Bagian 1 - End

375 44 1
                                    

Aku dan Boo Seungkwan sahabat akrab sedari kecil.

Alasan pertama, karena rumah kami bersebelahan.

Alasan kedua, karena tak ada yang mau menjadi teman akrab namja itu, selain aku.

Oke, mungkin dia punya banyak teman di sekolah ataupun di sosial media. Tapi yang benar-benar bisa di sebut 'sahabat' adalah ... aku.

Ketika dia punya masalah dengan pelajaran, dia selalu datang padaku. Ketika dia punya masalah, baju mana yang paling pas buat dia untuk menghadiri acara pesta ulang tahun teman kami, dia selalu datang padaku.

Ketika dia uring-uringan karena masalah jerawat, dia juga selalu datang padaku hanya untuk berkeluh kesah betapa menyebalkannya punya jerawat di wajah. (Oh, plis deh. Memang dia saja yang pernah punya jerawat?)

Dan jika dia punya masalah dengan adik lelakinya – mereka biasa bertengkar hanya karena berebut channel TV – dia juga selalu datang padaku, menumpang nonton TV di kamarku. DI KAMARKU, GUYS! SUMPAH!

Dan bila ia tak punya uang untuk jajan, kau pikir ia akan datang kemana? Kepadaku? Hah, yang benar saja? Tentu saja ia datang ke orang tuanya! (Dia pikir gue emaknya?!)

Sebenarnya tak ada yang salah dengan namja itu. Dia punya wajah manis, punya senyum lembut, dan punya hati yang baik. Tapi jika kau mengobrol dengannya, kau akan tahu satu hal mengganggu yang bisa membuatmu garuk-garuk kepala.

Dia ratu, eh, raja ngoceh!

Alamak, bibirnya kayak bibir perempuan. Dalam satu menit ia bisa bercerita tentang 6 hal berbeda, sekaligus!

Fashion, kuliner, musik, film, buku, acara TV.

Kebiasaannya berbicara dari satu topik ke topik yang lainnya dengan interval hanya sekian detik, benar-benar membuat teman-teman atau orang yang mendengarnya stress. Stress karena mereka tak memahami apa yang sebenarnya ia omongkan.

But, it's really amazing karena sepertinya hanya aku satu-satunya teman yang mampu menangkap ocehannya (semua ocehannya, catat itu!) dengan tepat, akurat dan terpercaya. (Ceileeh, sudah kayak berita saja 'kan?)

Entahlah, kebiasaannya ngoceh kesana kemari sepertinya sudah bawaan dari lahir.

Sebenarnya dia sudah mendapat banyak kritikan dari teman-teman agar ia bisa mengerem, atau bahkan mengurangi sedikit saja kebiasaannya mengoceh. Tapi, semakin ia mencoba mengerem gaya bicaranya, yang ada malahan ia semakin cepat berbicara. Aneh 'kan?

***

Pagi itu aku segera menyadari ada hal tak beres ketika aku baru saja menginjakkan kakiku di ruang kelas.

Sepi.

Kelas kami jadi ... tak hidup.

Dan aku tahu penyebabnya.

Karena Seungkwan tak ada di kelas.

"Seungkwan kemana?" tanyaku pada teman-teman yang lain.

Mereka menggeleng. "Dia belum masuk." Jawab mereka.

Aku mengernyit heran.

Hari ini kami memang tidak berangkat bersama karena aku harus mampir ke pasar dulu mengantarkan mama. Tapi sepanjang sejarah, namja itu selalu datang 30 menit sebelum bel masuk. Dan sekarang, 5 menit lagi bel berdentang.

Aku segera blingsatan mencarinya kesana kemari. Aku juga sudah berusaha menelponnya berkali-kali, tapi phonselnya tak aktif.

Dan kekhawatiranku semakin bertambah, karena hari itu, ia memang tak datang ke sekolah.

Diva Ngoceh Sejagad Raya!Where stories live. Discover now