part 1

563 28 17
                                    

Jangan pernah memanfaatkan cinta. Tak perduli betapa dia mencintaimu, suatu hari ia pasti akan lelah.

Hingga pada saat itu Rhei mulai mengubah penampilannya menjadi wanita yang diinginkan para lelaki agar ia bisa menunjukkan pada Revan bahwa ia juga bisa menjadi wanita yang bisa ia puja.

Tapi Rhei hanya bisa menelaah kekecewaan lagi saat mendengar Revan akan dikirim Ibunya ke Austria.

Sejak Revan diberangkatkan ke Austria hari-hari Rhei hampa dan tak bersemangat, seakan Revan memang diciptakan untuk menjadi vitamin Rhei, dan Rhei yang diciptakan untuk bergantung selalu pada Revan.

Hingga kemarin Rhei dikabarkan oleh Jenna, Ibunya Revan bahwa siang ini Revan akan mendarat dibandara internasional Soekarno-Hatta. Betapa bahagianya Rhei mendengar berita itu, akhirnya penantiannya selama tujuh tahun lamanya ini tak bertemu.

Hari ini Revan akan pulang ke Indonesia setelah sekian lamanya Revan menetap di Austria untuk belajar bersama pamannya agar ia bisa memegang alih perusahaan yang dibangun oleh almarhum Ayahnya.

Pagi-pagi sekali Rhei bersiap-siap dengan antusias untuk menjemput Revan dibandara, Rhei berusaha keras agar tetap terlihat cantik didepan Revan nanti.

Rhei keluar dari kamarnya dengan senyumannya yang tak pernah lepas dari wajahnya yang cantik semenjak mendengar kabar Revan akan pulang ke Indonesia.

Rhei melihat Ibunya yang sedang sibuk menyiapkan sarapan dimeja makan dan Ayahnya yang sedang serius membaca koran.

"Pagi.. Mah, Pah" sapa Rhei mencium pipi kedua orang tuanya.

"Pagi, sayang" jawab Maria, Ibu Rhei.

"Pagi, princess" dan disusul oleh Alvian, Ayahnya.

"Wah.. kayaknya anak papah ceria banget sih hari ini" ledek Alvian yang hanya dibalas dengan senyuman manis oleh Rhei.

"Gimana gak ceria, wong sebentar lagi mau bertemu pangeran berkuda putihnya" seru Maria membuat Rhei tersipu.

Senyum Rhei tak pernah pudar dari bibirnya membayangkan mungkin Revan akan tekejutnya dengan kedatangan Rhei dibandara untuk menjemputnya. Dengan cepat Rhei menghabiskan sarapannya dan langsung pamit pada orang tuanya untuk menjemput Revan dibandara.

"Mah, Pah.. Rhei pamit yah" pamit Rhei menghampiri kedua orang tuanya dan mencium pipinya.

"Iyah sayang, kamu beneran gak mau diantar sama Pak Wahyu?" Tanya Maria khawatir.

Rhei dari awal memang sudah menolak untuk diantar oleh supir keluarganya yang setia itu, Pak Wahyu. Rhei lebih memilih naik taksi dengan alasan ia tak mau terlihat manja didepan Revan, Rhei ingin membuktikan bahwa dia bisa mandiri dan terlihat sederhana, Rhei ingin Revan melihatnya apa adanya walau Rhei tahu Revan menyukai wanita yang elegant dan glamour. Rhei ingin mengubah penilaian Revan, bahwa ia pantas menjadi wanita yang dicintainya.

"Iya, tidak apa-apa Rhei naik taksi saja" jawab Rhei meyakinkan Ibunya yang terlihat khawatir.

"Yakin princess, mau naik taksi saja?" Tanya Alvian yang sama khawatirnya pada putri semata wayangnya itu.

"Yakin papah, ya sudah Rhei berangkat dulu yah" pamit Rhei sekali lagi pada orang tuanya dan langsung pergi dengan senyumnya yang mampu membuat hati bergetar ketika melihatnya, oke ini alay.

"Rhei.." langkah Rhei terhenti mendengar suara Maria dan menoleh kebelakang. Rhei melihat Maria yang sedang menghampirinya membawa kemasan putih berbentuk kotak berukuran cukup besar, ketika ia sadar dan menepuk pelan dahinya. Hampir saja dia lupa, Rhei ingin memberi kejutan untuk Revan dengan membuatkan kue kesukaan Revan, yah.. walaupun masih ada campur tangan Ibunya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 29, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang