Bab 2

189 7 4
                                    

Bab 2

Ega baru pertama kalinya melihat cewek itu dari kawasan kelas XII IPA hari itu, tapi dia tak mengenal, atau mungkin, tak mengingat wajah gadis berambut hitam ikal dengan mata biru muda itu. Dia memiliki mata biru yang terlihat natural, bukan soft lens atau apalah.

"Ah, kak Ega! Dari tadi dicariin sama kak Pipit loh!" 

Ega menoleh saat juniornya di KIR, Tasya berseru padanya dari dekat lapangan. 

"Iya, bilang ke Pipit nanti gue nyusul ke sana!"

Tasya pun tergopoh-gopoh kembali ke ruangan ekskul yang berarti dia harus menyebrangi lapangan basket yang luasnya lumayan untuk memarkir lima belas mobil. 

Ega kembali menatap gerak-gerik cewek tadi, dia sedang bersama Rina, cewek langganan juara kelas di XII.IA.4. Ega memang tahu Rina punya sahabat baik, tapi dia tak tahu kalau cewek yang membuatnya bingung itulah sahabatnya.

Ega akhirnya memilih untuk enggak ambil pusing. Dia menenteng tasnya dengan sebelah tangan dan beranjak menuju ruang ekskul KIR yang berada di sebelah ruang ekskul Mading.

Cowok itu teringat sesuatu. Dia pernah melihat Dodi lagi bersama cewek itu di ruang ekskul mading hari Senin. Berarti cewek itu adalah anggota ekskul ini.

Cewek itu kayaknya pernah lihat ... tapi kok gue jarang ngelihat dia di sekolah ya? 

Dan kenapa gue penasaran banget sama dia?

**

"Kondisi kamu sudah mulai bagus dua bulan ini, Shey. Mama seneng banget deh."

Sheyna tersenyum mendengar perkataan mamanya saat mereka selesai konsultasi dari dokter yang pernah merawatnya, bahkan hingga sekarang. Tapi kata-kata dokter itu sekarang sama sekali tidak menutup kemungkinan kalau bisa saja besok keadaannya kembali memburuk, mengingat penyakit yang di deritanya ini tak semudah itu bisa diobati.

"Ma, mama yakin aku bisa sembuh?"

Pertanyaan Sheyna membuat mamanya termenung. Dia menatap kasir yang sedang melayani pasien yang mengambil obat dengan tatapan resah.

"Semoga saja, Sayang. Mama akan terus berusaha supaya kamu sembuh."

Sheyna tersenyum kecil, meskipun itu bukanlah senyum senang.

Cewek itu memperhatikan saat ibunya membayar obat Sheyna di kasir. Sheyna melirik Rina yang duduk di sebelahnya. Dia bilang, dia ingin ikut mereka ke rumah sakit sekedar menemani berhubung ayah Sheyna sedang sibuk dan harus lembur sampai malam sehingga tak bisa menemani putrinya berobat.

Rina sedang membaca buku sambil memasang headset yang tersambung ke iPodnya. Seingat Sheyna, itu hadiah dari Dodi pas Rina ulang tahun bulan kemarin.

"Itu iPod dari Dodi kan ya?"

Rina mencabut headset nya, "Apa?"

"Enggak, lupain aja."

Sheyna mendongak menatap langit-langit rumah sakit yang terang benderang. Dia menduga-duga apakah dia bisa kembali sehat. Sheyna masih ingat perkataan dokter tahun lalu tentang penyakitnya yang membuat gadis itu hampir kehilangan semangat hidup.

Suara mamanya menyadarkan Shey dari lamunannya. Mereka berjalan ke parkiran setelah mama Sheyna membayar biaya pengobatannya.

***

Ega sama sekali tak bisa konsentrasi saat Pipit menjelaskan rencana ekskul KIR setahun ke depan. Karena mereka sudah kelas tiga, berarti mereka harus menyerahkan jabatan ke junior-junior mereka yang kelas XI. Saat acara penjelasan selesai, Pipit menggebrak meja yang Ega sedang pakai,membuat cowok itu kesentak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 18, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Peri MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang