1. Syaaaam

20.9K 630 10
                                    

"Syaaaammm!!!" Gerutuku saat syam mulai beraksi dengan menarik-narik ujung jilbabku. Dia hanya terkekeh saat melihat wajah kesalku.

"Heii.. konsisten dong, tadi perjanjiannya bagaimana??" Ucap Syam lagi yang kini sudah berada di depanku.

"Enggak mau.. kamu saja mainnya curang."

"Hei. Kalo kalah mengaku saja."

"Sekali enggak mau ya enggak mau!!. Dasar curang!!" Dengusku.

Bayangkan saja, kini aku harus menuliskan tugas rangkuman milik Syam gara-gara aku kalah main ular tangga. Ini semua tidak akan terjadi jika syam tidak bermain curang dengan mengelabuhi ku ketika dadu yang Ia lempar tidak menghasilkan angka yang Ia inginkan.
Oke, akan ku jelaskan siapa Syam sebenarnya. Syam adalah sahabatku, Zhafran Syamil Ar-Ridwan lengkapnya. aku dan dia bersahabat sejak kita masih berada di taman kanak-kanak. Saat itu keluarga Syam baru saja pindah di rumah yang tidak jauh dari rumahku. Tahun ini adalah tahun ke tiga belas persahabatan kita. Sudah lama bukan?.

Syam adalah sosok sahabat yang baik dan selalu ada untukku baik dalam suka maupun duka, meskipun terkadang dia akan berubah menjadi sangat menyebalkan, tetapi aku sangat menyayanginya. Dan harus aku akui, sahabatku yang satu itu memiliki wajah yang cukup tampan. Tapi ketampanan sahabatku itu seakan menjadi masalah besar bagiku, karena apa? Karena semua gadis yang menyukai Syam sebagian besar akan memusuhiku. Hal ini di sebabkan karena aku di anggap sebagai penghalang bagi mereka yang mau mendekati Syam. Huft. Ini sungguh menyebalkan. Padahal aku tidak pernah melarang siapapun untuk mendekati Syam.

Dan satu lagi, sahabatku itu adalah seorang kapten futsal, dia juga pemain basket dan Volly yang handal. Yah anggap saja dia seorang atlet yang menguasai segala macam permainan olahraga yang mana sangat berbanding terbalik dengan ku yang sama sekali tak menyukai bidang olahraga apapun.

Sedangkan aku, Laila Zahra Hafidzah, mayoritas orang atau bahkan hampir semua orang yang mengenalku akan memanggilku Ara, dan hanya Syam yang memanggilku dengan sebutan 'Ai' dari penggalan nama 'Laila' sebagai salah satu panggilan istimewanya kepadaku.

"Ai, buruan tulisinn.." ucap Syam sembari menarik-narik ujung jilbabku lagi.
"Ogah!!."

"Hei, kamu yang kalah. Tadi perjanjiannya bagaimana?"

"Eh, perjanjiannya kan kalau kita mainnya enggak  curang. Kamu saja curang, ya berarti perjanjiannya batal dong. Jadi lebih baik aku tulis tugasku sendiri, kamu tulis tugasmu sendiri, itu jauh lebih baik, oke?" Ucapku seraya mengembalikan buku milik Syam yang tadi di sodorkan padaku.

"Enggak Oke. Oke darimana coba? Dasar upil kembing enggak konsisten!!." Ucapnya sambil menoyor kepalaku.

"Ish dasar ketek jerapah curang!!" Pekikku yang tidak mau kalah.

Setelah itu, keheningan pun tercipta ketika aku dan Syam mulai sibuk dengan tugas kita masing-masing. Menjadi siswa di penghujung masa SMA memang sangat melelahkan. Apalagi tugas-tugas yang tidak kunjung ada hentinya meski masih di semester-semester awal, tapi tugas terus saja berdatangan. Kadang jika seperti ini aku ingin sekali segera lulus.

Tapp..

Aku dan Syam memegang sebuah penggaris secara bersamaan. Aku menatap Syam, begitu pula dengan dia yang juga menatapku. Aku menarik penggaris itu yang memang milikku, seolah tidak mau kalah Syam juga ikut menarik penggarisku dan terjadilah perang dunia ketiga antara aku dan Syam demi memperebutkan sebuah penggaris.

"Aku dulu.."

"Sahabatku yang paling cantik. Aku duluan yang ambil."

"Aku dulu Syamiiiil. Aku cuma sebentar."

Hati Yang Bicara [DREAME]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang