Bab 3 - Kembalinya Klan Travias

714 37 33
                                    

Kirara membungkuk dan memungut buku tebalnya di lantai dengan perlahan. Setelah itu, tak ada yang bergerak atau bicara sama sekali. Berita yang disampaikan oleh Kepala Sekolah sepertinya terlalu berat untuk mereka cerna, terutama oleh Valerie sendiri.

Valerie mencengkeram lengan tempat duduknya. Otaknya berputar cepat, mencoba mencari logika dari ucapan Kepala Sekolah tadi. Legacy? Legacy apa? Seumur hidupnya dia tinggal di rumah pedesaan terpencil di kaki gunung. Yang ia bisa lakukan hanyalah bertani, beternak, dan sedikit membuat kue. Ia tak bisa bertarung, kemampuan otaknya rata-rata, dan yang terpenting: dia tidak kaya sama sekali.

Perhatian Valerie terpecahkan oleh bunyi teh yang mengucur dari teko di hadapannya. "Minum, Valerie," Killa sudah ada di sana, mendorong secangkir teh ke arah Valerie. Sepertinya laki-laki itu yang paling tenang di ruangan itu.

Dengan tangan sedikit gemetar, Valerie menyesap tehnya lalu menggigit bibir cangkir dalam diam. Kini pikirannya sekosong tatapannya. Hanya bunyi detak jarum jam yang bergema di kepalanya, seakan mendesak Valerie untuk mengatakan apapun.

"Nama...keluarga saya Grivillint. Bukan Travias. Anda salah orang," Valerie akhirnya menemukan suaranya lagi.

Kepala Sekolah menurunkan kacamatanya. "Kau pernah tanya nama keluarga nenekmu?" tanyanya sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Lethymia?"

Dengus geli meluncur dari hidung bengkok Profesor Grivida. "Nama macam apa itu." Wanita itu menghempaskan kacamatanya sendiri hingga mengenai sisi samping teko teh. "Aku memang memintanya untuk merahasiakan statusmu sementara, tapi bukan berlebihan seperti itu! Kau—nona muda—"

Valerie memundurkan wajahnya saat telunjuk gemuk Kepala Sekolah tertuju pada hidungnya.

"Kau memegang tanggung jawab besar untuk melanjutkan warisan leluhurmu. Bukan hanya warisan material, tapi juga kewajiban pada Kerajaan Riverra. Apa yang nenekmu lakukan padamu? Membuatmu percaya kalau seumur hidupmu kau akan berkebun apel? HAH! Konyol sekali wanita tua itu! Aku akan bicara padanya malam ini juga!"

Valerie tertegun. Jadi, neneknya berbohong seumur hidup Valerie? Untuk apa? Untuk melindunginya? Dari apa? Apa lagi yang disembunyikan neneknya? Apa neneknya juga berbohong mengenai kematian ibunya? Mendadak Valerie tak tahu bagian mana dari hidupnya yang bisa ia percaya.

Kepala Sekolah mengambil sebuah pena emas berhias bulu merak hanya untuk diputar-putar di tangannya. Ketegangan di wajahnya kelihatan mengendur, mungkin merasa bersalah sudah menekan Valerie seperti itu.

"Nenekmu adalah seorang Travias, Valerie. Seumur hidupmu kau adalah Valerie Travias, kecuali jika kau menikah dengan sesama Legacy atau keluarga kerajaan. Dan masalah kekayaan keluargamu, sampai saat ini kekayaan ibumu dilindungi oleh negara sampai kau berhak untuk mewarisinya di usia 21 tahun." Mata bundar kemudian Profesor Grivida beralih pada Killa. "Kau terlalu tenang untuk berita ini. Kalau kutebak, kau sudah tahu, eh?"

Killa mengangguk pelan. "Tapi saya merasa bukan kapasitas saya untuk menyampaikannya," ujarnya bijak, terdengar lebih dewasa dari umurnya.

Killa sudah tahu tentang hal ini? Karena itukah dia tersenyum pada Valerie di Upacara Penerimaan?

Valerie mengira pembicaraan mereka selesai sampai di sana dan mereka akan membiarkan Valerie merenung untuk menerima nasibnya, kalau saja Fira tidak angkat bicara.

"Klan Travias sudah punah," ucapnya ketus, membuat semua Legacy meliriknya. "Aku tahu ini terdengar tidak sopan, tapi Raja Gregory sendiri kan yang mengumumkan kematian Evelyn Travias? Seharusnya cewek ini tidak menerima statusnya sebagai Legacy lagi."

Legacy (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang