Assalammu'alaikum, London

85 4 0
                                    

Awal April 2018

Langit cerah berwarna biru muda di jantung kota terbaik di dunia, London. Tak jauh berbeda dengan suasana hati seorang gadis berjilbab cukup panjang, memakai rok abu-abu panjang dan tak lupa jas kulit coklatnya. Hari ini baru saja ia sampai dari tempat kelahirannya Maharashtra, Mumbai, India. Ayahnya seorang berdarah India, namun ibunya berdarah Inggris, maka dari itu ia berada di sini saat ini.
Keluarganya menganjurkannya untuk melanjutkan sarjana keduanya di universitas ternama di Inggris. Ia mengambil jurusan sastra Arab dan sejarah timur tengah setelah sebelumnya, pada saat sarjana pertamanya ia mengambil jurusan arkelogi. Di tanah kelahiran ibunya saat ini ia berpijak. Berkeliling kota ternama, London. Salah satu negeri impiannya memang.

~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•

Tepat hari ketiga setelah kedatangannya di London, ia menuju universitas yang akan menjadi tempatnya menimba ilmu dan meraih gelar sarjana untuk kedua kalinya. Hanya untuk sekedar melengkapi identitas dan semua data-datanya. Dan perlu bersusah payah memikirkan biaya, karena seluruhnya ditanggung penuh oleh salah satu yayasan pendidikan India, sebab kepintarannya dan berbagai prestasinya.
Setelah itu, ia berencana kembali ke apartmen yang disewanya yang agak jauh dari jalanan ramai. Agak sepi, namun cocok. Ia fikir, pasti nanti akan lebih sibuk mengerjakan tugas skripsi yang menumpuk. Suasana seperti inilah yang cocok untuk tugas yang menumpuk.
Ia memutuskan berjalan santai sambil menikmati udara London yang sejuk walaupun sedang musim semi. Masih tersisa udara musim dingin rupanya membuat udara begitu dingin pagi ini. Namun, melihat sang surya sudah nampak di ufuk timur membuatnya melirik ke arah arloji kulit berwarna hitamnya. Pukul 8 a.m. Masih pagi rupanya.
Hal itu menjadi alasan timbulnya keinginan untuk meneliti setiap sudut kota ini sebentar. Mungkin sampai jam 11, lalu akan bergegas mencari masjid. Pemandangan wanita berhijab tak terlalu asing rupanya di kota ini. Bahkan ia sudah melihatnya langsung. Kumpulan wanita yang baru saja keluar dari sebuah bangunan berwarna dominan coklat cappucino. Berpakaian yang berbeda, modis namun tertutup. Sama seperti dirinya.
Ia bergegas menghampiri kumpulan wanita itu. Menghampiri salah satunya. Berhijab hijau muda, bermantel biru dongker dan memakai rok panjang berwarna coklat. Matanya bulat, beriris coklat caramel. Sempurna.

"Hai, Assalammu'alaikum. Saya Aleesha Orlin, dari India. Maaf, di sini sedang ada acara apa?", tanya Aleesha.

"Wa'alaikumsalam, hai Aleesha, perkenalkan nama saya Oliviera Jasmine. Bukan acara, namun kajian Al-Qur'an dan hadits rutin tiap sabtu dan minggu. Namun, pada hari minggu, kami akan ada kegiatan da'wah di kota ini atau mengumpulkan amal untuk saudara kita melalui kegiatan yang sering kami lakukan. Maaf, Anda baru di sini?"

"Hmm ya, baru kemarin tiba dari India. Apa boleh saya bergabung?", tanyanya lagi sambil melirik ke arah wanita-wanita yang lain.

"Tentu saja boleh... Besok kemarilah lagi pukul setengah tujuh pagi. Kami akan memulai acaranya dengan berbagai kegiatan amal. Kalau begitu, saya kembali dulu. Semoga Allah memberkahimu selalu. Assalammu'alaikum, Aleesha"

"Iya, wa'alaikumsalam... Terima kasih, Jasmine..."

Setelah itu, Aleesha membungkukan tubuhnya sembari memberi salam dan senyuman hangat yang dibalas tak kalah hangatnya oleh Jasmine. Lalu gadis itu berbalik dan menjauh. Kembalilah ia, berfikir ingin refreshing ke sebuah kedai kopi di ujung jalan dekat perempatan jalan yang kemarin ditemuinya.
Duduk di tempat paling pojok dekat jendela kaca kedai yang langsung menghadap ke arah lampu merah di mana banyak mobil yang berhenti karena rambu lalu lintas menunjukkan waktunya pejalan kaki menyebrangi jalan. Lalu menoleh saat pelayan menegurnya. Ia hanya memesan segelas Americano.
Hanya sebentar, 15 menit refreshing dengan segelas kopi membuatnya kembali hangat. Ia bergegas kembali, namun di tengah jalan ia tak sengaja menabrak seorang pria. Tak ada yang terjatuh, hanya saja buku yang ia bawa terjatuh ke tanah. Pria itu yang mengambilnya lalu meminta maaf sambil menunduk.

"Tak apa, tuan.. Terima kasih"

Pria itu tersenyum lalu mendongakkan kepalanya. Senyumnya langsung sirna. 'Wanita ini memakai kain di kepalanya'. Namun, sepersekian detik ia tersadar dan langsung berlalu.

"Sama-sama, saya permisi..."











Hello guys, i'm coming back again... With new story about Islam. Do not about racism,I just wanna tell you all , the beutiful of Islam. Hope you'll be enjoy this story...

Don't forget to give your vote and comment, ok ^^

@SalsabilaJRay10
-Orlin-

OrlinWhere stories live. Discover now