BEFORE STORY

530 50 28
                                    

Hamparan langit oranye menyambut hangat sosok yang terlihat berantakan dengan setelan jas hitamnya.

Rambut spikenya acak-acakan seperti baru saja di tarik-tarik atau memang iya. Jas hitamnya ia slempangkan di bahu kanannya. Dasi biru tua nya sudah entah bagaimana posisinya. Kancing kemejanya tak terpasang di tiga buah pertama dari atas. Dan kumis tipisnya mulai muncul di atas bibir manisnya seolah menjelaskan bahwa ia tak memperhatikan penampilan wajahnya belakagan ini.

Penampilan yang jauh dari kata baik untuk seorang CEO perusahaan besar sepertinya. Pewaris tunggal Brahmantyo corporation. Satu dari tiga perusahaan ternama di tanah itu.

"Mikha.."

Pria itu tersentak kaget saat sepasang lengan mungil melingkar dengan mesra di pinggangnya. Membuat mikha, yang awalnya sedang berdiri di balkon ruang kerjanya ini, berusaha menyingkirkan tangan itu.

Mimik wajahnya jelas menyiratkan ketidaksukaan.
Nafasnya sedikit berat karena banyaknya masalah yang ada dalam hidupnya.

"Pergi!" Ucapnya tegas dan dingin. Tipikal mikha angelo brahmantyo. Anak ketiga dari pesohor lans brahmantyo. Pewaris dan pemegang saham paling besar di perusahaannya.

"Tapi kita belum menyelesaikan yang semalam, sayang. Kau benar-benar membuatku menunggu." Timpal gadis dengan gaun ketat dan pendek warna merah menyalanya. Dress itu mengekspos bebas dari ujung kaki hingga sedikit kebawah dari pangkal pahanya. Bagian atasnya pun hanya menutup sebagian dari dadanya.

Tanpa bertanya pun orang sudah jelas tau siapa wanita itu jika di lihat dari penampilannya.

Pelacur highclass.
Wanita yang memuaskan kebutuhan biologis para pejabat-pejabat juga pengusaha kaya raya.
Dan tentu saja bukan hanya dengan sejuta duajuta untuk membawa pulang wanita-wanita jenis ini.

Mikha bahkan rela mengeluarkan lebih dari miliyaran untuk satu malamnya dengan wanita murahan itu.
Um, atau mungkin bisa di bilang wanita -sedikit- mahal. Karena satu miliyar bukan uang yang kecil bagi kaum awam.

Tapi mikha? Uang sejumlah itu dikeluarkannya dengan mudah seperti saat hendak membeli permen.

"Jane, lepas sebelum aku menembak kepalamu sekarang juga."

Perintah dingin dan mematikan itu cukup membuat jane melepas tautan tangannya dari tubuh mikha dan berjalan mundur perlahan.
Jane adalah wanita sewaan mikha yang sudah sekitar setengah tahun ini di belinya.

Tidak. Mikha tidak seperti bajingan-bajingan tak berkelas di pinggiran kota yang melampiaskan nafsunya setiap hari. Bahkan melakukan one night stand, pergi ke bar, dan semacamnya.

Ia tak mau menodai dirinya sendiri dengan wanita yang sudah jadi bekas orang lain. Dia juga tidak setiap hari menggunakan jasa jane. Bisa di hitung jari dalam enam bulan ini.

Mikha hanya butuh pelampiasan saat masalah-masalah yang ia dapatkan membuatnya tak bisa berfikir jernih. Dan mikha tak ingin memiliki satu gadis yang ia cintai sebagai pelampiasan.

Menurutnya cinta itu hanya fiksi belaka. Perasaan yang sering muncul antara pria dan wanita itu hanua sugesti belaka. Bahkan tanpa cinta pun ia bisa menyalurkan apa yang ia inginkan.

Jane misalnya?

Dan soal bar? Bahkan dia punya banyak cabang pemroduksi minuman yang di stock oleh bar-bar ternama di seluruh penjuru negaranya.

"Tapi mikh-"

"Temui james mintalah cek dan isilah sesukamu. Lalu kau bisa pergi selamanya dari hadapanku." Potong mikha yang kemudian membalikan badannya menghadap jane. Ia memandang waita itu sekilas.

CHOSENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang