Kebenaran yang menyakitkan

20.4K 1.1K 20
                                    

Aku mondar-mandir tak tenang. Bagaimana kalau Lucas ternyata curiga? Bagimana kalau Adam tak berhasil menembus keamanan yang di perketat oleh Lucas? Lebih parahnya lagi aku sudah 4 jam menunggu dan belum ada perkembangan sama sekali.

Apa yang harus aku lakukan kalau Adam tak datang? Aku tidak mungkin diam saja di sini sementara ada rahasia yang mereka sembunyikan dariku.

Suara pintu di buka membuat aku dengan cepat mengalihkan tatapanku, rasa senang menggelayuti tubuhku karena Adam sudah berdiri di sana dengan senyum menyebalkannya.

Yang baru kusadari sekarang adalah dadaku tak lagi berdebar melihat senyum nakal itu. Apa semudah itu aku kehilangan minat pada pria yang ku dambakan hampir dua tahun ini.

"Aku sudah mengusir para penjaga. Tapi secepat mungkin kita akan ketahuan jadi sebaiknya kita bergegas." Aku mengangguk. "Apa kamu bawa barang?" Tanyanya mengedarkan tatapannya keseluruh ruangan.

"Aku tak akan terlalu merepotkan karena aku hanya membawa diriku sendiri." Ucapku dengan senyum bercanda.

"Gadisku yang pintar." Adam langsung berjalan keluar di ikuti olehku. Benar saja, keadaan terlihat sepi.

"Apa yang kamu lakukan sampai tak ada satu orangpun di sini?" Tanyaku cukup heran, Setahuku saat aku di seret kemarin aku melihat beberapa pelayan berlalu lalang. Tapi sekarang rumah ini seolah kuburan saja.

"Cukup cerdik untuk membuat mereka khawatir." Jawab adam sok misterius.

"Kurasa aku tak mengerti." Ucapku menggeleng kepala, dengan langkah yang terus kami pacu.

"Gadis baik tak boleh tahu, nanti malah di ikuti." Adam menepuk kepalaku seolah aku hanya anak kecil tapi tak urung aku senyum dengan perlakuannya. Adam sosok pelindung buatku dari dulu.

"Aku tak sekecil itu." Timpalku.

"Oke. Cukup dengan pertanyaan tak penting. Itu mobilku." Adam menunjuk mobil merah yang mencolok, membuat aku mengerutkan alis.

"Kamu tak terlalu pintar membawa gadis untuk kabur." Ledekku.

"Aku ingin membuat si gadis kagum agar dia mau kabur denganku." Dia memang selalu mempunyai kata untuk membalas.

"Baiklah kamu menang."

"Selalu menang. Ayo cepat, Lucas pasti sudah menyadari kalau kamu sudah hilang dari rumahnya. Tapi dia tak akan tahu kalau akulah tersangkanya." Aku mengikuti Adam memasuki mobilnya.

Ku tatap ia. "Kenapa dia tak akan tahu kalau kamu tersangkanya?" Tanyaku ingin tahu.

"Apa aku belum bilang kalau gadis baik tak boleh tahu.."

"Adam!" Pekik ku kesal, dia tertawa lalu melajukan mobilnya dengan cepat.

"Maaf." Kali ini ia terlihat serius.

"Buat?" Kurasa ia tak pernah salah.

"Aku mengejarmu waktu itu tapi kulihat Lucas sudah ada di sana jadi aku merasa tak di butuhkan lagi. Maaf, aku tak tahu kamu sedang sedih waktu itu. Aku malah menambah beban pikiranmu." Aku ingat aku memang merespon Adam dengan cara kasar. Tapi itu karena aku ada masalah, juga ada perasaan terkhianat olehnya.

"Tak apa. Harusnya aku sebagai sahabat membuatmu merasa lebih baik tapi pasti aku memperburuk suasana." Elakku jujur.

"Lucas mau membantuku menyelidiki tentang wanita yang membohongiku."

"Apa maksudmu?" Kupotong kalimatnya, terlalu kaget dengan penjelasannya.

"Tenyata aku tak pernah menyentuh wanita itu. Aku di tipu, dan juga aku sudah tes diriku. Aku masih utuh. Kamu mengerti?" Aku mengangguk tahu maksud dari utuh itu.

Crazy In Love {Abigail Book 1}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang