Bab 4

51.9K 2.2K 23
                                    

Gaby berjalan mendekati ibunya yang masih diam sambil menatapnya. Ia tak tahu harus memulai ini semua dari mana, ia tak percaya bahwa apa yang ia sembunyikan dengan sangat rapi terbongkar begitu saja, ia tak percaya bahwa kini ibunya sudah tahu dengan apa yang dia lakukan dan kondisinya saat ini. Tiba-tiba tangan Gaby gemetaran, tubuhnya berkeringat dingin, seluruh sendinya terasa ngilu, dan saat ia berada dihadapan ibunya,tubuh Gaby merosot begitu saja, ia bersimpuh didepan ibunya.

"Ma...maafkan aku bu...maafkan aku" hanya kata maaf yang bisa keluar dari bibir Gaby, ia sungguh tak tahu harus mengucapkan apa didepan ibunya. Air matanya mengalir begitu deras, ia tak sanggup menatap mata ibunya.

"Kenapa kau hancurkan hidupmu untuk ibu, Gaby.. kau membohongi ibu...kenapa kau lakukan ini" ucap lirih ibunya dengan nada suara yang penuh dengan keserakan dan kesakitan disana. Mendapati kenyataan bahwa anak perempuan satu-satunya yang ia miliki, yang selalu ia impikan menjadi wanita kuat dan akan mendapatkan semua impiannya kini mengancurkan hidupnya hanya untuk dirinya sungguh membuat ibu Gaby merasa hancur hatinya. Ia tak menyangka Gaby melakukan hal sejauh ini untuk demi dirinya, seorang ibu yang belum mampu membahagiakan putrinya. Kekecewaan dirasakan oleh ibu Gaby, tapi kekecewaan itu lebih pada kenapa dia membuat gadis kecilnya harus melakukan hal seperti ini.

Gaby tak menjawab, ia bersimpuh didepan ibunya dengan kepala tertunduk dan air mata yang tak bisa ia bendung lagi. Saat merasakan usapan tangan hangat diatas kepalanya, Gaby memberanikan diri sedikit mendongakan kepalanya, ia bisa melihat ibunya juga tengah menangis.

"Maafkan aku bu...maaf..." ucap Gaby lagi yang akhirnya membuat sang ibu ikut turun dari ranjang lalu memeluk Gaby erat.

"Ibu yang harus meminta maaf padamu, maafkan ibu membuatmu seperti ini. Ibu yang membuatmu melakukan hal ini" Ibunya memeluk Gaby semakin erat, ikut menangis, menangisi keadaan Gaby.

"Tidak bu, aku yang memutuskan untuk melakukan itu. Maafkan aku karena aku begitu putus asa saat itu. Aku tak ingin melihat ibu lebih menderita" mendengar hal itu, ibunya semakin merasa bersalah, Gaby dipeluk semakin erat, lama mereka saling berpelukan tanpa mengeluarkan suara, hingga akhirnya ibunya melonggarkan pelukan mereka, mengusap pipi Gaby yang penuh dengan air mata.

"Jadi....ada janin didalam rahimmu saat ini?" Tanya ibunya ragu, namun sangat ingin ia tanyakan sejak tadi. Sejak ia menemukan kertas yang berisi hasil cek darah Gaby dan disana tertulis bahwa putrinya positif hamil, ibu Gaby awalnya berfikir Gaby memiliki seorang kekasih hingga ia hamil, namun betapa terkejutnya beliau saat menemukan satu kertas yang lain, yang terlipat rapi dalam sebuah amplop, dikertas itu tertulis sebuah perjanjian dan terdapat beberapa poin disana, yang ibu Gaby ingat ada tulisan bahwa Gaby harus mengandung dan saat bayi itu lahir harus diserahkan kepada Xavier, dan yang membuat ibunya tak kalah kaget tertulis juga jumlah uang yang sangat besar diterima oleh Gaby, surat perjanjian itu diketik rapi, ada 3 tanda tangan disana, satu tanda tangan Gaby dan 2 lainnya atas nama Xavier dan Johan. Pejanjian itu dilakukan tepat 2hari sebelum beliau dioperasi yang secara otomatis ibu Gaby tahu bahwa Gaby selama ini berbohong tentang uang yang dipinjami bos dan temannya. Gaby mendapatkan banyak uang dari perjanjian itu.

Gaby menatap ibunya lagi takut-takut lalu ia menganggukan kepalanya, yang artinya semua jelas bagi ibunya, Gaby tengah mengandung. Ibunya semakin merasa berdosa kepada Gaby.

"Maafkan ibu kau harus menanggung semua ini sayang" ibu Gaby tak tau lagi harus bereaksi seperti apa.

"Tidak apa-apa bu, asal ibu kembali sehat dan tidak meninggalkanku. Sejujurnya aku takut sekali menghadapi semua ini. Saat aku tahu bahwa aku telah hamil, aku berpikir keras antara akan jujur pada ibu atau aku akan berbohong selamanya pada ibu, tapi aku sadar jikapun aku diam pasti ibu akan tahu juga" Gaby menstabilkan nafasnya, entah kenapa tiba-tiba nafasnya terputus-putus, rongga dadanya seakan menyempit. Melihat Gaby kesulitan bernafas, Ibunya langsung membawa Gaby naik keatas ranjang.

Crazy DealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang