Six

143 12 0
                                    

Keesokan harinya, Aku membuka pintu balkon kamarku yang langsung disambut hembusan angin segar dan menyerobot masuk ke dalam kamar. Debu-debu dilantai semen berterbangan ke atas ketika angin-angin itu kembali berhembus. Debu itu masuk ke dalam hidungku, namun tak membuatku merasa alergi atau semacamnya. Dedebuan yang kuinjak melengket hingga membuat bercapan kaki dilantai itu. Aku merasa sangat kotor dan tidak nyaman. Sementara dedaunan yang menguning betebaran dilantai balkon. Aku heran dan bertanya-tanya dari mana asal daun-daun itu.

Jadi, saat sore hari dan pulang dari kampus, aku memarkirkan mobilku di perkarangan dan berniat mengelilingi bagian apartemen. Tujuanku, mencari pohon yang ada hingga jelas dari mana asal dedauan yang mustahil berada disana. Jadi, ketika aku melihat-lihat, aku menemukan seekor kucing yang tergeletak tak jauh dari tanaman yang di rawat dengan baik. Aku menduga tanaman itu milik keluarga berkulit hitam yang menempati tingkatan pertama. Kucing itu masih hidup dan sedang menjumpai ajalnya.

Aku berharap tidak melihat malaikat pencabut nyawa disana, aku berharap kucing itu telah mati hingga tak membuatku takut menyaksikan ajalnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku berharap tidak melihat malaikat pencabut nyawa disana, aku berharap kucing itu telah mati hingga tak membuatku takut menyaksikan ajalnya. Aku bergidik sambil menggelengkan kepala. Kuyakin, Edd akan membersihkannya begitu melihat kucing yang akan segera menjadi bangkai itu.

Aku menelusuri belakang apartemen. Kakiku melangkah pelan menginjak rerumputan yang dipangkas rapi. Sementara mataku mengamati setiap tempat, melihat sedetil mungkin keadaan yang ada disana.

Tidak ada pohon disana, bahkan bunga-bunga berdaun pun tak terdapat di bagian dekat balkon kamarku. Bagian itu hanya dihampari rerumputan hijau yang membentang dari perkarangan hingga ke belakang apartemen.

Aku memutari apartemen, berjalan melewati titik yang berbeda dan tiba di tempat yang sama. Aku berdiri di perkarangan.

Tidak apa pohon disini.

Hanya ada bunga-bunga di area pekarangan dan jenis bunga itu tidak ada di balkonku. Aku menatap balkon apartmenku dari bawah. Mendongak, aku menatap kembali sekitar apartemen. Lalu pikiranku kembali bersuara 'dari mana datangnya daun itu?'

Aku mengingat-ingat jenis daun itu, semacam daun mangga yang tak terdapat di area apartemen ini. Dan seketika aku teringat, pertama kali aku membuka balkon itu, aku melihat dua daun kering disana. Masing-masing daun itu berada di jarak yang cukup jauh. Namun, ketika aku kembali mengunjungi balkonku aku melihat banyak daun-daun kering disana, jumlahnya mencapai sepuluh dedaunan yang sama. Dari mana daun-daun itu? Sementara tak satupun pohon disini?

Jelas angin tidak mungkin membawa dedaunan yang sama ditempat yang sama. Dan aku meragukan kekuatan angin untuk membawa daun itu di balkonku. Apartemenku berada di lantai empat dan sangat tinggi bila dilihat dari bawah. Kurasa tidak sangat logis bila penyebabnya angin. Lagipula, angin tak membawa dedaunan terbang jauh. Kecuali bila badai angin atau semacamnya datang tadi malam.

Terdengar tidak terlalu penting memang, tapi bagiku, mencari asal-usul pohon yang berada di balkon itu sangat penting. Aku ingin mengetahui apa yang terjadi dan memecahkan misteri itu.

Cauchemar (Mimpi Buruk)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang