburu telat lho" aku menggenggam tangannya yang dingin gemetaran, ya ampun kenapa dia sampai se takut itu. Sebenarnya tidak masalah dengan sesaji itu, sesaji itu hanya berfungsi sebagai wewangian, dan pecahan kaca itu hasil dari pencarianku mencari pecahan kaca untuk bahan ritual, jadi jika ada seseorang menabrak sesaji itu tanpa atau dengan disengaja tidak akan jadi masalah. Tapi aku tidak pernah melihat Vira setakut itu, ada apa dengannya?

Selama seharian di sekolah Vira masih saja memasang wajah ketakutan itu, bahkan saat istirahat pertama wajahnya pusat pasi, aku mengajaknya ke UKS tapi dia menolak, dia memilih untuk duduk diam di kursi nya sampai pulang sekolah. Saat pulang, aku tidak tega membiarkannya pulang sendirian, aku temani dia walau arah rumahnya berlawanan dengan rumah ku. Selama di perjalanan, Vira menatapku aneh dan aku merasa tidak nyaman ditatap seperti itu, "Vir kenapa, ada yang salah denganku?" aku memandang wajahnya yang sangat pucat, seperti baru lihat setan saja. "Sam, bilangin ke Dia untuk berhenti menganggu ku" dia menjawab sambil gemetaran dan dia langsung lari meninggalkanku "Vir! Vira, kamu mau kemana? Hei, Vira!" aku ingin mengejarnya tapi entah mengapa aku capek sekali, mungkin Vira langsung ke rumahnya kan. Aku berbalik dan pulang.

Malam ini malam Rabu kebetulan bulan purnama, jadi ayahku mengajakku ritual di halaman belakang dengan penerangan lilin, walau di halaman belakang juga ada banyak lampu. Ayah ku menggantungkan DC di pohon besar di dekat aku berdiri, dia menyuruhku duduk dan menyuruhku memakan daging kelinci mentah dan meminum darahnya. Kelinci ini tidak sembarangan, ayahku membeli atau mencari kelinci putih telinga hitam dan cokelat berekor hitam. Rasa darahnya agak lain, tidak seperti biasanya tapi aku diam saja, aku takut ayahku akan melakukan sesuatu yang aneh. Setelah ritual aku ingat dengan perkataan Vira tentang Dia yang berhenti mengganggunya, dan aku masih tidak mau membicarakan hal ini kepada ayah. Malamnya aku bermimpi seram, aku melihat Vira ada di tempat ritual ku dengan keadaan berlumuran darah, disampingnya ada sesosok wanita menatapku dengan tatapan dingin sambil membawa pisau di tangan nya dan tatapannya membuatku terbangun dengan keringat membanjiri tubuhku.

Ayahku mendapat telepon dari keluarga Vira kalau dia sakit dan tidak bisa mengikuti pelajaran, pada akhirnya aku berangkat sendirian ke sekolah. Pulangnya, aku memutuskan untuk menjenguk Vira, aku menuju kamarnya dan aku melihat kamarnya berantakan sekali, aku lihat Vira sedang duduk di pojokan sambil menatapku dengan raut wajah ketakutan, "Vira? Kamu kenapa? Wajahmu pucat sekali, apa ibumu sudah membawa mu ke dokter?" aku mendekatinya dan ingin memeluknya, tapi dia menghindar sambil bergumam dengan kalimat yang aku tidak mengerti, saat aku memegang tangannya dia terkejut dan segera melepaskan tangannya dari ku dan berteriak dengan bahasa yang tidak aku mengerti, "Ga weg van degenen die dit, de duivel te geloven!" setelah itu dia pingsan dan aku hanya berdiri terdiam melihat semua yang telah terjadi, aku keluar kamar Vira dan melihat ibu Vira sedang ada di dapur, dia melihat ku keluar dari kamar Vira dan menghampiriku. "Ibu sempat mendengar Vira berteriak, ada apa Samantha?" aku terdiam cukup lama, aku sangat takut untuk menceritakan hal ini tapi pada akhirnya aku memulai membuka mulut "Apa Vira sudah dibawa ke dokter?" aku mengabaikan pertanyaan ibu Vira tadi. Ibu Vira menyuruhku duduk dan wajahnya sangat cemas, aku takut dia juga sudah melihat keadaan anaknya seperti apa yang kulihat tadi, "kemarin saat pulang sekolah, ibu melihat wajah Vira pucat sekali. Ibu tanyakan kenapa tetapi dia hanya diam dan dia pergi ke kamarnya, mengunci diri sampai sore. Dia menolak makan dan malamnya Ibu panggil teman ibu yang mana dia seorang dokter, dia memeriksa keadaan Vira dan dia bilang tidak menemukan penyakit apapun yang diderita Vira, tapi dia bilang pada Ibu untuk menyuruh Vira istirahat cukup. Saat tengah malam, ibu mendengar suara Vira berteriak, ibu bangun dan menuju kamarnya yang mana pintu nya terbuka setengah kemudian ibu melihat ke dalam dan menemukan Vira berdiri dan berteriak di depan cermin dan saat ibu memanggilnya Vira berteriak pada ibu dengan bahasa yang ibu tidak mengerti, yang ibu tahu Vira tidak pernah belajar bahasa asing selain inggris " mendengar apa yang ibu Vira ceritakan, aku semakin merinding, aku berpamitan dengan ibu Vira dan pulang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sekte ku SesatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang