Kepahitan masalalu

21.8K 1.1K 19
                                    

Aku terjatuh dengan kasar di atas ranjang, mencoba bangun hanya untuk di jatuhkan lagi dengan sama kasarnya. Ku tatap mata sekelam malam itu agar dia tahu aku membenci setiap kekasaran yang ia berikan padaku. Tapi mata itu seolah mempunyai pengendalian diri yang patut diacungi jempol.

Bahasa tubuh nya tenang. Membuat rasa marahku bangkit dan ku yakinkan diriku kalau aku memang tak akan pernah menyukai laki-laki ini.

"Biarkan aku pulang." Ucapku akhirnya setelah memilih cukup banyak kata hanya itu yang mampu terucap. Apalagi gugup melandaku.

"Pulang?" Dia bertanya seolah tak cukup mendengar kata yang aku lontarkan.

"Kumohon.." kali ini aku mengiba. Sejahat apapun mereka, tetap saja mereka keluargaku. "Izin kan aku kembali ke Papaku."

"Papa yang tidak bisa melindungimu?" Nada marahnya terdengar menakutkan. Apalagi saat aku mengingat ancaman yang di berikannya pada Papa membuat aku merinding. Aku takut pada laki-laki ini.

"Dia mencoba melindungiku tapi kamu terlebih dulu datang." Belaku. Mengingat Papa membantah kata yang terucap di mulut Mama.

"Kalau dia mampu melindungi putri nya, maka dia tak akan menyerahkan kamu padaku." Teriakannya membuat aku terkesiap kaget. Dia terlihat merasa bersalah tapi matanya seolah tak bisa di ganggu gugat.

"Tidak. Dia tak mungkin menyerahkan aku pada orang lain." Aku menggeleng tak habis pikir.

"Orang lain? Heh, jadi bersiaplah tinggal dengan orang lain ini." Saat dia berbalik untuk keluar dari kamar, aku langsung beranjak hendak berlari keluar tapi dengan cepat dia meraih pinggangku dan langsung membawaku keatas ranjang tapi kali ini ia diam diatas tubuhku membuat aku meronta.

"Sebaiknya jangan memancing kemarahanku. Karena kamu tidak akan suka akhirnya." Dia menyatukan tanganku diatas kepalaku. Tangan nya yang bebas meraba setiap tekstur bibirku, seolah ia tak mampu mengendalikan dirinya.

Saat wajahnya semakin mendekat aku mengelak. Berusaha tak memberinya apa yang ia inginkan.

"Lepaskan aku.. biarkan aku pergi.." Aku meronta tak mau berhenti. Walau usaha itu hanya sia-sia. Lucas bukan tandingan buatku.

"Diam!" Kali ini bentakannya membuat aku terdiam tapi tak surut juga tatapku menantang tatapannya. "Sekali lagi kukatakan, mereka tak menginginkan mu."

"Papaku menginginkan ku." Jawabku cepat.

"Bahkan walau dia menginginkanmu dia tak bisa melindungimu, seperti dia tak bisa melindungi Mamamu. Papamu seorang pengecut, dan kamu harus terima itu."

"Tidak. Papa tidak seperti itu." Aku menggeleng berusaha menolak penjelasan menyakitkan tersebut.

"Kamu hanya anak di luar nikah, tapi kamu masih saja ingin mempertahankan Papamu. Kamu benar-benar bodoh." Aku menatapnya dengan nanar. Anak di luar nikah? Aku hanya anak haram? Aku.. ya tuhan bunuh aku.

Lucas melepaskan aku. Menatapku seolah aku adalah orang asing. Apa ia merasa bersalah sekarang? Apa sebenarnya yang dia tahu tentangku?

"Katakan dimana Mamaku?" Aku bertanya mendekatinya yang terlihat menjaga jarak. Kulihat dia membisu dan terlihat kaku. Mata hitam itu tak pernah bisa terbaca. "Kamu tidak mau mengatakannya?" Aku kembali mendekat saat dia mundur.

"Istirahatlah." Dengan kata itu ia keluar.

"Kamu akan menyesal jika tidak mengatakannya." Aku berteriak tapi seolah teriakan ku hanya angin lalu buatnya karena tanpa menunggu apapun ia langsung meninggalkan aku sendirian.

Aku masih bisa mendengar suaranya saat dia berucap entah pada siapa. "Suruh Jev membawa beberapa penjaga kerumah ini. Aku tidak mau dia mendapatkan celah untuk keluar."

Crazy In Love {Abigail Book 1}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang