Numb heart

1.7K 44 3
                                    


Namaku Rafanda Fadira gadis semester 5 pada jurusan Keperawatan. Menjalin hubungan terlarang dengan seorang senior semester akhir yang satu jurusan dengan ku.

Ups! Please otak kalian jangan salah tangkap dulu. Hubungan yang dengan sangat kejam mendapat gelar 'hubungan haram' dari keluargaku membuat aku dan mereka harus urat-uratan jika sudah menyangkut dirinya. Padahal kami tidak pernah melakukan hal-hal yang melanggar norma juga tidak merugikan nusa dan bansa, Atau yang lagi ngetren skarang di masyarakat LGBT. Ampun dah....

Kami hanya dekat, sumpah hanya dekat, pacaran pun tidak. Kegiatan rutin yang selalu membuat kita dekat hanya pada saat waktu subuh, dia menelfon membangunkan ku untuk sholat subuh, yah walaupun ada alaram yang sedia setiap saat di hpku. tapi lain dong kalo di bangunin sama si doi, rasanya mau sholat kelebihan rakaat. Andaikan ada perintah sholat subuh 10 rakaat tambah sunnahnya 10 rakaat akuh pantengin. Astagfirullah... niat fanda niat... otak ku kadang bergeser dari tempatnya jika sudah menyangkut Saddiq Al isyraf senior hensem favorit semua mahasiswi. Bayangkan mahasiswa terfavorit loh. Belum aku mendeskripsikan, ketampanannya sudah bisa ditebak, oh Tuhan manusia segagah itu masa hanya dengan hal bodoh di masalalu keluarganya dan kelurgaku harus membutku melepaskannya, Jangan bercanda.

Jadi kisah singkatnya begini.
dulu pada zaman dahulu kala saat diriku dan dirinya masih menikmati masa-masa ingusan. Terjadi keributan yang menggemparkan desa kami. Yah kami memang sekabupaten, sedesa dan sedusun tapi bukan serumah kok apalagi sekamar.

Penyebab Keributan itu adalah keluargaku dan keluarganya.

Pagi yang cerah itu keluarga besarku menikmati sarapan seperti hari biasa. Laki-laki dewasa dan opa duduk di atas meja makan utama, para wanita di meja makan ke dua lebih dekat dengan dapur sedangkan kami para tuyul-tuyul duduk melantai.

Aku menguap beberapa kali menunggu sodoran nasi goreng dari mama tercinta ku, kedua kaki ku buka selebar-lebarnya memberi ruang untuk sepiring nasi goreng yang akan segera datang.

Aku menatap kesibukan mama dari mataku yang masih menempel melengket belek-belek di bulu mata. Orang dewasa sudah sedari tadi menikmati nasi goreng spesial keluarga ku.

Gonta-ganti langkah mama berjalan cepat menuju diri ku yang menyambutnya dengan senyum bahagia

Tiba-tiba

"MAPPE!!!!" nasi goreng di tangan mama langsung meluncur sempurna tepat di wajahku. Ingin sekali aku menangis tapi sudah di dahului oleh opaku. Namun bukan tangisan tapi teriakan balasan.

"SIAPA ITU!!!" beliau berdiri geram lalu melangkah cepat menuju pintu setelah meraih golok yang tersimpan di bawah lemari piring simpanan oma ku. Aku hanya menatap bingun tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi.

Orang dewasa sudah mengikuti langkah opa menuju arah suara. Sepupu-sepupuku juga sama, meninggalkan ku yang masih menganga. Aku menatap punggung-punggung mereka dengan Air mata sudah mengepul sebentar lagi akan tumpah. Aku memutar kepala mencari keberadaan mama. Tapi beliau juga tak tampak.

Suara teriak saling membalas semakin terdengar dari depan rumah seketika aku langsung berlari dengan wajah penuh dengan biji nasi goreng.

Wahh.... Ada pertunjukan silat asiikk. Pikir ku kala itu. Sebab pencak silat di desaku kerap di jadikan tontonan hiburan untuk anak-anak seusia ku.
Tapi yang mengherankan adalah mama, oma, bunda mimi -suadari mama yang ngotot mau di panggil bunda- serta bibi-bibiku yang lain mereka menangis sambil meneriaki opa yang kini sedang memasang kuda-kuda berhadap-hadapan dengan kakek bang Saddiq. Papa dan om-om ku juga sibuk merelai mereka. Aku hanya mengintip di balik tubuh salah satu sepupuku sambil mengunyah biji nasi goreng yang kupungut dari wajahku.
Aku sangat tidak mengerti maunya orang dewasa. Batinku.

one shootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang