Part 5

43.6K 2.4K 15
                                    

Happy reading, maaf kalo ada typo :)

Akhir Juli 2015

Seorang Dennis Orlando benar-benar membuktikan ucapannya. Seminggu setelah lamarannya waktu itu, dia mengirimi aku bunga setiap hari. Teman-teman yang sebelumnya membully ku habis-habisan, kini sudah lebih kalem. Paling mereka hanya tersenyum dan mengatakan "ciiieeeee.....", seruan klasik yang kadang-kadang membuatku salah tingkah sendiri.

Tidak hanya bunga, dia juga mengirim pesan tiga kali sehari, pagi, siang dan malam seperti jadwal minum obat. Mulai dari sekedar pertanyaan klasik, sudah makan atau belum? Sudah mandi atau belum? Makan apa tadi? Bagaimana pekerjaanmu?
Atau sekedar memberitahukan tentang kegiatannya setiap hari. Dia menganggap seolah-olah aku ini benar kekasihnya. Padahal, aku sendiri masih bingung dengan apa yang aku lakukan. Aku masih membentengi diri untuk tidak terburu-terburu mengambil keputusan. Berbalas pesan secukupnya, walaupun terkadang pipiku merona tanpa terkontrol hanya karena notifikasi pesan darinya.

Walaupum sering berkirim pesan, tapi semenjak kunjungan terselubung keluarga om Danu minggu lalu, aku dan Olan sama sekali belum bertemu. Dia sedang berada di Singapura untuk menjalani syuting film terbarunya.

Tanda notifikasi muncul di handphone ku. Kuraih benda pipih itu yang sejak tadi kuabaikan karena deadline pekerjaan yang harus kuselesaikan.

From : Olan Bakpao
Aku sampe jakarta sore ini, kmu pulang jam berapa?aku jemput yaa...

"Jangan...kamu ga boleh jemput aku, aku belum siap ketemu kamu." jeritku dalam hati

To : Olan Bakpao
Aku hari ini harus lembur,mgkn jam 8 baru kelar! lagian aku bawa mobil

From : Olan Bakpao
Dont lie honey...massage kamu yg tadi pagi masih ada di hp ku. Oke...aku jmput kamu jam 8! See u calon istri...

Gawat...aku lupa kalau tadi pagi aku mengatakan mobil ku sedang di bengkel dan harus ke kantor naik taksi. Sepertinya takdir memang ingin mempertemukan kami.

-------------------
Masih ada waktu 20 menit sebelum jam 8 malam. Aku mematikan komputer dan menyudahi pekerjaan ini. Beranjak dari kubikel ku, aku berjalan menuju toilet. Aku harus merapikan sedikit penampilan ku dan memoles make up tipis di wajah agar tidak terlihat terlalu kusam.

Jangan tanya perihal jantungku, sejak tadi dia terus mendobrak seperti ingin keluar. Ku rasa Olan dapat memperpendek usiaku, karena jantungku berdebar tak karuan dan sangat tidak normal. Seperti musik up beat yang berdentum sangat keras.

Dengan langkah ragu, aku berjalan menuju lobby, dan kemudian memilih duduk di kursi tunggu.

Ting.....satu notifikasi muncul lagi

From : Olan Bakpao
Aku udh di depan kantor kamu, pake audy hitam. Kamu langsung ke mobil aja ya, takut ada yg liatin!

Apa-apaan ini? Dia tak mau turun dari mobil? Apa dia malu ketahuan jalan dengan orang seperti ku? Debaran luar biasa tadi perlahan menghilang, berganti kesal karena merasa tersinggung dengan ucapannya.

Dengan wajah cemberut, aku menghampiri mobil yang terparkir di depan lobby dan mengetuk kaca jendelanya.

Seraut wajah tampan yang tetap bersinar meski dalam cahaya remang muncul di balik kaca tersebut. Dia benar-benar ada di depanku sekarang. Pintu terbuka, gerakkan kepala nya mengisyaratkan menyuruhku segera masuk.

"Pamali lho pasang wajah cemberut malam-malam begini!" katanya ketika aku sudah duduk di kursi penumpang

"Si siapa yang cemberut? Biasa aja.." balasku sedikit gugup

He Is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang