Meila terbangun dari tidurnya, ia menghela nafasnya. Untung cuma mimpi, katanya dalam hati.
Ia melirik jam yang terpampang di dinding kamarnya, sudah jam 5 pagi. Itu artinya ia harus bersiap-siap untuk hari pertamanya sebagai siswi SMA. Masa orientasi sudah ia lewati dan sekarang ia resmi menjadi siswi di SMA Trisada.
Ia bangkit dari tempat tidurnya dan merapikannya. Setelah itu ia bergegas mandi.
"WOI KEBO! UDAH BANGUN BELOM?" Teriak seorang wanita sambil mengetuk pintu kamar Meila.
"Udah, Ma."
"Kalo udah selesai, langsung ke bawah sarapan ye," Ucap Lena--Mama nya Meila-- seraya meninggalkan kamar Meila.
Mama nya memang seperti itu, gaul dan seperti anak remaja, katanya sih biar kekinian. Aneh memang.
Meila menguncir rambut panjangnya, kemudian mengoleskan bedak bayi dan lipgloss ke bibir mungilnya. Sederhana, namun tetap cantik.
Ia pun langsung mengambil tasnya dan bergegas ke bawah untuk sarapan. Meila langsung mengambil posisi duduk disebelah kakaknya.
"Cie, anak SMA." ledek Meilo, atau akrab disebut dengan Melo. Nama panjangnya Meilo Arsya Darmawan. Ia adalah kakak Meila. Umur mereka hanya berbeda 2 tahun, membuat mereka sangat akrab walaupun sering bertengkar.
"Iya dong Bang, gue udah putih abu-abu," Jawab Meila sambil tersenyum lebar.
"Jangan bandel ya, awas loh. Gue bakal ngawasin lo," Ucap Melo. Yap, mereka sekolah di SMA yang sama.
"Dih gue mah nggak bakal macem-macem. Emangnya elo, wle," Jawab Meila sambil memeletkan lidahnya.
Melo menjitak kepala Meila, "Enak aja."
"Aw! Sakit, abang pea!" Ringis Meila sambil mengelus kepalanya yang terkena jitak.
"Berisik pagi-pagi udah ribut, mending cepet abisin sarapannya terus cus ke sekolah, pusing gue," Ucap Lena sambil memijit pelipisnya.
Sedangkan Erlando Darmawan-- suami Lena, hanya menggelengkan kepala. Ia sudah terbiasa dengan suasana seperti ini.
************
"Adikku sayang, nanti kamu pulang sendiri ya? Abangmu yang ganteng ini ada urusan," Ucap Melo sambil memasang muka sok imut.
"Nggak usah masang tampang sok imut. Yaudah gapapa gue pulang sendiri. Bye, gue duluan," Ujar Meila sambil membuka pintu mobil dan bergegas menuju kelasnya.
Di sepanjang koridor, ia celingak-celinguk sambil berjalan mencari teman barunya yang ia kenal sewaktu MOS. Karena ia tidak memandang ke depan, ia tidak lihat bahwa ada orang yang berjalan berlawanan arah dengannya dan alhasil, ia tertabrak dan terjatuh.
Meila meringis, "Makanya kalo jalan tuh liatnya ke depan," Ucap seorang lelaki seraya meninggalkan Meila yang masih terduduk.
Meila langsung berdiri dan membereskan roknya, "Rese banget! Bukannya bantuin malah pergi gitu aja."
Dengan wajah kesalnya ia berjalan menuju kelasnya. Naya yang duduk sebangku dengan Meila terheran-heran melihat Meila, "Lo kenapa Mei? Mukanya ditekuk gitu?"
YOU ARE READING
Nothing Better
Teen Fiction[DALAM PROSES EDIT] Gue kira dengan merjuangin lo, bakal lebih baik. Gue kira dengan selalu ada buat lo, bakal lebih baik. Gue kira dengan adanya lo di samping gue, bakal lebih baik. Dan gue, Meila Resya Darmawan, memperkirakan semua bakal lebih bai...