Dimitri: Kamu percaya sama aku, Jana. Sebisa mungkin aku akan selalu berusaha untuk ada di sisi kamu. Berdoa aja biar kita berdua dikasi umur panjang dan akhirnya kamu bisa jadi milikku sepenuhnya. Sekarang kita sama-sama berjuang. Aku bakal berjuang sekuat tenaga untuk lulus tahun ini dan bisa cepet-cepet balik ke Indonesia dan nemuin kamu. Jadi, untuk sementara waktu, aku minta maaf kalau semua e-mail-mu belum bisa aku bales cepat. Kita sama-sama berjuang ya, Jana. I love you.
Jana melempar ponselnya ke sudut kamar. Di tengah sunyinya malam, isak tangisnya pun terdengar amat jelas. Kekecewaan dan kesedihan itu terus menghantuinya setiap malam.
"Kamu bohong, Dimi," ujarnya di tengah isak tangis.
Sudah lebih dari 2 tahun Dimitri Ryan Pradipta, orang yang paling dicintai Jana, mengecewakannya. Sudah lebih dari 2 tahun pula Jana berusaha untuk melupakannya, namun usahanya selalu gagal. Ada saja yang mengingatkannya. Bukan salah siapa, tapi Jana sendiri yang menyebabkan dirinya terus mengingat Dimi dan kejadian beberapa tahun lalu. Semua orang turut andil dalam membantu Jana untuk melupakan Dimi. Namun semuanya tampak sia-sia. Bahkan, orang yang dari awal kejadian sampai saat ini masih setia menemaninya pun tidak bisa mengembalikan Jana yang dulu.
2 tahun lalu, tepat satu minggu sebelum kejadian mengerikan itu terjadi ...
Sudah hampir 3 jam Jana mengelilingi mal terbesar di kotanya. 3 tas belanjaan yang dihiasi dengan logo merk pakaian terkenal pun sudah di tangan. Namun, rasanya masih ada saja yang kurang. Entah itu hadiah, pakaian, maupun aksesori. Jana benar-benar ingin tampil berbeda di hari spesial nanti.
"5 toko lagi, setelah itu aku akan menuntaskan pencarian hari ini," gumam Jana. Dari 5 toko yang dimasukinya, di toko terakhir ia mendapatkan sebuah dompet kulit yang terlihat cocok untuk Dimi. Tanpa pikir panjang, ia langsung membayar dompet tersebut.
Seusainya berbelanja, Jana memasuki sebuah kedai kopi yang menjadi tempat favoritnya belakangan ini. Tak lama kemudian, datanglah seorang waiter dengan nampan berisi pesanan Jana. Espresso dan chocolate hot bread pudding. Bagi Jana, espresso memberinya kehangatan dan kesegaran. Aromanya menenangkan. Jika digambarkan sebagai manusia, espresso sangat cocok dengan sosok Dimi. Karena bagi Jana, Dimi merupakan satu-satunya orang yang dapat memberinya kehangatan, kesegaran, dan ketenangan dalam satu waktu.
Tanpa disadari, sudah lebih dari 5 menit Jana tersenyum sambil memandangi espresso yang ada dalam genggamannya. Kehadiran Dimi semakin terasa mengingat minggu depan mereka akan segera bersatu setelah hampir 4 tahun menjalani hubungan jarak jauh. Rindu yang sangat memuncak tidak dapat ditahannya lagi. Ditambah, selama 3 bulan terakhir ini Dimi sangat sulit untuk dihubungi. Tapi Jana percaya. Ia percaya, di sana, Dimi sedang berjuang demi masa depannya, masa depan mereka.
"Permisi," seorang laki-laki bertubuh atletis membuyarkan lamunan Jana. "Ranjana Putri Gantari?"
"Iya. Anda siapa, ya?" Rasanya Jana pernah melihat orang ini. Tapi, di mana? "Sepertinya saya pernah melihat Anda sebelumnya."
"Begini, mbak. Saya di sini mau menawarkan produk kecantikan karena dari yang saya lihat, kulit mbak agak kusam dan kurang terawat."
Raut wajah Jana pun mendadak berubah menjadi bete. 'Ni orang siapa, sih. Udah sok kenal, pakai ngeledek lagi. Kurang terawat apanya. Gue luluran tiap minggu juga.'
"Hahaha, Jana, Jana. Muka lo tuh, ya. Kayak orang sembelit seminggu," laki-laki itu pun tertawa terpingkal-pingkal. Jana semakin bingung. Sebenarnya dia siapa, sih? "Keterlaluan lo, Jan. Masa enggak inget sama gue, sih? Terbang seperti elang menuju Cakrawala yang luas."
YOU ARE READING
Revered Back - Klise
Short StoryDimitri: Kamu percaya sama aku, Jana. Sebisa mungkin aku akan selalu berusaha untuk ada di sisi kamu. Berdoa aja biar kita berdua dikasi umur panjang dan akhirnya kamu bisa jadi milikku sepenuhnya. Sekarang kita sama-sama berjuang. Aku bakal berjuan...