The Last Escape
Mata itu menyalang tajam, pisau di tangannya mengkilap dengan cahaya yang menyilaukan di tengah kegelapan ruang. Sunyi, senyap. Hanya suara burung hantu yang menjadi satu-satunya penanda kehidupan. Ia sama sekali tak takut, tetap awas dengan mangsanya yang hanya bisa terdiam membisu dalam temali yang kencang menjerat tubuhnya.
Malam itu, sesosok laki-laki bersiap dengan proyek besar yang berdasar pada ambisi misteriusnya, ambisi yang sama sekali tidak dapat dipahami oleh siapapun, psikopat? Terserah saja, bagi dia julukan hanyalah kata-kata relatif ciptaan manusia-manusia tidak bertanggung jawab. Saat ini dia hanya ingin menyelesaikan tugasnya, menyelesaikan semua hal yang menjadi tanggungannya, berbekal pisau yang kini sedang bertengger manis dalam ruas jari-jari kokohnya.
Cairan merembes keluar begitu sisi tajam pisau mulai menggores kulit, perlahan mengoyak, menyobek lapisan sehingga menampilkan bagian daging yang berwarna merah darah. Laki-laki itu tersenyum senang, sebisa mungkin menikmati proses itu tanpa sedikitpun terlewati, perlahan tapi pasti, ia mulai mengiris daging-daging merah itu hingga menjadi potongan-potongan kecil, cairan yang keluar semakin banyak, bahkan sebagian sukses melumuri kedua tangannya yang tak henti-hentinya memotong dengan terampil dan rapi, seolah-olah potongan irisan tersebut adalah hasil dari seorang dokter bedah yang luar bisa ahli.
Laki-laki itu tertawa, puas akan pekerjaannya. Sementara tak jauh dari tempatnya berpijak tampak sebuah layar monitor yang menyala, berikut bunyi bip yang sangat akrab di telinga. Sejenak ia menoleh, mengelap tangan basahnya dengan kain, memperhatikan laptop itu sejenak.
'5 menit lagi aku datang !'
Bibirnya membentuk seringaian, jarinya bergerak mengetikkan sesuatu,
'Cepatlah, pisau-pisauku sudah tak bisa menunggu..'
***
to be continued
YOU ARE READING
The Last Escape
Mystery / Thrillerbukan novel bukan cerpen,, hanyalah sebuah khayalan penulis tentang betapa berharganya teman, dengan ide cerita bergenre thriller