Bab 1 - Para Legacy

2.1K 68 33
                                    

Valerie sudah bungkam seribu bahasa semenjak mobil sedan tua yang dikendarai kakeknya itu meninggalkan Desa Carnellia, menuruni kaki Gunung Cavern, melintasi Kota Faux, hingga naik lagi ke daerah perbukitan Mattala.

"Kau akan masuk Pinewall." Masih teringat jelas di kepala Valerie bagaimana Neneknya mengacungkan spatula padanya, mengakhiri perdebatan mereka sebulan yang lalu. Untung cuma spatula, bukan senapan, karena neneknya punya temperamen dan tenaga yang sama dengan laki-laki berusia 40 tahun.

Ya, Nek. Di sinilah aku sekarang. Nenek menang. Puas? Valerie mencibir dalam hati melihat simbol pohon pinus keemasan di tengah-tengah gerbang depan SMA Pinewall. Mendadak semuanya terasa salah baginya.

Pertama gerbang.

Bukankah gerbang itu terlalu besar untuk sebuah gerbang sekolah? Untuk apa? Agar tidak ada yang kabur? Kebusukan apa yang mereka sembunyikan di belakang gerbang itu?

Lalu simbol sekolah.

Pinus? Kenapa pinus? Pinus bukan sebuah pohon yang gagah!

Dahi Valerie pun mengerut—jengkel bercampur pusing.

"Nenekmu hanya ingin yang terbaik bagimu, Valerie." Kakeknya mengecup kerutan di dahi Valerie, seakan bisa membaca pikiran cucunya. Valerie menarik bibir untuk memaksakan senyumnya, semata-mata agar kakeknya tidak khawatir melepasnya.

Menolak bantuan kakeknya, Valerie menurunkan sendiri koper dari bagasi belakang mobil. Tak banyak yang ia bawa, walaupun ia tahu tak akan bisa pulang ke rumah setiap akhir pekan. Kaki Valerie tak langsung melangkah masuk ke lobi sekolah. Entah mengapa, Valerie ingin menyaksikan mobil tua warna abu kusam itu meninggalkannya.

Ia pun tertegun.

Tak pernah sebelumnya mobil kakeknya itu terlihat semencolok ini. Sedan Ryeth tua adalah mobil yang sangat umum di desanya. Hampir setiap rumah memilikinya karena murah dan irit. Bahkan jika sudah penuh goresan pun, masih akan ada yang membeli bekasnya. Di halaman SMA Pinewall ini, semua orang menyempatkan diri menoleh menyaksikan mobil kakeknya terjebak di antrian keluar gerbang, di antara mobil-mobil termewah di negeri ini yang mengkilat dan memiliki pengemudi pribadi dengan setelan jas lengkap.

Mendadak Valerie dirundung kesedihan yang mendalam. Sekarang siapa yang membantu neneknya memanen wortel dan kubis? Siapa yang akan memandikan Bowie, anjing gembala mereka? Siapa yang akan membantu kakeknya membuat orang-orangan sawah? Sekarang mungkin bisa mereka kerjakan berdua, tapi nanti? Ketika keduanya sudah tua renta dan sakit-sakitan?

Valerie tak masalah sekolah di desa, toh Valerie memang anak desa. Untuk apa dia ada di sekolah terelit di Negara Riverra ini? Yang lebih aneh adalah, untuk apa sekolah ini merekrutnya? Valerie tak punya potensi apa-apa untuk diberikan pada sekolah ini. Valerie tak mau jadi politisi atau birokrat negara yang hipokrit, hidupnya penuh penderitaan, dan mati karena meminum kalium sianida. Hidup damai di desa sudah cukup baginya.

"Minggir."

Valerie bisa melihat seseorang mendesis padanya. Saat ia menoleh, seorang gadis dengan rok pendek merah jambu mendelik tepat ke matanya. Kaki-kakinya terpampang kecil dan kurus, tenggelam di sepatu tumit tinggi yang membuat tubuh mungilnya terlihat lebih tinggi. Di belakangnya ada seorang pria tua membungkuk membawakan koper-koper gadis itu. Valerie langsung teringat kakeknya sendiri dan ia pun geram menyaksikan pria tua itu diperlakukan seperti itu.

Namun begitu, Valerie memilih menyingkarkan tubuhnya dari pandangan gadis itu. Melihat ciri-cirinya, tentu saja gadis itu berasal dari keluarga yang memiliki kekayaan dan pengaruh yang cukup besar di negeri ini. Hal terakhir yang ia inginkan adalah diingat oleh orang-orang seperti itu.

Legacy (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang